IX - The Night

8.7K 660 51
                                    

Aku sedang asik main hp di kamar. Di atas kasur yang lembut selembut kain sutra. Mantengin instagram, buka tiktok, balas chat Jessie dan Emma, dan banyak hal lain.

Sepertinya ini kebiasaan popi sejak dulu. Ia suk tiba-tiba masuk ke dalam kamarku. Membuat aku terkejut. Bisa-bisanya dia tiba-tiba masuk kamarku tanpa permisi atau ngetok. Jadi orang tua durhaka banget.

"Temenmu datang!" ucap popi.

Siapa lagi yang berkunjung malam-malam gini? Kurang kerjaan banget. Ganggu aku lagi santai-santai aja.

"Siapa?" tanyaku. Wajar dong penasaran.

"Au deh!" Popi mulai menutup kamar.

"Buruan! Dia udah lama nunggu!" teriak popi dari luar.

"IYA!"

Demi neptunus, aku malas keluar kamar. Aku sudah sangat cinta sama kasurku. Kasurku luar biasa. Bisa buat aku nyaman. Aku gak rela meninggalkannya. Ah udah ah! Lebay!

Aku keluar dengan keadaan malas. Aku cuma memakai celan pendek setengah paha. Baju putih kolos yang longgar. Mataku melihat keruang tengah.

Lagi-lagi aku dikejutkan dengan pemandangan ini. Dan sialnya, lagi-lagi orang yang di ruang tengah melihatku. Ya ampun Tuhan, kapan aku lolos dari manusia laknat yang satu ini.

"Mau ngobrol jauh-jauhan?" tanya popi yang entah datangnya dari mana.

"Iya, seru!" jawabku sejadinya.

"Dasar! Sana! Ingat loh, popi gak pernah ngajarin kamu untuk membenci!"

"Isss!!! Yaudah IYA!"

Aku jalan menghampiri manusia bejat di sana. Siapa lagi kalau bukan Fachry. Gila ya nih anak. Mukanya tebal banget. Padahal aku udah gak nerima permintaan maafnya.

"Ngapain?" tanyaku.

Aku melihat arah pandangan Fachry dan kemudian ia langsung melihat kearahku. Aku bisa lihat, ekspresinya gugup. Dia tadi lihat pahaku. Selain bejat dia juga mesum. Bangsat!

Oops! Maaf popi, keceplosan.

"Ha? Ini... Itu... Apa?"

"Apaansih, gajelas!" aku duduk di sofa mengahadap ke dia. Aku bisa lihat, dia sejak tadi memperbaik celananya. Menggerak-gerakkan sesuatu yang aku pun masih berusaha memahamin.

"Kenapa?" tanyaku sambil melihat tangannya yang dari tadi diam-diam meraba bagian selangkangannya. Ya Tuhan nih anak. Aku mengambil bantal sofa lalu menutup bagian pahaku.

"Enggak, gakpapa, kamu kok belum siap-siap?" tanya Fachry dengan nada gugup.

"Emang mau kemana?"

"Loh? Aku kan udah ajak kamu tadi siang."

Hah? Sejak kapan dia ajak aku? Aku kan gak pernah chattingan dengan dia. Bisa-bisanya dia bilang udah ngajak aku.

"Mana? Mana ada!"

"Pusat kota!"

What? Wait... Jadi nomor yang tak dikenal itu, Fachry? Demi apa aku baru sadar. Ternyata manusia bejat ini yang ngechat aku tadi siang. Pantesan dia gak jawab waktu aku nanya namanya.

"Gak! Aku gak mau!" jawabku aja.

"Kok gitu? Aku udah siap-siap loh?"

"Ya bodoh amat, emang aku peduli?"

"Tega amat!"

Heh kolor kuda! Sadar ya! Siapa yang lebih tega? Kadang laki-laki gak suka ngaca ya! Heran!

Love Me Like You Do [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang