thirty five

576 66 63
                                    

Pria baik akan tetap tinggal dengan berbagai alasan, sebaliknya.. Pria sialan hanya perlu pergi tanpa mengatakan apapun.

Beruntungnya aku dikelilingi pria pria baik, walau sifat mereka pun berbeda-beda.

Saat tahu kakakku bukanlah kakak kandungku, dunia sempurna kami tiba-tiba retak.

Walau pada akhirnya aku mengerti jika itu bukanlah kesalahannya, namun.. Tetap saja ada bagian dimana aku tidak bisa seperti dulu lagi

Cara memandangku kini sudah berbeda.

Aku bukan anak kecil papa yang lugu, bukan adik mereka yang selalu patuh.

Fikiranku bebas menilai, termasuk bebas bersikap.

Detak

Flashback on

-chafia pov-

Rosemary kecil setinggi 15 cm dengan ketebalan daun masih sangat sedikit terbungkus pita putih bertuliskan inisial namaku, aku mengerjap takut salah lihat dan tulisan itu nampak untukku, dari pada penasaran aku langsung mendekatinya, membaca nama pemilik benda ini, seseorang memberikannya padaku ? tanaman??

Chafia , bacaku pelan, berfikir lalu melihat kesekeliling namun tak ada siapapun selain heningnya teras rumah kami.


rosemary? dari siapa? mengapa salah satu tanaman dirumahku dijadikan hadiah? apa ini ulah papa? dia memberikan pot ?

kalau benar dari papa, untuk pertama kalinya aku senang menerima hasil cocok tani dari kebunnya walau yang membedakannya hanyalah pot dan pita cantik ini

lama memandanginya satu fikiran terlintas, bukankah ini terlalu manis untuk di letakkan didepan pilar pintu rumah ? dari pada disini mengapa papa tidak meletakkan di tempat yang bisa ku lihat pertama kali, kamarku misalnya...di tempat aku membuka mata akan jauh lebih berkesan, kenapa harus disini ? tapi...apa benar papa? karena papaku tak pernah begini.

aku maju menyentuh satu daun rosemary, mencium aromanya dan terus mengamati hadiah membingungkan ini sampai suara derap langkah terdengar dan menjawab kebingunganku.

si pemberi sebenarnya muncul sambil merangkup sebagai kurir.

Dia datang dengan nafas keluar masuk di bibir merahnya, kelelahan di pagi hari dengan wajah tersapu angin pagi

oh...tubuhku membatu menyebut namanya dalam hatiku

padre...??


Sepagi ini padre muncul di rumah kami, membawa beberapa kotak berwarna pastel dan bungkusan lainnya memenuhi tangan putih kemerahannya yang terlihat dari lipatan sweater turtle neck hitamnya "hai... Pagi chafia"sapanya lembut, suaranya serak, ringan dan nyaman di dengar.

suara itu yang sejak kemarin terngiang-ngiang di telingaku, dia tersenyum sambil menaiki satu lagi undakan tangga untuk menegapkan posisi tubuhnya, biasanya saat bertemu padre, dia akan mencium keningku tanpa basa basi, namun kecanggungan diantara kami masih terasa dan mulai meniadakan kebiasaan itu, kebiasaan yang ku rindukan.

walau kebiasaan itu tak terjadi, namun sebuah ciuman berganti senyuman manis diwajah tampannya, salam sapa teraman yang berani ditunjukkannya saat ini tanpa berani menyentuhku.

DetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang