XVII - Murid Baru

5.7K 499 46
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi. Akhirnya, masa penyiksaan ini berakhir. Sejak tadi aku udah pusing. Pengen main. Sebenarnya aku tadi mau bolos, tapi malas. Yaudah aku jadi di kelas aja.

Aku pamit ke Clara minta pulang duluan. Bukan apa-apa, cuma pengen aja. Dengan santai aku keluar dari kelas. Menikmati hidup tanpa ada masalah. Walaupun tadi pagi ada. Gara-gara guru yang datang bulan tiap hari. Baru sebulan aku sekolah di sini, aku udah jadi incarannya. Sialan tuh guru.

Tiba-tiba aku kangen Mr.Robert dan Mr.Jackson. Apa kabar ya mereka? Dua guru yang baiknya bukan main. Nilaiku selalu aman sama mereka. Di sekolah ini aku belum menemukan guru kayak mereka.

"Sendiri aja?" tanya seseorang. Aku kaget dan langsung mencari sumber suara. Ternyata dia adalah Bima.

"Sialan, gue kaget!"

"Hehe, sorry, sendiri aja? Clara mana? Biasanya bareng?"

"Masih di kelas, gue tadi minta pulang duluan."

"Kenapa? Dijemput supir?"

"Kayaknya."

"Pulang bareng gue aja yuk!"

"Tapi su-"

"Udah gampang!"

Tiba-tiba saja Bima menarik tanganku. Kami kini menuju parkiran mobilnya. Kalian belum tau ya? Bima ini anak dari kepala yayasan. Makanya dia bebas-bebas aja di sekolah ini. Baru tau ya? Sama, aku juga baru tau dari Clara.

Bima membukakan pintu mobilnya lalu mempersilahkan aku masuk.

"Apaansih! Gue juga bisa kali."

Anak itu cuma nyengir gak jelas.

Tanpa pikir panjang, aku masuk ke dalam mobil. Begitu juga Bima yang berlari kecil dari depan mobil menuju pintunya lalu ia masuk.

"Kita mau kemana?" tanyanya.

Pertanyaan bodoh.

"Ya pulang, emang mau kemana?"

"Ya... Kali aja jalan-jalan gitu."

"Gak usah, gue mau pulang."

"Ke puncak aja gimana?"

"Pulang aja Bim!"

"Atau, ke pantai? Lo kan suka pantai."

"Bim!" aku menatap Bima. "Pulang aja."

"Oh, oke."

Selama di perjalanan kami cuma diam saja. Gak ada yang membuka suara. Mungkin karena aku membentaknya tadi. Lagian bandel banget. Udah dibilang pulang aja, malah diajak kemana-mana. Aneh.

Kami sampai di depan rumahku. Aku langsung mengucapkan makasih lalu turun. Bima langsung melajukan mobilnya. Mengingat aku orangnya yang gak perdulian, jadi, yaudah.

Aku masuk ke dalam rumah. Mataku langsung melihat nenek dan kakek sedang duduk di sofa berduaan. Mata mereka langsung menatapku.

"Eh, cucu nenek udah pulang," nenek langsung beranjak dan langsung memelukku.

"Iya, nek."

"Tadi papa kamu nelpon, nanya keadaan kamu."

Tumben? Biasanya juga gak peduli. Aku gak penasaran. Aku cuma meng-iyakan nenek.

"Nek, Razka capek, Razka ke kamar dulu ya."

"Iya sayang."

Aku langsung menuju kamar. Tak ingin melanjutkan percakapan. Pasti nenek membahas tentang papa yang tadi menelpon. Aku sudah malas. Gak peduli lagi mereka mau ngapain. Aku benci papa. Aku sayang popi.

Love Me Like You Do [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang