#NP Deana Carter - Strawberry Wine
Yea, I was caught somewhere between a woman and a child
When one restless summer we found love growing wild
Bintang melemparkan ponselnya ke kursi penumpang dan menyugar rambutnya. Mobilnya masih terparkir rapi beberapa meter dari rumah Gia. Entah kenapa ia kesal mendengar fakta dari Gino bahwa Gia sudah memiliki banyak kekasih setelah dirinya. Padahal ia tahu itu, meskipun tidak memiliki akun media sosial, Bintang sesekali membuatnya untuk melihat foto-foto baru Gia di Instagram. Lalu segera menghapusnya saat sangat rindu.
Gia, sebaliknya, justru seperti tidak mengalami kesulitan menata hidup setelah putusnya mereka. As she should, batin Bintang. Sudah enam tahun, aneh rasanya kalau masih berharap gadis itu menyimpan rasa untuknya. Dengan banyaknya lelaki berseliweran di media sosial Gia, harapan itu harusnya sudah pupus dari kemarin-kemarin.
Hari ini ia tidak berniat datang ke resepsi Tamara. Ia tidak suka keramaian dan bersosialisasi. Tetapi saat Gino membuat sebuah instastory tentang Gia yang sedang bersiap-siap, Bintang langsung mengiyakan ajakan Irisa yang membombardir ponselnya dengan ajakan ini setiap hari.
Saat sampai di venue resepsi Tamara pun, matanya langsung berkeliaran mencari keberadaan Gia. Ia bersumpah hanya ingin memandang gadis itu dari jauh, tapi saat melihat sosoknya, entah kenapa Bintang seperti terhipnotis untuk berjalan menghampiri. Ia pun merutuki dirinya yang seperti orang sok akrab mengomentari pilihan makanan Gia.
Bintang tersenyum pahit mengingat reaksi Gia. Beberapa saat setelah mereka berpisah pun Gia selalu menunjukkan ekspresi yang sama saat melihatnya. Kadang, sesaat sebelum tidur menjemput, Bintang sering bertanya-tanya kesalahan apa yang ia lakukan hingga membuat Gia berubah 180 derajat terhadapnya.
***
Baterai ponsel Gia hampir habis saat akhirnya gadis itu memutuskan untuk berhenti melihat foto-foto lama dirinya dan Bintang. Untuk ukuran pasangan yang bersama selama dua tahun, foto mereka termasuk sedikit. Hanya ada beberapa di acara-acara tertentu, beberapa selfies dan foto grup, sisanya adalah foto Gia yang dibidik oleh Bintang.
Gia mendengus. Dirinya yang dulu sangat tergila-gila dengan Bintang terlintas dalam bayangan. Betapa mudahnya bagi seorang gadis muda untuk jatuh cinta, apalagi dengan orang yang nyaris sempurna seperti Bintang.
Gia berjalan pelan ke meja riasnya, menggerutu saat melihat matanya yang bengkak dan juga sembab dengan kucuran maskara yang luntur. Menyedihkan. Mau sesedih apapun harusnya ingat untuk hapus make-up sebelum nangis, kalau begini ceritanya kan malah jadi dua kali kerjaan, batinnya kesal.
Ia pun menuangkan cairan penghapus makeup ke atas kapas lalu mulai membersihkan wajahnya. Melihat refleksi dirinya di cermin, Gia menyadari perubahaan penampilannya dari perempuan delapan belas tahun yang lugu karena di-shelter seumur hidup oleh ketiga abangnya, menjadi ia yang sekarang sudah dua puluh enam tahun yang meskipun masih dilindungi dengan posesif, setidaknya sudah memiliki banyak pengalaman hidup.
Termasuk jatuh cinta untuk pertama kalinya, Gia tersenyum kecil. Gia dulu memiliki banyak teman, tapi hanya teman perempuan karena abang-abangnya. Gino yang jarak umurnya paling dekat dengan Gia akan menghalau laki-laki yang mendekatinya. Gia pun tidak terlalu peduli, jadi ia hanya membiarkannya. Jadilah Gia seperti boneka cantik dari India yang boleh dilirik tapi tidak boleh dibawa.
Sampai pada suatu hari di 2010, setelah lelah mengikuti ospek universitasnya sepanjang hari, Gia turun dari mobil Gio dan melangkah gontai menuju pintu masuk rumahnya. Telinganya mendengar celotehan Gino dan mengernyit tidak suka. Gino adalah orang yang ramah dan supel, oleh karena itu ia punya banyak teman dari berbagai jurusan dan angkatan yang sering dibawa kerumah. Dan hari itu Gia sangat tidak berselera untuk melihat banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Not
ChickLitGia mendorong Bintang jadi bersandar di sofa dan naik di atas tubuh pria itu, "Kamu, lebih suka bahasa Indonesia atau..." Tangannya bermain-main di balik kaus Bintang, "bahasa tubuh?" Bintang kembali menelan ludahnya sendiri, dadanya bergemuruh kenc...