12

25 4 0
                                    

~Seindah apapun rasa yang akan terwujud karena cinta, itu tidak akan mungkin mengubah keadaan bahwa kita tidak mungkin bersama kan?, cukup mengenalmu saja aku sudah bahagia, aku tidak akan egois untuk memilikimu, terlalu sulit untuk menjadikan engkau kekasih dan membalikkan status sahabat diantara kita. ~ Jimin.

Melupakan adalah cara terbaik untuk tetap menjaga rasa agar tidak terkikis.

Kejadian semalam membuat Yonji merasa canggung tapi tidak dengan Jimin. Ia justru terlihat lebih ceria dibandingankan hari biasanya.

"Jimin antar Yonji pulang eoh" ibu.

Jimin mengangguk dan mengajak Yonji. Membawa tas Yonji sehingga memudahkannya untuk berjalan.

"Aku nanti akan kemari lagi eoma." terlihat anggukan pelan dengan raut yang sangat senang.

Setidaknya kini Yonji bisa tenang karena ibunya terlihat baik-baik saja.

Dimobil itu tidak ada suara percakapan diantara mereka berdua, hanya suara radio yang keras terdengar.

Hingga suara dering ponsel Yonji memecahkan suasan mencekam diantara mereka.

"Yeobosheyo" kata Yonji sambil sesekali menatap Jimin.

"Aahh kau... Baiklahh" lalu menutup percakapan itu.

Entah apa yang mereka bicarakan hanya samar-samar terdengar.

"Jimin.. Antar aku ke cafe" Yonji mulai membuka percakapan.

"Eohh kenapa?. Ibumu menyuruhku mengantarkanmu ke rumah baru" bela Jimin.

"Kya itu bukan rumah baru" sambil memanyunkan bibirnya.

"Okk tapi kau kan baru saja pindah" tutur Jimin.

"Dan sepertinya aku akan pindah lagi Jimin. Tolong kali ini rahasiakan dari eoma ku ok!" katanya meminta.

"Sireeo (Tidak mau)." Kali ini Jimin terlihat sedikit Tegas.

"Aku lelah kalau harus mengangkat koper mu itu" perkataan Jimin berhenti sejenak. " Kemana kau akan pergi?" lanjutnya penasaran.

"Aku akan keluar dari cafe dan...." Yonji menatap Jimin sekilas ia ragu apakah harus memberitahunya tentang kerja sama itu.

"Dan apa?" Jimin penasaran.

"Aku akan tinggal dengan pacarku" Yonji mengatakanya dengan sesekali melihat Jimin.

jimin yang terkejut membanting setir mobilnya kekanan dengan tiba-tiba. Hal itu membuat pengguna jalan lain memberikan teguran padanya.

"Kyaa Jimin kau gila yaa... Kalau kita mati bagaimana?" rancau Yonji yang terkejut.

"Kau yang gila Min Yonji, bagaimana bisa kau akan tinggal dengn pacar baru mu heoh?" Jimin kesal.

"Pacar baru?, aku bahkan belum pernah pacaran" jawabnya memelas.

"Ahh lupakan itu apa maksudmu jelaskan padaku" pinta jimin dengan tatapan yang menelisik.

Yonji hanya diam sejenak, mengotak-ngatik ponselnya untuk beberapa saat .

"Ini perjanjiannya, aku tidak akan terluka kok" Akhirnya Yonji menunjukkan foto kontrak antara dirinya dan Jeon Jungkok yang kemarin sempat ia foto.

"Untuk apa semua ini?" tanya Jimin tak menegerti.

"Aku harus membayar semua biaya rumah sakit eomma dan Yonjae oppa" katanya pelan.

"Aku juga tidak mau...." Yonji berhenti sejenak dan menunundukkan kepalanya.

"Tidak ada jalan lain Jimin.... Aku hanya harus bertahan selama 15 hari kan!" lanjutnya sambil menatap Jimin.

Jimin memukul setir mobilnya merasakan ini semua adalah kesalahan besar "Aah sial." namun ia tidak bisa berbuat apapun.

"Tapi bagimana ini bisa terjadi?" Jimin kesal.

"Aku akan menjelaskan semuanya nanti Jimin, siapa pria itu dan bagaimana kontrak ini terjadi heoh?" Yonji menyakinkan.

"Eohh kau harus menceritakan semuanya nanti. Arhasoo" terlihat anggukan kecil dari Yonji yang membuat Jimin sedikit tenang.

Merekapun melanjutkan lagi perjalanan menuju cafe, hari ini mereka bedua libur dari kesibukkan kampusnya. Sehinga Yonji bisa sejenak fokus akan satu hal tentang tugas lainnya.

"Gomawoo...." Kata Yonji setelah turun dan melambaikan tangannya.

"Hubungi aku jika lelaki br*s*ek itu menyakitimu heoh?" tegas Jimin dari dalam mobil.

"Arhasoo pergilah" usir Yonji.

Mobil yang di naiki Jimin itu berlalu meninggalkan Yonji di depan cafe.

Baru saja Yonji membalikkan badannya.

"Owww Omo... Astaga" Yonji terkejut karena Jeon Jungkok dan lelaki yang aneh itu sudah ada di depan cafe.

"Eohh agashi apa kabar?, Namaku Kim Seokjin." lelaki itu mendekat dan menjulurkan tangannya.

"Kau bisa memanggilku Oppa jika kau mau" lanjutnya dengan senyuman khasnya.

"Eohh aku Min Yonji" sambil meraih tanganya.

"Kau sepertinya belum bersiap" tanya Jungkok yang dari tadi memperhatikan.

"Untuk apa?" Yonji bingung.

"Sepertinya kau lupa" mengangkat kertas kontrak. "Kontrak ini sudah berlaku" sambil memberikannya kepada Yonji.

"Emhh kau harus pindah kerumah kami" kata seokjin atusias.

"Eoh rumah kami?. Bagaimana bisa itu menjadi kami?, Bukannya hanya aku sendiri?" tanya Yonji bingung.

"Kau akan tinggal denganku Yonji" Tegas Jungkok. "Dan kau Hyung harus pindah besok" Lanjutnya.

"Hah kenapa?. Bagaimana bisa aku pindah, seharusnya aku tetap tinggal kan?" keluh Seokjin.

"Karena aku tidak ingin diganggu olehmu" Kata Jungkok sambil berlalu meninggalkan Yonji yang membeku di depan cafe.

"Kya Jungkok kau masih marah padaku kan, heohh yaaaa" Seokjin mengerjar Jungkok yang mulai Jauh.

"Ahh iya bersiaplah bawa barang secukupnya, Oppa akan menjemputmu nanti sore" sambil cengegesan.

Yonji masih tidak mengerti dengan keadaan ini. Jungkok bilang kalau kerjasama ini harus dirahasiakan tapi buktinya pria aneh itu mengetahuinya.

Ia bergegas masuk cafe dengan rasa herannya namun Yonji tersadar akan satu hal yang dikatakan Jungkok.

"Ehhh tunggu... Apa dia bilang tadi?, tidak mau diganggu?" kata Yonji menebak kata yang di ucapkan oleh Jungkok.

"Setidaknya aku bisa memukulmu jika kau macam-macam" dengan senyuman sinis melihat jauh Jungkok yang sudah tidak terlihat.





TBC....

fiuhhh cerinta mulai dari sini yaaa.. Terus yang kemarin" apa? 😂 lupakanlahh

Selamat membaca jagan lupa vote dan comentnyaa...

First Love "Min Yonji"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang