#NP Lana Del Rey - Cinnamon Girl
There's things I wanna talk about
But better not to give
But if you hold me without hurting me
You'll be the first who ever did
November, 2012
Gia memijit lehernya dengan satu tangan sembari tangan lainnya berusaha membawa dua tabung gambarnya. Ini hari Selasa dan salah satu hari paling sibuk bagi mahasiswi semester lima seperti dirinya. Ia akhir-akhir ini menyadari peliknya menjadi anak jurusan arsitektur meskipun sangat suka menggambar. Tahu begitu lebih baik ia ambil jurusan fashion seperti usul Gino saat ia masih SMA. Setidaknya mendesain pakaian tidak akan mentok pada batasan-batasan yang tidak dapat dinegosiasi, contohnya gravitasi.
Baru satu langkah keluar dari pintu studio di kampusnya, seseorang dengan setelan hitam menghampirinya. "Maaf, ini benar mbak Alagia Primavera?"
Gia mengernyit bingung sebelum mengiyakan dengan nada pelan.
"Maaf mbak, saya Wisnu, ajudan Ibu Sastrawidjaja, mbak ditunggu sama Ibu di Starbucks." Ujarnya sambil tersenyum lebar sambil mengisyaratkan Gia untuk mengikutinya.
"Hah? Saya gak kenal tuh? Kenapa saya ditunggu?"
Wisnu terlihat bingung dengan jawabanku. "Mbak gak kenal dengan Ibunya Mas Bintang? Mbak benar Alagia pacarnya Mas Bintang kan?"
Oh, Ibunya Kak Bintang? Aku gak tahu kalau Kak Bintang punya nama kejawa-jawaan seperti itu, batin Gia. Ia sebenarnya sudah beberapa kali mengkodekan Bintang untuk mengajaknya bertemu keluarga besarnya, toh mereka ini sudah menjalin hubungan hampir dua tahun dan Bintang juga sudah sering bertemu dengan abang-abangnya. Tapi dengan alasan-alasan yang aneh, Bintang selalu menolak untuk mengajak Gia. Pria itu juga tidak pernah membicarakan keluarganya dengan Gia.
"Iya bener saya." Gia tersenyum girang, ekspresi waswasnya berganti sumringah. "Yaudah, yuk?"
"Mari, mbak."
"Mas Wisnu ajudannya Ibu Kak Bintang? Ibunya polisi? TNI?" tanya Gia sembari mengikuti Wisnu menuju Starbucks yang memang agak jauh dari fakultasnya.
Wisnu melirik Gia bingung. "Bukan, mbak."
"Artis?"
Wisnu menggeleng lagi. "Mbak belum dibilang sama Mas Bintang?"
Gia menggeleng sambil cemberut. "Katanya nanti lama-lama juga tahu."
"Anu, mbak," Wisnu menggaruk kepalanya. "Ayahnya Mas Bintang kan Menteri Keuangan." Bisiknya.
Mata Gia melebar dan hampir loncat dari kepalanya kalau saja ia tidak ingat untuk menenangkan diri. Bagai petir di siang bolong, hari ini dia tahu kalau ia sedang berpacaran dengan anak pejabat papan atas? Gia sudah bisa menebak kalau Bintang itu pasti super kaya karena mobilnya aja mobil bagus, tapi anak menteri?!
"Serius, mas? Hahaha, becandaannya ga lucu banget deh, demi!"
Wisnu melemparkan tatapan kasihan pada Gia. "Beneran, Mbak! Ibunya Mas Bintang itu mantan Gubernur Jawa Tengah, semua keluarganya politisi mbak, cuma Mas Bintang doang yang nyeleneh."
Mampus dah gue, gumam Gia berkali-kali. Penampilannya saat ini sangat tidak pantas untuk bertemu calon mertua (ihik) apalagi calon mertua yang adalah mantan Gubernur dan juga istri Menteri! Rok linennya yang melebihi lutut sedikit memang cukup sopan, tetapi sudah sangat kusut dan ada bercak-bercak cat putih. Blusnya berwarna hijau pucat, masih bisa diterimalah, tapi rambutnya?! Rambut panjang Gia disanggul keatas menggunakan sumpit!
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Not
ChickLitGia mendorong Bintang jadi bersandar di sofa dan naik di atas tubuh pria itu, "Kamu, lebih suka bahasa Indonesia atau..." Tangannya bermain-main di balik kaus Bintang, "bahasa tubuh?" Bintang kembali menelan ludahnya sendiri, dadanya bergemuruh kenc...