15. Kiss You

82 7 0
                                    

#NP One Direction - Kiss You

So tell me girl if everytime we touch

You get this kind of rush
Baby say yeah

If you don't wanna take it slow
And you just wanna take me home
Baby say yeah

And let me kiss you


Bintang pernah membaca sebuah penelitian yang mengatakan bahwa tidak baik bagi seseorang untuk menjadi terlalu bahagia. Sama seperti makanan yang bergizi pun akan menjadi penyakit jika dimakan secara berlebihan. Terlalu bahagia dapat membuat seseorang gampang dibodohi, serakah dan kurang sukses. Bintang pribadi juga mempercayai bahwa segala sesuatu harus dilakukan secukupnya.

Tapi, mengapa sekarang ia tidak juga merasa cukup? Mencium dan memeluk Gia seperti ini, bolehkan ia  serakah?

Pintu apartemen Bintang tertutup di detik yang sama dengan tubuh keduanya yang kembali menempel. Lengan kuat Bintang melingkari pinggang Gia, membuat hanya ujung jari-jari kaki gadis itu yang menyentuh lantai. Bibir mereka yang sejak turun dari mobil sudah saling melemparkan senyum sumringah sekarang kembali berpagutan dalam damba.

"Gi..."

"Ehm?" Gia merespon seadanya, mana mungkin otaknya memiliki kapasitas untuk menjawab apapun itu. Sekarang yang Gia inginkan adalah membuat Bintang jadi miliknya. Meskipun setitik bagian rasional di otaknya mewanti-wanti untuk memikirkan lagi keputusan impulsifnya ini.

"Kamu... nggak akan menyesal?"

Duh... menyesal apanya, sih? Batin Gia kesal, tangannya sibuk membuka kancing kemeja Bintang dengan terburu-buru.

Bintang makin dilema. Ia tentu saja bersedia jika Gia mau membawa hubungan mereka ke tahap yang lebih serius, tetapi ia bukan pria bajingan yang akan memanfaatkan kondisi mabuk Gia untuk menjalankan agenda egoisnya. Ia tidak mau Gia terbangun nanti dan malah membencinya.

Dengan kekuatan ekstra, Bintang melepaskan diri dari Gia. Gadis itu langsung mencebik tidak suka saat merasakan hawa dingin AC di kulitnya yang tadi terbakar gairah. "Kenapa dilepas?"

"Gia, saya juga mau yang sekarang kamu mau, tapi kamu mabuk. Ayo, saya bantu kamu cuci muka," Bintang menuntun Gia yang ogah-ogahan menuruti lelaki itu.

Ketika sampai di kamar mandi, Gia hanya berdiri diam di depan wastafel, tidak berniat melakukan apapun. Bintang kemudian tersenyum kecil dan mengambil sapu tangan dari saku belakang celananya dan mengingikat rambut Gia dengan benda itu. Gia diam saja, ia hampir mau bilang kalau gadis-gadis pasti punya cadangan kuncir rambut di tangan mereka, tapi ia enggan melakukannya karena menikmati perhatian Bintang.

"Saya gak punya makeup remover, gimana? Mau beli kebawah juga udah kemalaman." Bintang menatap Gia dengan rasa bersalah.

Gia terkikik. "Tadi aku sudah hapus make up di kantor. Sikat gigi aja ada, nggak?"

"Ada." Bintang membuka kabinet di dekat cermin dan mengambil sebuah sikat gigi berwarna cokelat. "Tapi disposable, gapapa? Kamu bisa pake my toothbrush kok." Ia juga mengambil sikat gigi elektriknya dari charger yang digantung di bawah cermin.

Berbagi sikat gigi? Secinta apapun Gia ogah melakukannya. "Gapapa, aku pake ini aja." Ia pun mengambil sikat gigi disposable dari tangan Bintang, lalu membubuhkan pasta gigi dan mulai menggosok giginya.

Bintang masih setia memandangi Gia terang-terangan, seperti takut dibangunkan dari mimpi indah ini jika ia memalingkan wajah sedikit saja.

"Khak Bhintang Ghak Shikat Ghighi?" Gia berbicara di sela-sela kegiatannya karena heran Bintang malah berdiri seperti patung disampingnya. Bintang pun langsung tersadar dan mengambil sikat gigi elektriknya lalu mengikuti Gia.

Never NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang