#NP Clara Mae - Run Into You
I'm a little drunk, saying what I'm thinking
Maybe I'm too much, but maybe it's a good thing
Running my mouth like I always do
But I wasn't ready to run into you
Up until tonight, I've been keeping secrets
Now you know the truth, tell me how you feeling
Entah sudah gelas keberapa yang diteguk Gia. Ia bahkan meminta botol wine baru kepada waitress, meskipun Rosalie sudah menahannya. Beberapa karyawan mereka sudah pamit pulang, sisanya sedang menikmati suasana.
Rosalie sudah berusaha membujuk Gia untuk pulang bersamanya sejak tadi, tapi tidak digubris oleh gadis itu. Akhirnya ia pun memutuskan untuk membiarkan Gia menyelesaikan apa yang ada dalam pikirannya. Toh ada Gino juga disini, ada Bintang juga. Ia jadi tidak terlalu khawatir.
Sejujurnya ia kasihan melihat Gia. Sebagai anak yang tumbuh tanpa orang tua, pasti sulit buat dia mengetahui dinamika orang menjalin hubungan. Apalagi bertemu dengan pasangan seperti Bintang yang juga clueless tentang hal-hal yang menyangkut romantisme. Perasaan mereka terhadap satu sama lain sangat kuat, tapi tidak punya clue bagaimana menjalaninya.
Pandangan Gia sudah mulai kabur saat ia kembali menuangkan anggur ke gelasnya. Beberapa kali gadis itu menutup matanya dengan keras sebelum membukanya kembali untuk menghilangkan kabut-kabut yang menghalangi pemandangannya. Rosalie melihat bahwa sudah waktunya mereka pulang, ia pun membawa tasnya ke kasir untuk menyelesaikan masalah pembayaran sebelum menyeret Gia pulang.
Melihat Rosalie beranjak, Gia pun mengikutinya. Tapi bukannya kearah kasir di dekat pintu utama, ia malah berjalan keluar dari restoran itu lewat pintu samping. Tasnya masih tergeletak di kursi. Ketika tidak melihat Rosalie, Gia pun mencebik dan memutuskan untuk bersandar di dinding sambil mengusap matanya yang mulai mengantuk.
"Hai." Seorang pria tiba-tiba mencolek bahu Gia, membuatnya melompat kaget. Gia berusaha menyadarkan dirinya dan mengingat sosok didepannya ini. "You alone?"
"Siapa, ya?" tanya Gia dengan nada suara yang diseret namun curiga.
"Saya tadi liatin kamu di dalam dan cuma pengen kenalan."
Gia menggoyangkan tangan kanannya di depan wajah pria itu. "Sorry, not-uh interestedhhh..."
Pria itu menangkap tangan kanan Gia dan menggenggamnya. "C'mon, jangan jutek-jutek banget. Kamu jauh lebih cantik waktu senyum. Should we... go together?"
Gia berusaha menarik tangannya tapi tidak dihiraukan oleh pria itu yang malah semakin memaksa. "Sorry... bisa lepashh?"
"Ayolah~"
"Ga-gamau!"
Gia kemudian melihat sosok Bintang yang tampak buru-buru. Langkah pria itu berangsur pelan saat melihat Gia yang kelihatannya sedang bercengkerama dengan seorang pria. Seperti tidak ada perlawanan, apakah pria ini salah satu mantan kekasih Gia? Bintang pun menyesal karena sudah tergesa-gesa mengikuti gadis itu yang tadi berjalan sempoyongan.
"Eh?!" Gia melihat Bintang, pria itu langsung tersadar. Ia berdehem dan kemudian mengisyaratkan Gia dan temannya untuk melanjutkan urusan mereka. Ia berjalan tak acuh ke arah mobilnya.
Gia yang sudah berharap Bintang akan menolongnya merasa sangat terpukul dengan sikap tidak peduli Bintang. Tanpa bisa ditahan, air matanya langsung mengalir deras. Ia pun menarik paksa tangannya lalu menangis dengan posisi terjongkok. Suara tangisnya yang sangat nyaring membuat pria yang tadi mencoba menyeretnya langsung salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Not
ChickLitGia mendorong Bintang jadi bersandar di sofa dan naik di atas tubuh pria itu, "Kamu, lebih suka bahasa Indonesia atau..." Tangannya bermain-main di balik kaus Bintang, "bahasa tubuh?" Bintang kembali menelan ludahnya sendiri, dadanya bergemuruh kenc...