1. Clean

188 7 0
                                    

#NP Taylor Swift - Clean

When I was drowning, that's when I could finally breathe

"Gi? Gia!"

Gia mengerjapkan matanya beberapa kali, kaget dengan panggilan yang tiba-tiba menghempaskannya dari ingatan masa lalu yang--meskipun sudah susah-susah dikubur--kadang masih suka muncul.

"Iya, kenapa Rose?"

Rosalie mengarahkan pandangannya ke kertas-kertas yang berserakan di meja Gia dan menghela napas. Jadi daritadi teman sekaligus bosnya ini bukannya memperhatikan konsep-konsep pemotretan untuk launching produk terbaru mereka tapi malah sibuk berkhayal? "Lo kenapa, deh?"

Gia mengerutkan alisnya. "Emangnya gue kenapa?"

"Ya kayak ada yang lo pikirin gitu,"

"Emang."

"Dan yang lo pikirin ini gak berkaitan sama perusahaan?"

"Bisa iya, bisa enggak." Jawab Gia sambil mengedikkan bahunya.

"Apaan coba maksudnya?"

"Jujur ya, Rose, gue tuh lagi dilema banget. Lo tahu kan kalau Abang gue ngajak ke nikahannya si Tamara, suaminya kan penyanyi terkenal tuh, so pasti tamunya juga kelas atas kan. Bang Gino bilang ini tuh kesempatan bagus untuk memamerkan produk-produk kita--"

"Alah," Rosalie mengibaskan tangannya, "palingan Abang lo tuh ga punya gandengan makanya ngomong begitu!"

"Duh, gue juga pertama mikir gitu, tapi kan gak ada yang salah juga promosi di event gede gitu."

"Iya juga. Trus masalahnya di?"

Gia melemaskan badannya di kursi, pikirannya melantur kepada satu nama. "Tamara dan Bang Gino kan temenan sama dia, gue takut ketemu di sana."

"Dia? Oh... tapi bukannya dia masih di luar negeri?"

"Bang Gino juga bilang kayak gitu. Tapi tetep aja perasaan gue ga enak, Rose."

Rosalie merapikan kertas konsep di meja Gia lalu memasukkannya ke map biru yang dibawanya. "Yaudah, tinggal ga usah datang. Emang acaranya kapan?"

"Sabtu ini." Gia mengacak rambutnya. "Datang ga, ya? Aarrrghhh!"

"Promosi ga ada apa-apanya dibanding sama kesehatan mental lo, Gi. Apa-apa tuh jangan dipaksain, nanti hasilnya ga bagus!" ucap Rosalie sebelum menggeleng kasihan melihat temannya dan keluar dari ruangan Gia.

Gia terdiam. Jangan dipaksain. Kalimat itu seperti menamparnya dengan ingatan-ingatan lain. Hubungan satu arah yang dijalaninya dulu memang seperti dipaksakan, karena itulah hasilnya juga tidak menyenangkan.

Sudah enam tahun. Mungkin saja dia sudah lupa, kan? Enam tahun di negeri orang sudah cukup membuat seseorang lupa kampung halaman, apalagi cuma mantan. Mungkin saja dia sudah punya puluhan kekasih di luar sana selama enam tahun ini.

Gia merasa seperti seorang pengecut sekarang. Waktu yang dihabiskannya tenggelam dalam tugas dan pekerjaan memang ampuh membuat ia seperti lupa dengan beberapa hal. Tetapi saat kenangan kembali mengetuk, Gia merasa ia bahkan tidak pernah lupa sama sekali.

Pantas saja. Karena memang yang dilakukan Gia selama ini bukan melupakan, tapi melarikan diri.

***

Rosalie dan Gia memutuskan untuk makan siang di kantin basement kantor mereka. Makanan di kantin ini memang lebih mahal daripada UKM yang tidak jauh dari gedung perkantoran ini, tetapi waktu mereka sedang tidak banyak.

Never NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang