XV - New Life

6K 507 41
                                    

Dengan perasaan yang campur aduk aku mulai melangkahkan kaki di bandara. Hatiku terasa berat untuk meninggalkan kota yang memiliki banyak kenangan ini. Kota yang menjadi tempat di mana aku bebas melakukan apapun. Tapi dengan kejamnya papa mengirimku keluar dari kota kelahiranku ini.

Setelah mengantarku tadi, popi dan papa langsung pulang. Aku menarik koperku yang besar, dan menyandang ransel. Aku masih belum siap meninggalkan ini semua. Aku belum siap memulai hari baru nanti di Indonesia.

Sekarang aku mulai tau sisi lain dari papa. Dia kejam. Aku mulai merasa meresa mereka sudah tak menyayangiku lagi. Aku sudah tak dianggap lagi. Buktinya, popi merelakanku pergi. Kalau memang popi sayang samaku, dia pasti menolak permintaan papa.

Hpku tiba-tiba berdering. Aku langsung mengambilnya dari saku lalu melihat siapa yang telah menelpon. Kini aku sedang menunggu pesawatku take off.

"RAZKA!!!" teriak dua perempuan. Mereka itu Jessie dan Emma. Perempuan gila yang mengisi hari-hariku.

"Oh God, Jessie, Emma!"

"Astaga, gak nyangka kamu bakalam beneran pindah," ujar Jessie.

"Iya, kita berdua bakal kangen kamu," lanjut Emma.

"Gimana aku nanti? Di Indonesia aku gak kenal siapa-siapa kecuali kakek nenek."

"Udah dulu ya, Ms.Nicky udah masuk."

"Oke."

Video call kami pun berakhir.

Aku mendengar pesawat ku akan take off. Aku langsung bergegas masuk ke dalam pesawat. Kakiku berat melangkah masuk ke dalam pesawat. Aku masih belum bisa menghadapi dunia baru yang akan aku hadapi nanti. Aku gak tau seperti apa aku nanti di Indonesia.

Sebulan kemudian....

Suasana Jakarta, tempat yang sekarang aku tempati tak begitu buruk. Walaupun aku masih terbayang sama kota California, tapi, suasana di sini tak begitu buruk. Hanya saja, macet di mana-mana, debu bertebaran dan panas. Iya, Indonesia panas.

Setelah sebulan aku menjalani hidup di sini, aku tak merasakan ada kejanggalan. Aku mendapatkan teman baru di sekolahku yang sekarang. Kata mereka, mereka senang berteman denganku. Mereka sempat kaget karena aku lancar berbahasa Indonesia.

Selama sebulan ini, aku masih tetap berhubungan dengan Jessie dan Emma. Mereka selalu menyempatkan untuk menelponku. Mereka punya rencana akan mengunjungi aku ke sini kalau libur panjang.

"Razka!" panggil seorang gadis yang pendek, lucu dan menggemaskan. Namanya Clara.

"Lo nunggu siapa?" tanyanya.

"Nunggu angkot, lo?" Oh iya, selama sebulan ini, cara bicaraku juga sudah berubah ke teman-temanku di Indonesia. Bisa dibilang, karena terlalu terbawa suasana.

"Tumben? Biasanya dijemput sama supir."

"Gue lagi pengen naik angkot, jadi gue minta supir buat gak jemput."

"Oh."

"Lo nunggu angkot juga?"

"Iyalah!"

Tin tin!

Sebuah mobul berhenti tepat di depan kami. Mobil merah yang sangat mengkilat. Kacanya turun secara perlahan menampilkan pria yang ganteng. Bentuk wajahnya seperti wajah asia pada umumnya. Postur tubuhnya juga bisa dibilang bagus. Bisa dibilang, kami cukup dekat. Dia adalah Bima.

Love Me Like You Do [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang