V - Started Following You...

8.2K 720 35
                                    

Suara mobil mengalihkan fokusku. Tadinya aku fokus main hp. Lihat-lihat instagram. Banyak juga ya penggemarku. Aku tak aku kalau aku bisa seterkenal ini. Tapi, aku juga dikenal banyak orang karena papa sama popi. Makanya aku gak mau sombong.

Aku langsung melompat dari tempat tidur lalu keluar kamar dengan hati-hati. Aku bisa melihat papa sedang munuju dapur. Pria itu tengah mencium pipi popi. Oke, sampai saat ini, mereka masih senyum-senyum.

"Razka mana?" tanya papa. Aku yang tengah menguping ini mulai was-was. Jantungku sudah hampir keluar dari tubuhku.

"Di kamar."

"Aku tadi ditelpon sekolah, gak ku angkat karena tadi agak sibuk, kenapa lagi dia?"

Mampus!

"Dia berantem."

Papa terdiam. Ia menghembuskan nafasnya. Seolah-olah pasrah dengan keadaan.

"Dia cuma kesal sama temennya, setiap hari dia diejek karena kita."

Popi memegang pundak papa lalu memberikan pria itu secangkir kopi. Posisiku saat saat ini aman. Mereka tak bisa melihatku.

"Apa kata sekolah?"

"Dia bakal di skors selama 3 hari."

"Trus dia bilang apa?"

Popi duduk di kursi lain. Ia melipat tangannya dan menempelkannya ke atas meja.

"Dia bingung mau ngapain. Temennya itu terus-terusan mengejeknya. Ya... Kalau aku jadi Razka juga bakal lakukan hal yang sama," jawab popi. Jujur demi Tuhan, aku sangat mencintaimu popi. Bolehkah kurebut kau dari papa?

"Ehm... Iya, aku juga."

Kalian tau? Aku lega. Lega sangat lega. Aku mencintai dua orang ini. Tuhan, jangan biarkan mereka pergi dariku.

Papa berdiri. Popi langsung menoleh dan bertanya.

"Mau kemana?"

"Ke kamar Razka. Sekalian ngajak dia makan siang, dia belum makan kan?"

"Oh, yaudah, aku siapin makanannya dulu."

Papa mulai berjalan.

Aku langsung berlari secepat mungkin dan masuk ke dalam kamar. Sampai di kamar, aku melompat ketempat tidur, lalu menutup mataku. Aku bersikap seolah-olah tengah tidur.

Pintu kamarku terbuka. Aku mendengar langkah semakin lama semakin mendekat. Sampai akhirnya berhenti tepat di samping tempat tidurku. Aku bisa mendengar deru nafasnya. Dia adalah papa.

"Hey buddy!" panggil papa.

Aku membuka mataku perlahan. Pura-pura melakukan peregangan. Seolah nyata dan aku senang bisa berakting seperti ini.

"Ayo makan siang, popi udah siapain."

"Eh... Papa udah pulang?"

"Belum masih di kantor."

"Trus ini siapa?"

"Papa barumu," papa tertawa kecil. Akupun ikut tertawa melihatnya. "Udah ahh!! Ayo turun, nanti popi marah bisa hancur rumah ini."

"Iya, Razka nyusul."

"Okey!" papa meninggalkanku yang masih berbaring di atas kasur.

"Jangan lama! Papa sudah lapar!" teriak papa dari luar kamar.

"Iya!"

Aku terus menatap ke pintu kamar. Bahagianya aku bisa mendapatkan mereka. Walaupun kata orang keluarga kami tidak normal, tapi menurutku ini normal-normal aja. Gak ada yang aneh dari keluarga kami. Buktinya, kami selalu terlihat bahagia. Ya... Walaupun aku sering dibentak papa. Tapi aku tau, papa itu luar biasa baiknya. Buktinya, sama popi aja selalu ngalah. Dia takut sama popi. Fyi.

Love Me Like You Do [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang