XXI - Pikiran Gila

5.8K 473 20
                                    

Kalau aku bisa mengakui, aku bisa saja mengakuinya saat ini juga. Tapi, gak tau apa yang menghambat bibir ini untuk tidak mengatakannya. Ditambah logika ku yang masih saja bekerja dengan semuanya. Tapi dari dalam aku ingin menyangkalnya. Sungguh. Ini bukan hal yang aku butuhkan saat ini. Duniaku masih terlalu cepat untuk merasakan hal yang katanya indah tapi menyakitkan ini.

Aku masih belum siap. Aku juga masih belum siap untuk menyakiti orang lain. Karena kalau itu benar terjadi, aku adalah orang paling jahat di dunia ini. Aku gak mau di sebut sebagai orang paling jahat. Karena menyakiti hati seseorang lebih kejam dibanding membunuhnya secara langsung. Itu adalah prinsip yang aku dapat entah dari mana.

Dunia tak pernah mengenalkanku tentang cinta. Tapi, kasih sayang dari kedua orang tuaku cukup membuat aku mengerti kalau cinta itu indah. Karena, itu peran orang tua pada umumnya kan? Mencintai anaknya lebih dari mencintai dirinya sendiri. Itulah mengapa aku menyebut Popi adalah cinta pertamaku, dan papa adalah cinta keduaku. Kehilangan salah satu dari mereka cukup membuat hatiku hancur.

Aku gak pernah menyangka kalau ada hati yang selama ini ingin memilikiku. Karena yang aku tau, aku adalah anak yang bebal dan keras kepala. Aku bahkan tak pernah memberikan perhatian lebih kepada seorang pun. Bahkan sama Jessie dan Emma. Mereka adalah sahabatku. Dan mereka menyadari kalau aku tak akan merasakan yang namanya cinta. Mereka juga sadar kalau aku tidak suka dalam perbudakan cinta yang bisa membuat aku semakin bodoh nantinya.

Aku bodoh, dan aku gak mau menambah kebodohanku dengan mengenal cinta yang belum tentu benar itu cinta.

Apa ini?

Sekarang aku semakin gila dibuat ucapan yang aku dengar di toilet sekolah tadi siang. Aku mulai gila. Sejak tadi ucapan itu terus menghantuiku. Walaupun aku tak menjelaskannya, kalian pasti tau rasanya dihantui sama perasaan. Ya, perasaanku mulai berantakan sekarang. Bantu aku untuk menyangkal ini. Karena aku masih belum sanggup.

Kehidupan ini hanya sandiwara. Jangan pernah cepat terlena dengan semua ucapan yang walaupun terlihat sangat tulus. Karena, seekor domba pun bisa menjadi srigala yang sangat kejam. Itulah hidup yang sebenarnya.

Jadilah kini aku berbaring di atas kasur terganggung dengan pikiranku yang tidak jelas ini. Bayangan Fachry terus saja menghantuiku. Senyumannya, tawanya, bahkan semua tentang dirinya seketika terlintas dalam pikiranku walaupun aku tak menginginkannya.

Lebih bodohnya lagi, aku cemburu saat dia dekat dengan yang lain.

Shit!

Lagi asik mengumpat dan menyangkal perasaan, aku dikejutkan dengan hp ku yang tiba-tiba berdering. Mataku langsung melirik ke hpku yang terletak di sampingku.

"Halo!"

"Hi!"

"Apa?"

"Keluar."

"Hah?"

"Liat dari jendela."

Aku langsung melompat dari atas kasur menuju jendela. Sampai disana aku langsung menyibakkan gorden lalu melihat ke arah pagar rumah. Ada seseorang berdiri di sana sambil memegang hp di telinganya.

"Do you see me?"

"Y-ya, kamu ngapain di situ?"

"Well, aku beberapa kali mencoba untuk tak mengacuhkanmu tapi aku gak bisa."

"Hah?"

"Kamu gak ada niat untuk keluar?"

"Bentar!"

Pikiran ku sudah gila dibuat kejadian tadi di sekolah. Tambah sekarang pria itu muncul membuat pikiranku sudah semakin gila. Aku merasa harus ke psikiater sekarang juga. Aku sudah gila. Aku gila. Aku gila! Fachry! Why you do this to me?

Love Me Like You Do [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang