XIII - Keputusan Sepihak

6.5K 543 24
                                    

Pikiranku masih terjebak di kejadian tadi pagi. Aku masih gak mengerti maksud dari Fachry dan anggota-anggotanya melakukan itu. Katanya untuk menyambutku karena udah kembali sekolah. Yang jadi pertanyaanku adalah, mengapa Fachry yang buat sambutannya? Kenapa gak dua wanita jalang ini. Bisa-bisanya lupa kalau hari ini aku udah kembali ke sekolah.

Aku terus memerhatikan Mr.Robert menjelaskan materi yang sama sekali gak masuk ke otakku. Aku paling benci pelajaran ini. Tapi nilaiku di pelajaran ini gak pernah rendah. Sebelum rekap nilai, aku memohon sama guru satu ini untuk minta nilainya di tinggikan. Dengan jurus andalanku, akhirnya guru tampan yang satu ini memberiku tugas. Mau bilang i love you sayangnya dia udah nikah.

Mr.Robert itu guru Fisika yang gak bisa di nego lagi ketampanannya. Dengan umur 27 tahun, beliau sudah menjadi guru di sekolah ku ini. Dia sudah nikah dan istrinya sedang hamidun alias hamil. Sudah 6 bulan. Kabarnya mereka menikah 3 bulan lalu. Ehm... Kalian sepemikiran kan samaku? Maaf, aku ini emang diciptakan dengan otak yang suka berlarian kesana kemari dan tertawa.

Sekadar informasi aja. Aku sama Mr.Robert sangat dekat. Bisa dibilang kayak paman dan ponakan. Beliau baik banget. Liat aja kan? Kalau aku minta tambahan nilai, beliau pasti ngasih tugas. Dan nilai ku sama beliau selalu B. Kenapa B? Karena kalau A nanti jadi tanda tanya besar. Mr.Robert tak mau ini jadi masalah. Kadang, temenku suka protes, tapi aku cuma bilang. "Makanya belajar!"

Belajar nyari hatinya.

Udah segitu aja tentang Mr.Robert yang tampannya melewati batas. Kita lanjut ke kisah antara aku dan Fachry. Eh maksudnya, Kisah SMA ku. Mengapa aku jadi mikirin Fachry? Kurang ajar.

Bel pergantian les berbunyi. Mr.Robert mengakhiri kelasnya. Seluruh siswa pun mulai merapikan mejanya. Memasukkan bukunya ke dalam tas lalu beranjak ke kelas lain untuk materi berikutnya. Ketika aku melewati beliau, beliau memanggilku. Aku menyuruh Jessie dan Emma duluan.

"Saya dengar kamu di skors 3 hari?" tanya Mr.Robert. Beliau sedang memasukkan buku ke dalam tasnya.

"Iya pak."

Mr.Robert menghembuskan nafasnya. Ia memandangku dengan tatapan tak mengerti. Bisa dibilang, aku sedikit takut bicara dengannya saat ini karena kasusku.

"Kamu juga sering bolos di kelas lain. Kenapa?"

Aku tak berani menjawabnya. Sebenarnya aku mau menjawab karena gurunya gak asik. Gak seperti di kelas bapak. Gak baik bolos di kelas orang ganteng.

"Kamu udah SMA Razka, bisa dibilang kamu ini udah mau dewasa, nanti di kuliah, kamu gak bisa nego-nego sama dosen."

"I-iya pak."

"Di kuliah nanti kamu gak nemu dosen kayak saya. Saya sih, kalau kamu minta nilai tambahan, saya kasih tugas kan? Kalau kuliah nanti kamu mohon-mohon juga gak bakal di kasih. Masih untung dosennya baik. Kalau dosennya killer? Gimana?"

Aku tak menjawab. Aku hanya bisa diam mendengar ceramah orang ganteng yang satu ini.

"Berubah ya, kalau setidaknya kamu gak ada alasan untuk berubah, berubah untuk saya."

Mau teriak tapi lagi jaga image. Lihat, kalau kalian di posisiku, kalian bakal ngapain? Terkam? Peluk? Cium? Aku gak tau persis kenapa aku suka sama guruku yang satu ini. Selain baik, dia juga ganteng. Oke, kalau melihat Mr.Robert, aku rela jadi gay. Aku rela mengubah orientasi seksualku demi Mr.Robert.

"Razka," panggil beliau merusak imajinasiku.

"Iya pak?"

"Berubah, jangan bolos lagi, jangan berantem."

Love Me Like You Do [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang