XVIII - Special Tristan & Lariel

6.1K 491 20
                                    

Author POV

Dua minggu setelah Razka pergi ke Indonesia, Lariel merasa kesepian di rumah. Biasanya, ia akan mendengarkan musik yang sangat keras dari kamar anaknya itu. Atau Razka akan mengomel kalau gak ada makanan di kulkas. Tapi sekarang sangat hampa. Tristan kerja dari pagi sampai malam. Walaupun makan siang dia akan pulang, tapi, tetap aja rumah sangat sunyi.

Sebenarnya, ia tak terlalu setuju saat Tristan nyaranin kalau Razka dipindahin ke Indonesia. Tapi, Tristan memberikan keputusan yang bulat. Sehingga tidak bisa diganggu gugat.

Hari setelah Razka minta pindah.

"Kamu udah nemuin sekolah Razka?" tanya Lariel yang sedang memasukkan pakaian yang baru Tristan pakai ke keranjang kain kotor.

"Belum, aku pusing, malah perusahaan sekarang lagi ada masalah," jawab Tristan sambil melepas celananya.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tristan baru saja pulang dari kantor.

"Kayaknya Razka udah gak suka banget sama temennya itu."

"Kayaknya."

Lariel duduk di ujung kasur. Ia menatap suaminya yang kini sedang bersiap akan mandi.

"Apa kita kirim aja dia ke mama sama papa?" tanya Tristan.

"Hah? Maksudnya ke Indonesia?"

"Iya."

"Kamu gila? Jelas gak mau lah dia."

"Tapi ini demi kebaikannya juga, di sini dia sering keluyuran kemana-mana."

"Di sini aja dia sering keluyuran kemana-mana, apalagi ntar di Indonesia?"

"Setidaknya di Indonesia dia gak terlalu bebas, di sini temannya rata-rata yang udah narkoba, aku gak suka!"

"Temannya cuma Jessie dan Emma doang. Emang kamu pernah liat Razka punya teman cowok?"

"Ya, mungkin Jessie dan Emma pernah?"

"Mulut kamu ya! Kamu gak pernah mikir kalau ngomong! Masih saja kayak dulu!" Lariel berdiri dan menatap Tristan dengan tatapan tajamnya.

"Sayang, kok kamu jadi marah? Aku cuma mau yang terbaik buat Razka."

"Ya kalau mau yang terbaik buat anak kamu jangan ngejelekin anak orang!"

"Aku gak ngejelekin, aku cuma-"

"Udah kamu mandi sana!"

"Sayang."

Lariel naik ke atas kasur lalu berbaring. Kalau saat seperti ini, Tristan gak berani berdebat. Bisa-bisa terjadi perang dunia ketiga. Lariel kalau sudah ngambek, jangan dilawan. Tau sendiri kan Lariel itu kayak mana. Walaupun udah tua, tapi sifat suka marahnya masih nempel.

Tristan memilih untuk lanjut mandi. Soal membujuk Lariel itu bisa nanti saat setelah mandi. Minta jatah mungkin.

Setelah beberapa menit Tristan mandi, ia langsung memakai baju tidurnya. Ia melihat Lariel yang sudah tidur di kasur membelakanginya.

Tristan naik ke atas kasur lalu memeluk Lariel dari belakang. Menciumin tengkuknya dan mengelus tangannya.

"Aku minta maaf," ucap Tristan.

Lariel yang ternyata belum tidur membuka matanya.

"Jangan marah gini, aku jadi gak nyaman tidur sama orang marah."

Lariel membalikkan badannya. Kini mereka saling tatap-tatapan. Lariel melemparkan senyum indahnya.

"Makanya kalo ngomong dipikir dulu!"

Love Me Like You Do [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang