3.7 Sembakung

345 9 0
                                    

10 hari kedua kulalui dengan menyenangkan. Meski sama sama ramahnya, Alam lebih enak diajak ngobrol daripada Roby. Kalau ngobrol sama Roby, beberapa kali ada momen hening, obrolan habis. Tapi bersama Alam, obrolan bisa berjalan terus dengan lancar. Tidak hanya menjawab pertanyaan pertanyaan ku, Alam pun aktif bertanya. Dari obrolan obrolan itu lah aku mendapatkan banyak informasi seputar daerah kami.

Tanpa terasa, akhirnya 10 hari kedua pun berakhir. Alam ganti sif malam. Roby pulang kampung karena waktunya libur. Tim sif pagi pun berganti, antara lain Steven, Stanley, Bahar dan Samson. Steven dan Stanley bersuku Toraja, tinggal di Tarakan. Bahar orang Bugis, tinggal di SP 3, tetangga desa Alam. Sedangkan samson orang Dayak Agabag, tinggal di Kecamatan Sembakung Atulai, kalo gak salah di Desa Lubok.

Diantara mereka berempat, yang paling akrab denganku adalah Bahar. Sama seperti Alam, obrolanku dengan Bahar bisa berjalan ringan lancar. Sedangkan bersama Samson, obrolan terkesan kaku. Berbeda dengan orang orang dayak yang selama ini aku temui di estate, samson kesannya agak gimana gitu. Rasa kesukuannya tinggi. Kurang bisa menerima orang asing di tanahnya. Dan akhirnya obrolan pun menjurus ke arah politik. Tentang Bupati Nunukan yang kata dia selalu dari orang non Dayak.

Sedangkan steven n Stanley, seperti yang aku cerita kan sebelumnya, terkesan hidup berdua saja. Tidak boleh ada orang lain masuk ke kehidupan mereka berdua. Steven sang kakak, Stanley sang adik. Tapi entah kenapa, selama aku numpang cari sinyal, Steven relatif terbuka denganku. Bahkan Bahar sempat mengutarakan keheranannya. Karena selama ini, mereka berdua, terutama Steven terkesan nggak mau berteman dengan selain Stanley. Samson pun mengiyakan.

Adzan maghrib, isyak dan subuh masih berkumandang oleh Alam. Peserta jamaah masih aku dan dia. Sesekali Bahar ikut. Sedangkan jumatan, masih belum bisa dilaksanakan. Selain terkendala masalah jumlah jamaah, juga terkendala Khotib nya. Alhasil untuk jumatan aku harus cari masjid di kampung terdekat yang kalau ditempuh dengan jalan kaki, mungkin perlu waktu satu jam. Beruntung sejak ada Alam, aku bisa nebeng naik motornya.

Selama Alam masuk sif malam, otomatis pertemuan kami jadi terbatas. Tapi bukan berarti tidak sam sekali. Justru pertemuan kami makin intens karena di luar jam kerja. Jika saat sif pagi kami cuma bisa bertemu n ngobrol di pos security, maka saat ini kami justru bisa jalan jalan santai menikmati suasana sore hari. Bahkan kami rutin tidur siang bareng di masjid setelah sholat dzuhur wkwkwkwkw.

Dulu? Kalo dulu ya nggak bisa. Nggak ada jam istirahat bagi security. Mereka harus stand by di pos atau keliling estate dan kebun dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore. Jam 6 sore estate udah gelap n sepi banget. Udah hampir gak ada aktivitas di luar mess masing masing, kecuali security sif malam.

Sedangkan sekarang, saat Alam sif malam, dia stand by mulai jam 6 sore hingga jam 6 pagi. Jam 6 pagi sampai jam 6 sore dia free. Biasanya dia tidur dari jam 7 pagi sampai jam sebelasan. Lalu masak, makan siang dan sholat dzuhur. Selepas sholat dzuhur tidur lagi sampai ashar. Selepas ashar jalan jalan sore. Sebenarnya bukan jalan jalan sore sih, lebih tepatnya cari pakis di hutan buat dimasak sebagai sayur.

Pakis? Yupss... Baru pertama kali juga aku tahu kalo pakis bisa dimakan. Selain pakis, biasanya Alam masak sayur kangkung n teratai yang ia tanam di kolam depan mess nya.

"Lumayan pak, bisa lebih hemat" jelasnya. Aku jadi semakin salut ke dia. Berbeda dengan security atau karyawan jomblo lainnya yang lebih senang beli makan daripada masak sendiri. Sebenarnya gaji security cukup besar loh. Sekitar 5 jutaan. Saat itu UMK untuk Surabaya dan sekitarnya baru 2.5 jutaan. Tapi Akan memilih untuk berhemat agar bisa membantu orang tuanya menyekolahkan adik adiknya. Selain itu dia juga sedang menabung untuk persiapan pernikahannya. Hemmm....

Rupanya dia sudah ada gadis yang diidamkanya. Adik kelas sewaktu sekolah di SMA. Susah beberapa kali dia mendatangi rumahnya, ya semacam apel lah. Dia berjani selepas lebaran tahun ini, dia akan datang bersama orang tuanya untuk melamar sang gadis. Entah kenapa, saat dia menceritakannya, aku jadi merasa gimana gitu 😓. Semacam perasaan takut kehilangan. Apalagi saat dia menceritakan rencana pasca pernikahannya, bahwa dia akan resign dari perusahaan dan akan fokus mengerjakan kebun orang tua dan mertua nya. Hikssss....

"Bapak udah pernah ke Pembeliangan?" tanya Alam suatu sore saat kami jalan jalan

"Pembeliangan? Apa itu?" tanyaku.

"Itu nama desa, pusatnya kecamatan Sebuku." oooh...

"Jauh kah?"

"Lumayan. Kalo bapak mau, ayo kapan kapan kita ke sana."

"Oke. Hari minggu besok ya..."

"Siap..."

"Ramai kah?"

"Ramai pak, tapi enggak seramai SP."

"Ooo... " aku mulai memperkirakan keramaiannya 😅 kalo nggak seramai SP, ya kira kira masih sepi, meski enggak sesepi estate. 😅 waktu itu aku sudah pernah ke SP bersama Pak Ernes.

***

Hari minggu, sesuai kesepakatan kami kemarin, pagi pagi aku sudah stand by di pos security, menunggu Alam menjemput. Di pos ada steven n Stanley. Sementara Bahar dan samson patroli berkeliling kebun.

"Mau ke mana pak? Koq kayaknya udah bersiap siap" tanya Stanley ramah. Berbeda dengan steven yang terkesan agak sombong, Stanley terkesan lebih ramah n terbuka..

"Mau ke Pembeliangan." jawabku.

"Eh tahu pembeliangan pak?" tanyanya penasaran.

"Iya, diceritain si Alam. Kamu udha pernah ke sana?"

"Belum hehehe... Nggak pernah ke mana mana saya pak. Kalo sif pagi, malamnya tidur. Kalo sif malam, paginya tidur. Kalo libur ya pulang ke Tarakan. Hehehe... "Baru kali ini si Stanley ngomong panjang. 😅 sementara si steven diam saja. Dulu awal awal, steven lah yang aktif ngobrol. Banyak yang ia ceritakan tentang dia, keluarganya, prestasinya, sukunya dll. Tapi ya itu, karena obrolan seputar dirinya saja, lama lama jadi kurang menarik dan akhirnya habis topik. Hampir nggak pernah dia bertanya balik tentang aku. 😅

"Sama siapa?" tanya Steven tiba tiba. Eh kayaknya baru kali ini dia bertanya. Aku menoleh ke arahnya. Kami berpandangan. Ini emang nyata atau cuma aku aja yang halu? Koq pandangannya terkesan introgatif gitu 😫 aku jadi merasa seperti terdakwah, seperti seorang istri yang diinterogasi suaminya. Wkwkwkwkwkwkwk.

" Alam... " jawabku singkat. Glek... Aku menelan ludah saat menjawabnya. Pandangan steven pun semakin tidak enak. Untunglah tak lama kemudian Alam datang bersama motornya.

"Ayo pak..." serunya. Aku pun bergegas menghampirinya.

"Duluan ya... " pamitku pada Steven n Stanley.

***

Petualangan Kliman 😂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang