Izinkan Aku Bawa Cinta Ini
Part / 3
||🌺🌺🌺||
Hari ini, Sisy memilih untuk berangkat sekolah tidak seperti biasanya. Jika biasanya ia akan berangkat sangat pagi, kali ini tidak lagi. Awalnya, Ibunya merasa heran. Akan tetapi, dengan alasan membantu Ibunya lebih penting, Ibunya pun menghentikan rasa penasarannya. Saking giatnya, Sisy sampai lupa waktu. Sisy memang tidak terlambat. Namun, jam yang mepet membuat ia berangkat dengan terburu-buru.
Koridor sekolah sudah tampak sepi karena bel masuk akan berbunyi sepuluh menit lagi. Meski begitu, masih ada beberapa yang masih berada di luar. Termasuk —
Sisy menggelengkan kepala saat ia melihat sosok Altha dan temannya yang masih duduk di luar kelas mereka. Sisy merutuki posisi kelasnya yang harus melewati kelas Altha. Mengembuskan napasnya pelan, Sisy berusaha bersikap santai. Masih dengan langkah yang terburu-buru, Sisy memberanikan diri untuk melewati mereka.
Degupan jantung Sisy semakin kencang kala langkahnya semakin mendekati Altha dan teman-temannya. Sisy memilih menunduk saat melangkah. Napas lega Sisy hela kala ia berhasil melewati Altha dengan mudah. Namun, sesuatu tak pernah ia duga terjadi.
Tubuh Sisy kehilangan keseimbangan, ia jatuh tersungkur hingga dagunya membentur lantai. Tak lama, Sisy mendengar gelak tawa dari belakang tubuhnya. Tawa yang ia yakini milik Altha dan temannya. Sisy yakin, salah satu dari mereka telah mencekal kakinya.
Dari kejauhan, seseorang yang sedari tadi memperhatikan kejadian itu berjalan mendekat dengan tatapan khawatirnya. "Sisy." Sisy menerima uluran tangan Aidan yang saat ini membantunya berdiri.
"Wow, pahlawan kepagian gesssss," ucap Altha dengan memandang remeh ke arah Aidan dan juga Sisy.
Berusaha memendam amarahnya, Aidan mencoba tak menghiraukan ocehan Altha dan teman-temannya. Tatapannya meneliti keadaan Sisy. "Kamu baik-baik aja?"
"Aku nggak pa-apa kok, Kak." Pandangan Aidan tertuju pada lutut Sisy yang terluka.
"Lutut kamu terluka." Aidan menunduk, tangannya terulur menyentuh sedikit lutut Sisy yang terluka, membuat Sisy mendesis. Aidan mendongak. "Sakit?" tanyanya.
Sisy mengangguk, dia menunjukkan wajah menahan sakitnya. "Sedikit, Kak." Aidan kembali menegakkan tubuhnya.
"Kita obati dulu lutut kamu di UKS. Baru masuk kelas." Sisy mengangguk, dan segera mengikuti Aidan. Dengan telaten, Aidan membantu Sisy yang berjalan tertatih akibat luka di lututnya. Akan tetapi, langkah mereka harus terhenti saat kembali mendengar ucapan Altha.
"Mereka memang cocok, ya? Pecundang sama pecundang." Gelak tawa kembali terdengar. Sisy melihat tangan Aidan yang terkepal hingga menampakkan buku-buku jarinya.
Aidan mengalihkan tatapannya pada Sisy saat ia merasakan usapan lembut di tangannya. Dengan tatapan memohon, Sisy meminta Aidan untuk tidak terpancing emosi. Syukurlah Aidan masih mau menuruti Sisy dan kembali melanjutkan langkah mereka. Meninggalkan Altha dan yang lainnya yang masih tertawa.
🌺🌺🌺
Altha dan Ketiga temannya memasuki area kantin. Tanpa harus berdesak-desakan, mereka akan langsung menuju bangku yang sudah menjadi hak paten mereka.
"Nish, gue mie ayam." Beginilah Altha, bersikap bossy dan seenaknya.
Danish mendengus kesal pada Altha karena panggilan yang ditujukan kepadanya. "Bisa nggak, sih panggil nama gue yang lengkap gitu? Jangan Nish doang. Dikiranya nama gue Anis apa?" Gelak tawa terdengar dari Liam. Merasa puas melihat wajah Danish yang ternistakan.
"Lo emang hujatable banget, Nish." Liam semakin mengeraskan tawanya. Tak menghiraukan tatapan para murid lain terhadapnya.
"Lo pesen minum, Yam!" Satu kalimat yang terlontar dari Altha membuat Liam bungkam. Digantikan tawa Danish yang menggema. Mendengar itu, Liam menatap Danish dengan sinis.
"Liam, Al, Liam. Jangan Yam. Emang gue ayam." Kali ini Liam lah yang memprotes panggilan dari Altha.
"Sialan, lo." Satu tepukan di kepala Liam berikan untuk Danish. Membuat keduanya saling bertatapan sengit.
"Gue bunuh lo, ya." Danish mengancam Liam. Tentu saja, itu hanya lelucon keduanya.
"Gue yang bakal bunuh lo," balas Liam.
"Buruan!" Komando Altha membuat keduanya segera memesan makan dan minuman. Membuat Dani yang juga sepupu Altha menarik senyum tipis.
Selepas kepergian keduanya, tatapan Altha kini tertuju pada salah satu meja. Meja yang berisikan seseorang yang akhir-akhir ini menarik untuk ia bully. Senyum miring Altha pun kini telah terbit karena memiliki ide yang menarik.
"Nih." Danish dan Liam datang dan meletakkan makanan mereka. Keduanya duduk dan segera memakan makanan mereka.
Namun, gerakan mereka terhenti saat tiba-tiba saja Altha berdiri sembari membawa es tehnya. Danish, Liam, dan Dani mengikuti Altha yang mulai melangkah. Ketiganya saling berpandangan sambil menaikkan satu alis mereka seolah bertanya ke mana Altha?
Ketiganya segera berbalik badan saat mereka mendengar sebuah teriakan. Ketiganya melongo memandang sesuatu yang baru saja diperbuat Altha.
🌺🌺🌺
Sisy dan ketiga temannya tengah asyik menikmati makan siang mereka. Meski Sisy membawa bekal, ia tidak merasa keberatan untuk menemani teman-temannya makan di kantin.
"Kak Aidan mana, Al?" Sisy bertanya pada Aldi yang merupakan teman sekelas Aidan.
"Katanya tadi mau ke perpustakaan," jawab Aldi yang baru saja menerima bakso pesanannya.
"Perpustakaan Mulu," ucap Naira. Ucapan Naira sebenarnya tidak sesuai dengan pikirannya. Nyatanya, ia merasa takjub akan sifat Aidan.
"Makan siang orang pintar kayak Aidan dan orang bego kayak lo emang beda, Ra," canda Ririn pada Naira. Ucapan candaan yang berhasil membuat yang lain tertawa.
Naira memutar bola matanya. "Secara nggak langsung, lo mau bilang kalau Kak Aidan nggak normal dong makan buku?" Ucapan Naira membuat semuanya kembali tertawa. Mereka tak menyadari, seseorang tengah mendekati mereka dengan senyum liciknya.
Tak lama, Sisy merasakan tubuhnya mulai dingin. Air mengalir dari atas kepalanya. Dari aromanya, seperti air teh? Ketiga temannya hanya mampu memandang Sisy dengan tatapan terkejutnya. Memandang tak percaya akan sosok di belakang Sisy yang menampilkan senyum puasnya.
"Apa-apaan, lo!" teriak Aldi pada Altha. Orang yang berada di belakang Sisy, yang tak lain adalah pelaku penyiraman itu.
"Kenapa?" tanya Altha santai. Tangannya ia lipat di depan dada.
"Kenapa lo siram Sisy?"
"Gue cuma mau buang minuman yang udah nggak mau gue minum. Gue cuma menaati peraturan yang ada. Buanglah sampah ke tempatnya." Semua yang ada di sana memandang Altha terkejut, merasa ucapan Altha yang sudah keterlaluan.
"Maksud lo apa? Hah!" Amarah Aldi hanya ditanggapi dengan senyum sinis dari Altha. Membuat Aldi semakin marah dibuatnya.
Tanpa diduga, satu pukulan mendarat di wajah Altha, cukup mampu mengubah posisi Altha. Gerakan dari Aidan yang tiba-tiba muncul dan memukul Altha membuat ketiga teman Altha segera menghampiri.
"Itu untuk pengecut kayak lo yang beraninya cuma sama cewek." Baru saja Danish dan Liam akan membalas Aidan, tetapi Altha sudah menahan keduanya.
"Kalau lo emang laki-laki, hadapi gue sini. Nggak usah kayak anak alay yang main bully-bullyan." Altha masih memegang pipinya yang mendapat pukulan dari Aidan. Memasang senyum miringnya, Altha memandang Aidan penuh permusuhan.
"Buang-buang waktu berurusan sama orang nggak guna kayak lo."
Kali ini, Aidan yang memasang senyum miringnya. Sembari bersedekap dada, Aidan memandang Altha remeh. "Nggak guna? Nggak guna atau nggak berani?" Ucapan balasan Aidan membuat Altha menatapnya sengit.
Tak memedulikan Altha, Aidan merangkul pundak Sisy dan membawanya berlalu dari kantin diikuti ketiga teman mereka. Namun, saat Aidan berada tepat di samping Altha, Aidan mengucapkan sebuah kalimat.
"Kalau pengecut ngaku aja. Beraninya cuma sama cewek." Segera lah Aidan membawa Sisy pergi meninggalkan Altha yang saat ini tangannya terkepal kuat menahan amarah. Ia merasa dipermalukan oleh Aidan rivalnya.
"Cabut!" ketiga teman Altha segera mengikuti Altha yang meninggalkan kantin dengan langkah lebarnya. Membuat semua murid saling berbisik dan bertanya apa yang tengah terjadi.
🌺🌺🌺
Naira membantu Sisy membersihkan rambut Sisy yang terasa lengket akibat siraman teh dari Altha. "Nggak papa baju lo nggak ganti?"
Sisy tersenyum. "Nggak papa, Ra."
"Ish. Koperasi juga kenapa, sih nggak ada stok seragam. Kalau ada hal kayak gini, kan bisa dijadiin anternatif." Naira menggerutu.
"Udah. Ayo balik ke kelas. Nanti keburu bel." Naira dan Sisy keluar dari toilet. Mereka memang hanya berdua, karena Sisy meminta yang lainnya untuk ke kelas lebih dulu. Bahkan Aidan yang ingin menunggunya di luar toilet pun ia tolak. Jadilah saat ini mereka hanya berjalan berdua di koridor yang mulai tampak sepi karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.||🌺🌺🌺||
Salam sayang readers dari mom.
Semoga part ini memberi kepuasan untuk kalian.
☺️☺️☺️☺️Ada typo comment ya gays
🐼Salam🐼
🍓 EdhaStory🍓
💔💔💔💔💔
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Bawa Cinta Ini
Romance🐼 Follow dulu sebelum membaca 🐼 Start : 11 Februari 2020 End. : 15 Juli 2020 Jika kamu mencari kisah remaja anak motor, bukan di sini tempatnya. Jika kamu mencari kisah remaja di mana si cewek yang bucin sama cowoknya, bukan di sini tempatnya. Ji...