"ih dasar homo mesum....!" Teriakku reflek saat si walang colek belahan pantatku. Kaget tapi menikmati. Wkwkwkwk.
.
"Heleh... Seneng kan dicolek? Wkwkwkwk" ledeknya. Ya iya sih, seneng aja aku dicolek colek walang. Makin curiga deh Ama si walang nih.
.
"Gitu aja bilangnya takut digoda cowok. Padahal sendirinya yang suka colek-colek cowok." Balasku. "krik jangkrik ... Ati ati loh, sepupu mu nih bahaya .. wkwkwkwk" teriakku pada jangkrik yang ada di depan. Jangkrik diam saja, tetep fokus menelusuri jalur setapak menuju danau taman hidup. Apalagi hari mulai gelap. Menyadari hari mulai gelap n jangkrik diem aja, aku jadi merasa semriwing sendiri.😨
.
"Jam berapa nih? Koq udah gelap ya 😰" Tanyaku pada walang.
.
"Masih jam 5." Jawab walang santai. "Kenapa? Takut ya... Wkwkwkw" ihhh nih orang.
.
"Nggak lah... Tapi kan udha gelap. Gak safety loh trecking gelap gelap. Apalagi medannya nanjak terus gini ... Terus ada .. . " Aku menggantung ucapanku. Di beberapa tempat, kita nggak boleh menyebutkan ketakutan kita secara gamblang. Terutama di tempat yang terkenal angker seperti jalur taman hidup. Karena kalo kita sebut secara gamblang, makhluk halus akan tau kalo kita ketakutan, dan mereka semakin senang godain. 😫
.
"Udha gak papa ... Masih terang koq. Kan tadi sepakat max jam 19 malam... " Masih santai aja nih si Abang. Hayati takut bang.... Yes sih, sejujurnya aku mulai takut 😂
.
"Emang takut apa? Macan, 'macan' atau "macan"? Sambungnya dan tiba tiba saja di bikin gerkaan menerkam ke arahku. Emosi lah aku jadinya hissss ... Ya kalo dalam kamar berdua Ama dia, gelap gelapan terus dia modus jadi macan gitu, gue terkam balik 😂 lah ini dalam hutan, gelap gelapan, dia nakut nakutin gitu. Kan emosi jadinya. 😑😒
.
"Break dulu..." Ucapku saat menemukan si jangkrik terduduk kepayahan. Aku sendiri ya udha kepayahan. Tindakan terbaik memang istirahat. Sebenarnya ya sekalian buka tenda. Mumpung ada lahan datar lumayan luas.
.
"Bang ambilkan softelku dong ... Di tas bagian belakang" aku minta tolong ke walang saat nyamuk mulai berdatangan. Kenapa gak ambil sendiri? Ya karena susah ambil barang di tas bagian belakang. Kenapa gak dilepas aja tasnya? Malesin. Makenya lagi butuh tenaga. Kebayang kan tas gunung yang gede itu. Kan males banget lepas terus pakai lagi hanya untuk ambil barang kecil.
.
"Sini ya?" Tanya si walang sambil meraba raba tas ku ... Entah kenapa aku ke bayang, tangannya makin turun dan meraba pantatku lagi... Hiksssss .. aku buang jauh jauh pikiran itu. Hari makin gelap. Gak baik mikir hal hal mesum di tengah hutan 😅😂
.
"Iya..." Jawabku sambil ulurkan tangan ke belakang buat Nerima softel dari dia. Lah... Bukannya softel yang mendarat di telapak tanganku , malah jari telunjuk dia. Itu pun dia gerak gerakan maju mundur. Apa-apaan nih si Abang 😒😑. Karena aku udah bete banget, akhirnya aku genggam telunjuk dia, lalu aku kocok kocok kayak kocokin titit.
.
"Dasar homo mesum ... Wkwkwkwk " Teriaknya sambil tarik cepat telunjuknya. Si jangkrik noleh ke arah kami dengan pandangan heran sekaligus curiga. Lah ... Aku speechless jadinya. 😑😒 Senjata makan tuan. Si walang berhasil membalasku. Arggggghhhh... 😫😤 Aku sendiri gak bisa berbicara apa-apa. Mau membela diri pun rasanya udha mentok. Lah aku nya emang salah sih. Ngapain juga tadi aku kocok telunjuk dia. Kayak boti jalang yang sedang kegatelan banget. Hiksssss 😔😭 meskipun walang yang mulai, dan aku mau balas ucapan nya, tapi entah kenapa mulut ku kayak terkunci. Duh... Mungkin kayak gini kali ya kalo dalam situasi tercyduck.
.
"Eh buka tenda di sini aja yuk... Mumpung ada lahan datar yang cukup lebar buat diriin tenda."
.
"Belum jam 6 dek ... " Eh si walang nyebut aku dek? Tuing Tuing apa itu kode? Ah nggak ah paling paling dia cuma mancing mancing lagi. Mending gak usah aku tanggapi biar aku gak semakin terjerat jebakannya.
.
"Lanjut aja, kurang dikit kayaknya" jawab jangkrik. Aku kalah suara. 😔 Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan.
.
Tak berapa lama kami berpapasan dengan rombongan pendki lain yang turun. Kami mun ngobrol2 sebentar. Biasalah basa basi. Terus tanya masih apa jauh apa enggak tujuan kami n tracknya gimana.
.
"Udah dekat koq, sepuluh menitan kalo turun. Kalo naik ya paling 20 menitan. Medannya makin curam. Hati hati aja. Oh iya, baiknya lewat jalur utama saja. Jangan brasak brasak. Jalur brasaknanya gak terlalu jelas." Jawab ketua rombongan.
.
"Oke makasih bang" ucap walang. Dan mereka pun melanjutkan perjalanan turun. Sedangkan kami melanjutkan perjalanan naik.
.
Beberapa menit kemudian, Medan emang semakin menanjak gila. Aku makin ngos-ngosan. Apalagi jangkrik. Walang masih kelihatan santai, meski mulai kepayahan. Dan hari pun makin gelap. Suara adzan pun mulai berkumandang dari kampung kampung nan jauh di sana.
.
"Mending lewat jalur utama deh" protesku saat si jangkrik mulai nrabas jalur.
.
"Gak papa biar cepat. Udah dekat kan ..." Kilahnya. Aku menoleh ke walang, si walang mengiyakan. Entah kenapa perasaan ku jadi gak enak. Tapi apalah daya, aku ngikut aja. Pada mulanya jalurnya landai dan jelas. Tapi lama lama makin rimbun. Dan agak turun.
.
"Loh koq turun?" Komentarku. Berusaha menyadarkan walang n jangkrik bahwa kemungkinan kita salah ambil jalur.
.
"Emang gitu" jawab walang. " Pas dekat taman hidup jalurnya turun."
.
"Tapi jalurnya makin rimbun loh... " Aku gak berputus asa. Aku harus menyadarkan mereka. Menyadarkan??? 🙄 Jangan jangan Mereka gak sadar?!! Tuh si jangkrik yang dari tadi ngos-ngosan, sekarang jalannya cepet banget. Kayak setengah berlari malahan. Ishhh kenapa nih anak. Jangan jangan ... 😨😰
.
Sreeeeek buuuk .... Si walang terjatuh. Keliatannya dia udah kepayahan, apalagi kan dari awal dia yang gendong tas besar. Sementara jangkrik gak mau diajak gantian bawa tas besar.
.
"Krik jangkrik. .. " teriakku pada jangkrik yang makin jauh. Jangkrik seperti gak dengar. "break dulu... Berhenti.... Walang jatuh ... " Teriakku makin kencang.
.
"Aku gak papa koq, cuma terpleset doang ..."
.
"Itu namanya apa apa.... Udahlah been (kamu dalam bahasa Madura) udha kepayahan. Mending break dulu" aku ngotot.
.
"Krik jangkrik ... Berhenti ...." Teriakku. Jangkrik akhirnya berhenti.
"Coba liat kaki been.. " dan ternyata lecet. Entah kenapa aku bersyukur di atas luka lecetnya 😆 ya setidaknya dengan luka lecet ini aku bisa berargumen untuk segera buka tenda.
.
"Krik ...balik sini..." Teriakku lagi.
.
"Kenapa??? Ini loh udah dekat taman hidup ..." Dekat apanya, jalur makin rimbun gitu. Dan dari view-nya aja keliatan lampu lampu kampung. Firasat ku sih ya ini jalur menuju kampung. Pertanyaan : kampung mana? Seberapa jauh? Dan lebih extrim nya : itu kampung manusia atau ...???
.
"Walang cidera ..." Sebenarnya kalo di kota, cidera walang ya gak ada apa apanya. Cuma lecet karena sepatunya kekecilan. Tapi ini di tengah hutan. Jalan kaki. Bawa beban 60 liter. Awalnya si walang ngotot kalo dia gak papa. Aku ngotot pula kalo dia apa apa. Aku bilangi soal resiko resiko. Dan dengan terpaksa aku bilang : "si jangkrik sadar ta? Liat jalannya cepet banget gak seperti tadi yang kepayahan."
.
Akhirnya si walang terdiam. Merenungkan kata kataku. Soal resiko mendaki malam hari. Soal jalur yang makin rimbun dan gak jelas. Soal jurang di samping kami. Soal kelelahan kami semua. Soal luka lecetnya. Soal si jangkrik yang mendadak jadi powerfull..
.
"Oke. Kita berhenti saja. Kita buka tenda. " Ucap walang Akhirnya saat si jangkrik sudah berada di dekat kami.
.
Aku berucap Alhamdulillah syukur. Semoga besok kami menemukan jalur yang benar.
.
Tips buat yang tersesat di tengah hutan. Pakai prinsip STOPP : sitting (duduk, berhenti, jangan teruskan perjalanan), thinking (berfikir ulang, merenung, memperkirakan Medan, memperkirakan kekuatan, memperkirakan segala kemungkinan), Observasi (mengamati Medan sekitar, mencari petunjuk, melihat peta), praying (berdoa. Wajib ini. ) Planing (merencanakan langkah selanjutnya).TBC