🐼 27 🐼

1.1K 153 39
                                    

Part 27

||🌺🌺🌺||



Dua orang pemuda tengah duduk berdampingan di depan sebuah ruangan dengan lampu berwarna merah yang menyala di atas pintunya. Tidak ada yang berbicara di antara keduanya. Hanya diam saling berkelana dalam pikiran mereka. Tidak jauh dari sana ada sepasang suami istri yang tak mereka kenal saling berpelukan. Namun, hal itu tidak juga membuat keduanya teralihkan dari diamnya.

Diam dan membisu dengan pikiran yang saling berkelana. Memikirkan kejadian yang mereka alami beberapa hari ini. "Bagaimana bisa?" tanya salah satu di antara mereka yang bernama Dani.

Pemuda lainnya yang bernama Aidan memandang Dani setelah dia mendengar pertanyaan itu. Sesaat kemudian, dia mengalihkan pandangannya kembali. "Semuanya bisa terjadi saat sebuah kata cinta yang berperan," ucapnya. Aidan mendongak, menatap langit-langit rumah sakit seolah tengah berpikir. Atau ... mengingat? Entahlah.

Yang jelas, bayangan beberapa hari lalu masih sangat terasa baginya. Suasananya, segala ucapan yang keluar dari bibir gadis manis yang dia cintai. Bahkan, Aidan masih bisa merasakan perih di ulu hatinya tentang kenyataan yang akan dia terima. Di mana gadis yang dia cintai mengatakan niat yang membuatnya sulit diterima.

Tangan Aidan mengepal, rahangnya mengeras. Wajah marahnya dia sembunyikan dari Sisy. Apa yang baru saja dia dengar, sungguh tidak dapat dia terima. "Kak—"

"Enggak," potong Aidan, "Kakak nggak rela kamu melakukan itu." Suara tegas Aidan membuat Sisy terpejam sejenak. Meski Aidan tidak menatapnya, dia tahu seberapa besar kemarahan Aidan padanya.

Menarik napas dalam, Sisy pun berucap, "Sisy hanya ingin berguna untuk orang lain, Kak."

Aidan menatap Sisy dengan mata berkaca. Menatap wajah Sisy yang tampak begitu pucat dengan dalam. "Berguna?" tanya Aidan dengan mendesis.

Tangan Aidan menunjuk arah luar seolah seseorang yang mereka bicarakan berada di sana. "Bahkan dia nggak pernah menganggap kamu, dia nggak peduli sama kamu. Ungkapan cintanya hanya bualan kosong, Sy." Napas Aidan memburu, dadanya naik turun karena masih berusaha menahan amarah yang sudah hampir mencapai batasnya.

"Kak, Sisy enggak melihat dari sisi itu. Sisy melakukan ini karena dia memang lebih membutuhkan—"

"Kamu juga!" teriak Aidan. Kesabarannya sudah habis, mendengar segala rentetan ucapan tidak berarti dari Sisy. Setidaknya menurut dirinya.

Aidan mendekati Sisy, berdiri tegak sehingga membuat Sisy harus mendongak. "Kamu juga," ucapnya parau, "kamu juga butuh. Kamu berhak untuk sembuh. Kamu berhak untuk hidup. Bertahanlah." Sisy hanya tersenyum menatap Aidan.

"Manusia punya rasa lelah, Kak. Begitu juga dengan Sisy. Sisy sudah lelah." Aidan menggeleng, ia tidak menerima alasan Sisy.

"Bagaimana dengan ibu kamu? Dia pasti sedih kehilangan kamu." Sisy kembali tersenyum.

"Ini juga menjadi salah satu alasan Sisy melakukan ini, Kak. Sisy sudah menyusahkan Ibu. Karena penyakit Sisy, ibu harus kerja keras membeli obat Sisy. Sisy nggak mau lagi menjadi beban untuk siapa pun."

"Ibu kamu pasti marah kalau mendengar ucapan kamu barusan, Sy. Dia hanya punya kamu. Dia bakalan sedih. Dia pasti kesepian kalau kamu pergi."

Sisy menjatuhkan air matanya. Mengenai kesedihan ibunya akan tindakannya nanti, Sisy yakin itu memang akan terjadi. Saat ini pun, Sisy seolah sudah bisa merasakan kesedihan ibunya. Padahal, jika hal yang dia inginkan nanti terjadi dia tidak akan bisa merasakannya. Karena— "Sy ...," Panggil Aidan lirih.

Sisy berusaha tersenyum. "Kesedihan Ibu tidak akan lama, Kak. Seiringnya waktu, Ibu akan terbiasa. Lagian, Ibu tidak akan kesepian." Aidan menatap Sisy tidak mengerti. Sisy tersenyum lalu berkata, "Sisy yakin Kakak nggak akan biarin Ibu sendirian. Apalagi ... beberapa hari lalu aku mengetahui sesuatu. Sesuatu yabg membahagiakan tentang keluarga utuhku," ucap Sisy tentu di dalam hati pada akhir kalimat. Dia kembali memasang senyumnya.

Aidan menghela napas. Tangan Aidan beralih menangkup wajah Sisy. "Kakak sayang sama kamu. Bahkan Kakak cinta sama kamu. Apa cinta Kakak nggak berarti cukup untuk membuat kamu bertahan?"

Sisy memegang tangan Aidan yang ada di wajahnya, dia menggenggam erat menyalurkan ketenangan pada Aidan. "Terima kasih untuk cinta Kakak. Kakak orang baik. Kakak pantas mendapatkan gadis yang jauh lebih baik dari aku. Gadis sehat yang mampu merawat Kakak. Bukan gadis pesakitan yang harus Kakak rawat." Aidan menunduk dan menggeleng. Dia menyatukan keningnya pada Sisy.

"Tapi Kakak maunya kamu. Bukan orang lain. Kakak mohon," pinta lirih Aidan. Satu butir air mata telah jatuh. Aidan telah menangis menumpahkan rasa sesak yang sedari tadi dia rasa.

"Maaf," lirih Sisy. Aidan semakin menjatuhkan air matanya lebih banyak. Dia mendongak berusaha untuk menghentikannya. Sisy meraih tangan Aidan dan membawanya ke dekapan dadanya. "Sisy sayang sama Kakak. Sisy mohon, izinin Sisy. Sisy sudah lelah," ucap Sisy dengan rintikan air matanya.

Melihat Sisy kesakitan pun, sebenarnya tidak tega baginya. Kalau bisa meminta, dia ingin sakit itu berpindah padanya. Memejamkan mata, mau tak mau Aidan mengangguk. Berusaha mengikhlaskan dalam melepas. Sisy tersenyum dan berucap, "Terima kasih."

Aidan kembali menunduk, menghapus air mata Sisy. Membelai lembut wajah pucat itu. Memegang sudut bibir yang tak lagi pink itu. "Boleh?" Sisy tampak ragu. Sesaat kemudian, dia mengangguk. Mungkin, Hanya ini yang bisa dia berikan untuk Aidan. Orang yang selalu ada untuknya. Orang yang selalu berada paling depan ketika sesuatu terjadi padanya.

Aidan mulai menipiskan jarak. Mencoba menyalurkan perasaan yang dia punya untuk Sisy. Untuk yang terakhir kalinya. Aidan selalu merutuki kebodohan Altha. Kenapa cowok sebrengsek Altha harus mendapatkan cinta tulus dari Sisy?

Kenapa bukan dirinya? Malam semakin larut, Aidan tak ingin beranjak dari sana. Tetap menemani Sisy dalam tidurnya. Memegang erat tangan lemah itu meski dia harus bangun dalam keadaan punggung sakit akibat tertidur dengan duduk. Demi kesempatan terakhirnya.






||🌺🌺🌺||

Hai. Sudah ya sampai sini saja.

Kalau mau tahu kisah selengkapnya, atau mau tahu kisah yang sebenarnya, kalian bisa pesan langsing ke aku

Kalau mau tahu kisah selengkapnya, atau mau tahu kisah yang sebenarnya, kalian bisa pesan langsing ke aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Ready stok, ya.

Kalian bisa chat langsung ke nomor di bawah ini 👇

08387341998

😘😘😘😘😘

Izinkan Aku Bawa Cinta IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang