Izinkan Aku Bawa Cinta Ini
Part / 17
||🌺🌺🌺||
"Lo suka sama Sisy?" Altha mengalihkan pandangan dari arah kepergian Aidan. Memandang Dani yang masih asyik menikmati minumannya tanpa memandang dirinya. Entahlah, Dani yang biasanya tampak tidak peduli dengan kelakuan Altha dan kedua biang lemes, kini dengan lantang menanyakan hal yang sempat dipikirkannya beberapa hari ini. Lebih tepatnya, sejak dia melihat Altha keluar dari rumah Sisy dengan keadaan wajah yang penuh lebam.
"Lo bilang apa tadi?" tanya Altha dengan nada yang sedikit meninggi.
"Gue yakin lo nggak budek, Al," jawab Dani santai. Sedangkan Liam Dan Danish yang mendengar Altha berteriak pada Dani hanya memandang dua sepupu itu dengan bingung.
Tangan Altha sontak menggebrak meja kantin, membuat semua murid memperhatikan kumpulan most wantd itu. "Gue, suka sama Sisy?" Altha menunjuk dirinya sendiri. "Nggak, mungkin," tekannya kemudian.
Altha mendengus, tiba-tiba saja dia merasa moodnya hilang. Apalagi setelah mendengar pertanyaan sepupunya, semakin membuat suasana hatinya menjadi kacau. "Daripada gue bete di sini, mending gue cabut," ucap Altha yang tidak dia ketahui membuat Dani menarik salah satu sudut bibirnya.
"Kalian, nggak usah ikutin gue." Altha bangkit dan meraih kotak bekal Sisy. Bermaksud untuk mengembalikan kotak bekal yang memang tidak pantas dia makan. Setidaknya, itulah menurut Altha.
Langkah Altha lebar agar cepat sampai di kelas Sisy. Namun, baru saja Altha ingin memasuki kelas gadis itu, sebuah pemandangan membuatnya tak ingin berlama-lama berada di sana. Tangan Altha terkepal, memukul dinding sekali. Setelahnya, dia pergi begitu saja dari tempat itu. Langkahnya sempat terhenti di samping tempat sampah.
Lagi-lagi, Altha membuang kotak bekal milik Sisy ke tempat sampah. Kembali melanjutkan langkahnya ke arah parkiran untuk membolos tanpa perlu repot memikirkan tasnya yang belum diambil. Mengambil motornya di parkiran dan langsung meninggalkan sekolahan. Siapa yang bisa melanggar seorang Maheshali?
🌺🌺🌺
"Gue tuh, bener-bener gedeg sama Altha sama kacung-kacungnya. Pengen banget gue botakin rambut mereka," gerutu Ririn saat mereka sampai di kelas Sisy.
"Ngeladenin orang kek mereka tuh, ya. Bikin kita makan ati tahu, nggak?" Aldi menepuk pundak Ririn. "Jadi mending abaikan saja mereka."
"Udah. Nih, makan." Aidan mengeluarkan beberapa bungkus sterofom dari kantung plastik. Kelima murid itu mendudukkan diri di bangku dengan saling menghadap.
"Wah, ini gratis kan, Dan?" Aldi tampak antusias melihat beberapa makanan yang Aidan beli.
"Ye, elo mah kalau gratisan gercep bener." Ririn dan Naira secara bersamaan menoyor kepala Aldi. Membuat pemuda itu menggerutu dibuatnya.
"Hari ini, kamu makannya beli dulu aja, ya," ucap Aidan pada Sisy. Dia memberikan nasi goreng yang sebelumnya dibeli.
"Iya, Kak. Terima kasih." Sisy mulai memakan nasi goreng yang dibelikan Aidan. Saat ini, mereka makan dengan tenang tanpa ada gangguan dari Altha dan yang lain. Suara tawa kecil membuat mereka menoleh pada Aidan. "Kakak kenapa ketawa?" tanya Sisy yang duduk di sebelah Aidan.
"Nggak papa. Cuma lucu aja liat kamu yang makan kayak anak kecil." Ucapan Aidan dibarengi dengan tangannya yang membersihkan sudut bibir Sisy.
Mendapatkan perlakuan itu Sisy merasa tersipu. Dia merasa ada yang hangat menjalar di tubuhnya. Naira dan kedua temannya yang lain tampak senang melihat pemandangan ini. Membuat mereka secara spontan menyoraki keduanya.
Melihat Aidan yang salah tingkah adalah hal baru bagi mereka. Itu terlihat lucu, membuat semuanya tertawa. Tak menyadari akan keberadaan seseorang di luar kelas yang memandang penuh amarah pada mereka.
🌺🌺🌺
Sudah hampir dua jam lebih Altha mengendarai motornya tak tentu arah. Berakhirlah Altha di taman yang cukup sepi ini. Dengan satu botol air mineral, dia mengguyur wajahnya. Entahlah, Altha tidak tahu. Setiap mengingat apa yang dia lihat di sekolah tadi, tepatnya di kelas Sisy. Ada perasaan aneh yang hinggap di hatinya. Perasaan marah, benci, murka, dan perasaan ingin memaksa terhadap diri Sisy.
"Gila. Saking bencinya gue sama tuh cewek, apa pun yang dia lakukan bikin gue muak," gerutunya. Dia meneguk sisa air yang ada.
"Berharap banget gue nggak ngeliat dia lagi," sambungnya. Yakinkah kau Altha? Altha beranjak setelah melihat jam tangannya. Dia memutuskan untuk pulang setelah mengetahui jam sekolah pun sebentar lagi usai.
Kembali mengendarai motor, Altha membawa kuda besi itu melintasi jalanan. Lagi-lagi keinginan asing tak terelakkan saat dia melihat tikungan yang mengarah ke rumah Sisy. Tanpa pikir dua kali, pemuda itu membelokkan motornya. Padahal, jika diperhatikan, jarak apartemennya lebih dekat dari pada rumah Sisy, tetapi Altha tetap mengikuti keinginan asingnya. Pikirannya ingin berbalik, namun hatinya memberatkan. Dia pun tetap melajukan motor dengan dalih dia hanya ingin lebih lama dalam perjalanan.
Sayangnya, hal tak terduga terjadi. Tiba-tiba saja beberapa motor mengelilinginya. Ada sekitar sepuluh motor, dan tiap motor saling berboncengan. Seolah sengaja, motor-motor itu menempatkan Altha pada lingkaran mereka.
Detik berikutnya motor-motor itu berhenti, mau tak mau Altha pun turut menghentikan motornya. Dia memandang orang-orang itu saat mulai turun dari motor mereka. Salah satu dari mereka mulai membuka helm full facenya. Altha berdecak saat melihat wajah yang menampilkan senyum smirk itu.
"Ganti personil lagi geng, lo?" tanya Altha pada orang yang tak lain adalah David. Ketua geng Retro yang beberapa hari lalu sempat baku hantam dengannya.
"Nggak. Anggota geng gue masih sama. Yang ini ...," ucap David sembari menunjuk orang-orang yang dia bawa.
"Khusus gue sewa untuk ngabisin, lo," sambungnya.
Altha tersenyum miring. "Segitu niatnya, ya, lo pengen ngalahin gue? Saat lo nggak mampu abisin gue sendiri, lo sampek nyewa tukang gebukin orang. Pengecut sekali." Ucapan Altha jelas terdengar mengejek David. Tanpa diketahui, tangannya bergerak menekan sesuatu di motornya.
"Terserah lo mau bilang apa. Yang penting, tujuan awal gue untuk ngabisin, lo. Serang dia!" Semua orang bawaan David mulai menyerang Altha. Pemuda itu berlari menjauhi motor bermaksud mencari tempat yang leluasa untuk menghadapi mereka. Namun, sehebat-hebatnya Altha tidaklah mampu jika harus menghadapi dua puluh orang sekaligus seorang diri. Tak ayal tubuhnya sering mendapat pukulan yang tak mampu dihindari. Merasa kewalahan, Altha berusaha bergerak mundur. Mencari cara untuk lolos dari serangan ini.
Lirikannya mengarah pada gang kecil tak jauh dari sana. dengan memberikan pukulan sedikit keras pada David, Altha berhasil mengalihkan orang-orang suruhan musuhnya. Altha melihat mereka yang menolong David untuk berdiri. Saat itulah dia gegas berlari ke arah gang itu.
"Woy! Jangan kabur, lo!" Altha bisa mendengar teriakan David, tetapi dia tak memedulikannya. Yang terpenting saat ini adalah keselamatan nyawanya. Altha terus berlari dengan menahan sakit di sebagian tubuh.
"Woy! Pengecut!" Teriakan itu sudah cukup sebagai penanda jika saat ini David dan yang lainnya berusaha mengejarnya. Altha tetap berusaha mempercepat lari meski terasa susah dan menyiksa. Dia kembali memasuki gang yang berbelok, berusaha memasuki salah satu rumah namun tidak bisa karena kondisi pagarnya yang terkunci.
Dia merutuki sinyal yang dikirim untuk ketiga temannya. Ke mana mereka yang tak kunjung datang? Pandangan Altha jatuh pada kotak tempat pembuangan sampah yang cukup besar. Haruskah? Tidak ada pilihan lain. Altha memasuki kotak sampah itu untuk menyembunyikan dirinya.
Tidak lama dari itu, Altha mendengar banyak langkah yang diyakini milik David dan anak buahnya. Dia tetap bertahan di tempat sampah itu meski suara langkah itu terdengar sudah menjauh. Di tengah aroma yang menyengat, Altha berharap itu bisa menyelamatkannya. Hampir dua puluh menit dia berada di sana. Menahan mual akibat aroma yang sangat menyiksa. Dirasa semua sudah aman, pemuda itu pun keluar dari persembunyiannya. Menahan sakit yang teramat. Tetap mencoba berjalan ke tempat di mana motornya berada. Berharap dia masih bisa mengendarai motornya. Semoga.
Langkahnya kian berat saat hampir keluar dari gang. Sekuat tenaga berjalan sembari berpegangan pada tembok rumah warga. Sebelum bebar-benar keluar dari gang, Altha terlebih dahulu mengintip keadaan. Memastikan David dan yang lainnya sudah pergi. Aman. Dia pun berjalan keluar dari gang. Pandangannya nanar kala melihat motornya yang sudah roboh. Pemuda itu menarik napas dalam yang malah membuat dadanya terasa nyeri. Di keadaan rasa sakit yang semakin terasa, Altha tetap mencoba bertahan. Sayangnya, tubuhnya tak sekuat itu. Pemuda itu ambruk tak lagi mampu berdiri.
Sudahlah, Altha merasa lelah. Dia duduk dengan meluruskan kakinya. Menyeret tubuh untuk dapat menyandar pada dinding yang ada. Di tengah rasa sakitnya, Altha berharap ketiga temannya segera datang untuk menjemput dirinya.
"Kampret. Punya temen tiga laknat semua. Nggak guna," gerutu Altha yang merasa jengkel. Dia memejamkan mata untuk menghalau rasa sakit yang semakin terasa, berharap akan cepat ada yang menolongnya. Hingga sebuah suara membuat dia mengumpat dan semakin meratapi nasibnya.🐭🐭🐭🐭
Hallo. Apa kabar kalian?
Baik kah?
😊😊😊😊😊
Sudah ada yang ikut PO Menjadikan Milikku belum?😋😋😋
Atau siapa yang udah beli pdfnya?
Kita melipir ke cerita ini. ya😁😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Bawa Cinta Ini
Romance🐼 Follow dulu sebelum membaca 🐼 Start : 11 Februari 2020 End. : 15 Juli 2020 Jika kamu mencari kisah remaja anak motor, bukan di sini tempatnya. Jika kamu mencari kisah remaja di mana si cewek yang bucin sama cowoknya, bukan di sini tempatnya. Ji...