#NP Niall Horan - Nice To Meet Ya
'Cause when the morning comes, I know you won't be there
Every time I turn around, you disappear
"Selamat ya Tam, selamat bro!" Gino berjalan di depan Gia dan menyalami kedua pengantin dan orangtuanya.
Gia mengekor di belakang abangnya. "Selamat kak Tamara, samawa yah!"
Tamara memegang tangan Gia erat. "Makasih loh tiaranya, Gino bilang anak-anak angkatan ga perlu bayar, ya? Bagus banget ini gue suka banget!" Tangannya tak sadar menyentuh tiara yang dipakainya.
Gia tersenyum lebar. Bulan lalu Gino mengatakan ingin membeli sebuah tiara sebagai hadiah pernikahan dari teman-teman angkatan mereka untuk Tamara yang langsung dijadikan ajang promosi bagi Gia. Tamara dan suaminya memiliki pengikut yang cukup banyak di Instagram, jadi ini adalah lahan empuk bagi Gia.
"Sama-sama kak, ini berlian asli loh, jangan lupa di post, yah!" balasnya setengah bercanda, setengah serius. Cengiran usil masih menghiasi wajahnya.
Tamara memukul lengan Gia pelan, "kamu ini! Okedeh, ga masalah. Oh iya, nanti kalau ada fotografer yang mau foto kamu, jangan sungkan-sungkan ya! Suami gue bilang ada majalah yang ngeliput soalnya!"
"Beneran?" Gia semakin sumringah. More publicity, more fun, batinnya senang. Ia pun lanjut menyalami suami Tamara dan berdiri di sebelah abangnya untuk sesi foto bersama.
Setelah turun dari panggung, Gia langsung mencari keberadaan fotografer majalah yang di maksud Tamara. Undangan yang hadir sangat banyak dan semuanya terlihat dari kelas menengah atas dan selebriti. Gia mengeluarkan beberapa kartu nama dari clutch-nya, ia harus siap amunisi saat ada yang bertanya soal perhiasannya.
"Gi, tangan abang bisa dilepas, gak? Abang mau join sama anak-anak." Gino menggoyang-goyangkan lengannya yang digandeng Gia.
Gia mengeratkan gandengannya. "Nggak. Apaan sih, abang?! Masa aku dibawa cuma untuk ditinggal?"
"Masa kita mau nempel terus? Gimana mau dapet jodoh abangmu ini?"
"Cari jodoh kok dinikahan orang, ga berkelas banget." Cibir Gia, matanya masih mencari-cari. Pandangan Gia jatuh pada sekelompok gadis muda yang terlihat melirik kearahnya. Daritadi memang banyak orang yang curi-curi pandangan maupun terang-terangan memperhatikan penampilannya dan Gia cukup puas akan hal itu.
"Bang, kesana yuk!" Gia pun menarik Gino kearah gadis-gadis muda tersebut. Gino hanya mampu mengikuti adiknya, meskipun hanya setengah hati. Ia yang membawa Gia kesini jadi sudah seharusnya demikian, pikirnya.
"Hai!" sapa Gia yang dibalas dengan cukup ramah oleh gadis-gadis tersebut. Gia pun memberikan kartu namanya dan memperkenalkan Anggun, Co. dengan se-elegan mungkin tanpa terlihat desperate. Ia berusaha membangun percakapan dengan memuji penampilan beberapa orang, karena faktanya gadis yang dipuji akan mencoba membalas perlakuan tersebut dengan memuji balik atau menanyakan tentang hal yang dikenakan orang yang memuji. Ini adalah nature perempuan yang sangat disukai Gia.
Respons yang didapat cukup bagus. Gino juga membantu Gia dengan caranya sendiri. Sudah beberapa grup yang berkumpul mereka datangi dan kartu nama yang dibawa Gia sudah habis disalurkan ke pembeli potensialnya.
"Yo, Gino!" panggil seseorang dari belakang mereka. Gia dan Gino yang sedang memilih-milih puding seketika menoleh.
"Darren!" Gino mengenali orang yang menginterupsi sesi penting mereka sebagai temannya. Ia pun setengah menyeret Gia menuju Darren dan teman-temannya yang sedang berkumpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Not
ChickLitGia mendorong Bintang jadi bersandar di sofa dan naik di atas tubuh pria itu, "Kamu, lebih suka bahasa Indonesia atau..." Tangannya bermain-main di balik kaus Bintang, "bahasa tubuh?" Bintang kembali menelan ludahnya sendiri, dadanya bergemuruh kenc...