XXXV - I'm a man

4.7K 434 43
                                    

Dalam kehidupanku, untuk pertama kalinya aku merasakan yang namanya cinta, untuk pertama kali aku memiliki pacar, dan untuk pertama kalinya aku berpacaran dengan seorang pria. Karena aku baru tahu, ternyata cinta tak mengenal siapa kita. Dia akan datang jika memang itu tempatnya. Dia akan bersarang di mana tempat dia seharusnya. Karena cinta bukan tentang siapa kamu dan siapa aku. Cinta itu tentang bagaimana kita bisa merasa nyaman jika berada di dekatnya. Menginginkannya untuk tetap disisi kita. Bahkan sampai berharap dia selalu ada di keadaan apapun.

Mencintai adalah hal yang wajar. Kita semua pasti pernah merasakannya. Seperti aku yang kini telah mencintai sosok pria yang pernah aku benci. Aku merasa dialah orang yang paling tepat. Orang yang paling mengerti keadaanku. Walaupun dia pernah menghina keluargaku. Tapi sekarang, dia menjadi orang yang berbeda.

Mungkin, kami berdua telah merasakan porsinya masing-masing. Kami mendapatkan karma kami sendiri. Fachry yang tipikal manusia yang paling tidak menyukai keberadaan homo di dunia ini, dan aku yang berharap Fachry menghilang dari bumi. Itu semua berbanding terbalik dengan keadaan kami saat ini. Fachry yang kini mencintaiku yang berjenis kelamin sama dengannya, dan aku yang berharap Fachry selalu ada di dekatku.

Dunia memang selucu itu. Aku bahkan tak menyangka kehidupanku akan seperti ini. Aku juga tak menyangka akan ada dua pria yang menyukaiku. Seumur hidupku, aku tidak pernah disukai oleh perempuan. Aku bahkan tak pernah merasakan yang namanya dicintai kecuali cinta dari sahabat dan keluargaku. Yang ada, aku merasakan cinta dari seorang Fachry. Dia sangat tulus dan aku bisa merasakannya. Bahkan popi juga berharap aku dan Fachry menjadi sepasang kekasih.

Dilihat dari keadaan keluargaku, aku semakin percaya, dunia ini akan terus berlanjut sampai nanti aku memiliki keturunan lagi. Tapi, aku masih belum yakin, cinta ini akan berlanjut sampai tua nanti. Untuk saat ini, aku masih berharap Fachry ada di dekatku. Tapi aku masih belum yakin dia yang akan menjadi pendampingku saat di pernikahan nanti. Siapa tau aku atau dia menjadi salah satu tamu undangan, atau mungkin kita berdua yang menjadi mempelainya. Entahlah, untuk itu, biarlah waktu yang menjawabnya. Untuk sekarang ini, aku ingin menjalani kisah cinta ini dulu. Kalau Fachry cukup membuatku bahagia, aku tak akan mengharapkan orang lain lagi.

Setelah menjadi kekasih Fachry, aku menjadi lega. Kebimbanganku seketika hilang. Selama ini, aku hanya mengharapkan kehidupanku berbeda dari kedua orang tuaku. Tapi ternyata salah. Aku tak bisa jauh dari mereka. Aku sadar ini bukan keturunan, aku juga sadar ini bukan penyakit menular, aku sadar ini adalah faktor alam dan aku tak bisa menghindar darinya.

Hari ini adalah hari pertama aku dan Fachry menjadi sepasang kekasih. Kisah hari ini cukup menyenangkan. Fachry mengajakku keliling Jakarta. Walaupun kami berdua masih belum hapal dengan kota ini, tapi perjalanan kami cukup menyenangkan. Banyak hal yang kami lalui. Dimulai dari makan di pinggir jalan, bermain di monumen nasional, tersesat dan banyak lagi. Sampai kami pulang tepat pukul 11 malam. Popi sudah standby menunggu di ruang tengah.

Aku dan Fachry masuk bersamaan. Ada popi yang duduk di sofa bersama papa di sana. Tak ada yang berani berbicara dari kami berdua. Kami hanya berjalan sampai akhirnya mendekat ke dua pria yang kini menatap kami.

"Ini udah jam berapa?" tanya popi.

Aku melihat jam di hpku. "Jam sebelas lewat lima belas pi," jawabku.

"Masih ingat pulang?"

"..."

"Kenapa telpon papa gak diangkat?" sambar papa.

"Silent, pa."

"Kemana aja kalian?" tanya popi.

"Keliling Jakarta doang kok pi," jawab Fachry.

Love Me Like You Do [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang