Alam, satu nama yang masih terkenang hingga kisah ini berakhir. Satu nama yang membawa perasaan campur aduk ke dalam hatiku. Satu nama yang ingin kutemukan kembali setelah sekian lama kami berpisah.
Suatu sore di estate Sembakung, adzan kudengar berkumandang untuk yang pertama kali Sejak aku menginjakan kakiku di estate. Beberapa hari aku tinggal di estate, masjid itu tampak sepi. Bahkan terkesan kosong dan tidak pernah ditempati untuk sholat. Beberapa kali aku sholat di sana, sendirian. Jendela dan lantai pun penuh debu. Tetapi tiba tiba di suatu senja ada suara adzan yang berkumandang.
Entahlah, apa yang aku rasakan saat itu. Kaget bercampur senang sekaligus penasaran. Kaget karena akhirnya terdengar suara adzan, seperti mendengar sesuatu yang mulai terdengar asing. Senang, karena seperti terobati rasa rinduku pada kampung halaman, pada rumah, pada masjid dan pada bapak yang memang rutin jadi muadzin maghrib. Penasaran, entah siapa yang mengumandangkan ada tersebut.
Karena penasaran, aku pun bergegas ke masjid maghrib itu. Tapi .... Kosong. Kecewa ... Dan spooky 😅😫. Aku bergegas sholat dan kembali ke mess.
Lalu saat aku santai santai di mess, adzan terdengar kembali. Aku ragu antara berangkat ke masjid atau sholat di mess. Antara penasaran n spooky. Namun rasa penasaranku ternyata lebih besar. Aku pun bergegas kembali ke masjid. Dan ....
Ada seorang pemuda bersarung yang sedang sholat isyak. Aku bergegas berdiri di samping kanannya, lalu kutepuk pundaknya. Kami pun berjamaah. Sayang, di saat aku menjalankan rokaat ke tiga, dia sudah menghilang.
Ah gak papa lah, yang penting aku sudah yakin kalau memang ada yang aktif adzan di masjid estate. Cepat atau lambat kami akan bertemu kembali. Semoga Besok ada adzan subuh.
***
Pagi hari, seperti biasa, aku bangun jam 5 lebih. Ya tentu saja aku ketinggalan adzan subuh 😅. Selepas sholat subuh di mess, aku melakukan rutinitas seperti biasa : jogging di lapangan bola. Kalau pagi lapangan sepi. Kalau sore full karyawan yang main bola.
Teng teng teng teng teng teng teng
Lonceng berbunyi tujuh kali, menunjukkan waktu pukul tujuh WITA. Saatnya karyawan bergegas ke halaman kantor manajemen untuk briefing pagi. Termasuk aku. Ya itu lah salah satu pekerjaanku yang terlihat Riel 😅😅😅 hadir di briefing pagi untuk memberikan penyuluhan seputar keselamatan kerja. Saat briefing itu lah, antara iya dan tidak, aku melihat pemuda muadzin kemarin, dia memakai seragam security.
Selepas briefing aku kembali ke mess. Begitu pula dengan karyawan karyawan lain. Ada yang meneruskan sarapan, ada pula yang baru mandi. Aku termasuk golongan akhir 😂😂😂. Tepat ketika lonceng dibunyikan delapan kali, kami sudah siap dengan tugas masing-masing.
Kantor ku terpisah dari kantor manajemen. Karena secara status pun kami terpisah. Setelah tiba di kantor, aku duduk manis seperti biasa. Cek laporan ini, laporan itu, lalu ... Isi Teka teki silang. Wkwkwkwk.... Seriusan, itu kerjaan ku tiap hari. Berasa makan gaji buta banget. Mungkin cuma sehari atau dua hari dalam seminggu, aku bener bener bekerja keliling estate atau keliling kebun akasia (lebih tepatnya hutan akasia), untuk mengecek faktor resiko keselamatan kerja.
Bosan isi TTS, Aku keluar cari sinyal. Ada beberapa titik di estate yang ada sinyalnya. Salah satunya di ruang TV messku. Salah duanya di pos security dekat portal. Titik titik itu pun harus tepat, kalau tidak tepat tidak ada sinyal. Oleh karenanya, di titik titik tersebut biasanya diberi tanda. Jadi tinggal taruh hape di situ, entar dapat sinyal. Itu pun nggak selalu. Karena itu lah aku lebih suka pergi keluar hutan untuk mencari sinyal, tapi sayang terlalu makan waktu dan jarak. 😅
Di pos security, dua orang pemuda duduk duduk sambil mengobrol santai. Satu orang mengepulkan rokok, satunya lagi tidak. Dugaanku, Yang tidak mengepulkan rokok itu lah si muadzin. Koq baru menduga? Iya kan kemarin di masjid aku belum sempat melihat wajahnya secara langsung. Hanya dari belakang dan samping. Itu pun cuma sekejap dan dalam kondisi setengah remang remang lampunya.