Yonji benar -benar sendiri kini, duduk di ranjang rumah sakit, menatap jendela dari kejauhan, melihat tetes hujan yang jatuh ke kaca mereka bergulir perlahan jatuh tak hentinya tanpa penyesalan.
Apa yang gadis itu fikirkan, sangat lama ia terhanyut dalam lamunan, sepertinya ia memikirkan hal lain dalam masalahnya.
"bagaimana bisa jadi begini? " ia berbicara dengan bayangannya di kaca Jendela,
Menatap wajah memelas itu yang terkapar tak berdaya didedapannya, ia mencoba tersenyum lebih tepatnya memaksakannya.
"aouh sial, wajahku sakit"
Ia mengalihkan pandangan nya ke langit ruangannya, meluruskan badannya menutup tumbuhnya dengan selimut.
Mukanya tampak kacau dihadapan pria yang ia sukai, bahkan kondisinya tak sesuai untuk bertemu mengapa ia mengalaminya, terkadang yonji berfikir tuhan tak adil padanya.
Gadis yang malang meratapi dirinya sendiri tanpa ada rasa peduli, ia melihat lampu itu bercahaya seandainya hidupanya seterang ini, andai-andaian itu datang kedalam benaknya, seadainya ia kaya, seandainya ia tak punya kakak seperti itu, mungkin hidupnya akan membaik namun itu hanya perumpamaan, ia tetaplah hidup didunia nyata penuh penyesalan.
Yonji tak menghubungi siapapun malam itu, biarlah ia tidur sementara di rumah sakit toh ini juga gratis, menenangkan sedikit hatinya yang kacau sebelum ia kembali dan melihat wajah ibunya yang khawatir.
Ia menutup matanya rapat-rapat mencoba tidur agar malam ini berlalu begitu cepat.
Esoknya ia bergegas pulang, meninggalkan baju pasienya diatas ranjang tanpa sepatah kata dan pada siapapun, ia tahu kalau saja tidak akan ada yang mencarinya dirumah sakit ini, takkan ada yang perduli padanya biarlah ia meninggal kan kesan yang sedikit mengelitik ini pergi tanpa pamit.
Ia membalikkan badannya menatap bangunan rumah sakit itu dari kejauhan,
"semoga ini yang terakhir kita bertemu" ujarnya sambil kembali melangkah
Namun fikiranya salah, pagi itu tepat setelah ia pergi pria itu datang kembali membawa bubur buatannya,
"kemana pasien yang ada di kamar ini" kata jungkok.
"pasienya pergi tadi pagi, tanpa bilang apapun" suter.
Jungkok menatap bubur yang ia bawa, "ya sudahlah" gumamnya sambil pergi menuju kamar sang ayah.
Terlepas dari itu semua yonji kembali menyusuri trotoar itu dengan lemasnya ia membuka handphonenya "tak ada apapun" gumanya sambil terus melangkah.
"kyaaaa min yonji" teriakan seseorang.
Gadis itu berbalik dengan kecepat kilat ia tahu suara itu, suara yang familiar itu ia tahu, ya benar itu min yonjae kakanya.
Yonji langsung berlari melihat sosok yang sangat ia takuti.
"aishh kenapa harus sekarang, aku masih lemas" gumamnya sambil berlari, ia bahkan tak memikirkan apapun berlari sekuat tenaga dan sekencang mungkin karena hidupnya ada di unjung tanduk kini.
"min yonji berhenti kau" yonjae.
"oppa aku mohon pergilah" teriaknya tanpa melihat kebelakang.
Yonji melihat jimin yang baru keluar dari supermarket.
Tanpa fikir panjang ia berlari kearahnya memeluknya dengan erat "tolong aku" katanya sambil ketakutan.
Jimin yang sadar akan situasinya menyuruh yonji bediri dibelakangnya, lalu ia melihat dengan wajah marah ke arah yonjae sambil mengepalkan tinjunya dengan kuat.
Yonjae yang menyadari hal itu perlahan berhenti dan membalikkan badanya menghindar dari jimin yang siap menerkamnya, yonjae perlahan pergi dan berlari menjauh dari Mereka berdua.
Jimin sangat geram ia ingin mengejar lelaki itu namun yonji memeluknya dari belakang
"jagan jimin, tenangkan dirimu" kata yonji.
Ia pun menurut amarahnya mulai reda, "gwencanayo? " jimin membalikkan badannya agar bisa melihat yonji.
Yonji mengangguk pelan ia sangat lemas untuk berkata-kata sungguh pagi yang melelahkan.
"aku akan antar kau pulang " jimin.
"baiklah" yonji setuju karena ia sangat takut kakanya akan kembali.
Jimin merangkul pundaknya menuntun ia berjalan karena jimin tahu gadis itu pasti shok dan kakinya pasti sangat lelah.
Ternyata yonjae tak pergi, ia bersembunyi di sebuah pagar besar lalu ia mengintip Mereka berdua yang beranjak pergi.
"sial, lain kali akan kuhabisi kau min yonji" geramnya sambil mengenggam tinjunya.
#rumah yonji
"eoma" yonji.
Namun rumah itu kosong tak ada seorang pun, ia berulang kali memanggil ibunya namun tetap tak ada jawaban apapun.
"jimin eoma dimana? " yonji mulai menanggis.
Jimin hanya diam sambil sesekali mencari kembali didalam rumah.
"aku pasti akan mencarinya" kata jimin menyakinkan sambil memegang pundak yonji.
Yonji hari itu hanya ingin menemukan ibunya, ia bergegas mengambil handphonenya.
"aku harus menelepon polisi jimin" yonji
"iya" jimin yang bingung.
Belum sempat ia menelpon ada sms masuk yang tulisan nya sedikit mengancam.
~EOMA BERSAMA KU, KAU TIDAK USAH KWAHATIR YONJI, PERGILAH CARI UANG YANG BANYAK UNTUKKU AGAR EOMA TETAP SEHAT BERSAMAKU, JAGAN PERNAH MENELPON POLISI JIKA MASIH INGIN MELIHAT EOMA~
Fikiran yonjae memang sudah gila, hati dan fikirannya dikalahkan oleh dunia bagaimana bisa seorang kakak berprilaku seperti itu.
Pesan itu dari yonjae, "aku tak habis pikir padamu yonji" katanya sambil menangis.
Ia bergegas pergi karena ingin menemui yonjae, "yonji kau mau kemana? " jimin.
"aku akan menemukan yonjae dan menghajarnya" yonji.
Jimin berlari mengikutinya dan menahan tubuh yonji "ini tidak semudah itu" jimin.
"aku harus menemukan eoma ku" yonji menangis.
"aku berjanji akan menemukannya" jimin berjanji sambil memeluknya, sedangkan yonji hanya menangis histeris tak ada hentinya.
"akan kutemukan kau br*ngs*k" ujar jimin sambil memandang jauh entah kemana.
To be continue.....
Maaf baru bisa up, puyeng kepala gegara tugas....... 😁
Happy reading yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love "Min Yonji"
RomanceKau bukanlah rasa pertama bagiku, kau hanya pria misterius yang membuat aku tersenyum dan terlena saat pertama bertemu, aku harap rasa ini tidak berubah seiring aku mengenalmu . - Min Yonji. Perasaan aneh yang sama dirasakan oleh pria dingin berhati...