🐼 1 🐼

2K 172 17
                                    

Izinkan Aku Bawa Cinta Ini

Part / 1

||🌺🌺🌺||
.

Sisy memandang paperbag yang ia bawa dengan senyuman. Hari ini, ia membawa kue bolu untuk Altha dan nasi kuning untuk Pak Joko. Setelah angkutan umum yang ia tumpangi berhenti di depan gerbang sekolahnya, Sisy turun dan segera membayar ongkos angkutan yang ia tumpangi. Kendaraan kota itu pun melaju, meninggalkan Sisy yang masih setia berdiri di tepi jalan.


Saat Sisy menoleh, senyuman ramah dari Pak Joko sudah menyambutnya. Sisy pun membalas senyum itu dan menghampiri Pak Joko. “Pagi, Pak Joko." Sisy menyapa dengan senyuman manisnya.


"Pagi, Non Sisy." Satu paperbag Sisy berikan pada Pak Joko. Tersenyum senang, Pak Joko pun menerimanya. "Terima kasih, Non Sisy."


"Sisy, Pak Joko. Tidak pakai ‘Non’. Pak Joko, ih," ucapnya dengan suara manja ia kembali menekan kata-katanya untuk Pak Joko supaya memanggilnya tanpa embel-embel "Non"


"Aduh, udah kebiasaan, Non."


"Ya udah deh kalau gitu, Sisy masuk dulu ya, Pak." Sisy berlalu memasuki sekolah setelah mendapat anggukan dari Pak Joko.


Senyum tak pernah pudar dari Sisy saat ia berjalan di lorong sekolah yang sepi. Hingga sebuah rangkulan membuatnya terkejut. "Naira. Kamu ngagetin aja." Sisy memukul pelan lengan Naira yang ada di pundaknya.


Sedangkan Naira, hanya menampakkan cengiran kudanya. "Tumben Sy, lo pagi amat datangnya?"


Sisy memutar bola matanya malas mendengar ucapan Naira. "Harusnya yang tanya kayak gitu tuh, aku." Ucapan Sisi sontak saja mengundang tawa dari Naira. Ya, tumben sekali Naira berangkat sepagi ini.
"Mau ke kelas Altha, kan?" Sisy mengangguk. "Ya udah. Gue temenin, yok!" Keduanya berjalan ke kelas Altha. Saat ini Sisy dan Naira sudah duduk di bangku kelas 3 SMA. Namun, kali ini Sisy tak lagi satu kelas dengan Altha. Meski begitu, ia tetap melakukan rutinitasnya setiap pagi sebelum ia memulai kelas. Hampir tiga tahun selama Sisy bersekolah di Hight Star, Sisy selalu meletakkan makanan secara diam-diam di bangku Altha. Meski makanannya tak selalu Altha makan, Sisy seolah tak pernah punya rasa lelah untuk melakukan hal ini sejak ia duduk di kelas satu.


Setelah memastikan makanan yang ia bawa berada di bangku Altha, Sisy dan Naira pun keluar dari kelas Altha. "Lo nggak capek ngelakuin ini tiap hari? Dia, kan nggak pernah makan makanan yang lo kasih."


Tanpa merasa terganggu dengan ucapan Naira, Sisy menjawab, "Enggak."


Naira menarik napas dalam. "Coba deh, elo kasih langsung ke Altha. Mungkin aja selama ini dia nggak makan makanan lo karena dia nggak tahu siapa yang ngirim. Kali aja, kalau dia udah tahu siapa pengirimnya, dia bakal makan makanan lo."


Untuk sesaat, Sisy merenungkan ucapan Naira. Dalam hati, Sisy membenarkan ucapan Naira. Akan tetapi, seperti yang sudah-sudah. Keberanian itu tidak pernah ada di diri Sisy. "Aku nggak berani, Ra." Naira hanya bisa menghela napasnya saat mendengar ucapan sang sahabat.


"Ayo ah! Nanti keburu ada yang lihat." Sisy segera menarik tangan Naira pergi dari kelas Altha. Tidak ingin ada yang melihat kegiatannya di pagi hari.



🌺🌺🌺



Waktu menunjukkan pukul 06:55 ketika Altha memasuki kelas dengan melipat tangan di depan dada. Tidak lupa juga ketiga sahabatnya yang mengekori Altha di belakangnya. Mendudukkan diri di bangku kebesarannya, dan memasukkan tasnya pada laci di bawah mejanya.


Namun, gerakan Altha terhenti kala ia merasakan sesuatu tersentuh tangannya. Altha memutar bola matanya malas. Tanpa melihatnya pun, Altha tahu itu apa.


Hingga sebuah suara membuat teman-temannya terkejut. Sebuah tempat makan Altha letakkan secara kasar di atas meja. Tepatnya di hadapan Liam, sahabat Altha yang dengan senang hati selalu menghabiskan isi dari kotak makan itu. Altha pun acuh dengan temannya yang terkejut akibat ulahnya.


"Kali ini apa, Al?" Altha hanya mengedikkan bahunya acuh. "Bolu, Al." Liam mengambil satu bolu dan segera ingin memakannya. Namun, gerakan tangannya terhenti ketika Ali menahannya.


"Kenapa?" Liam mengangkat satu alisnya. "Lo mau makan ini? Kayak beberapa waktu yang lalu?" Altha membereskan kotak makan itu dan meletakkan kembali pada laci bawah mejanya. Liam memandang Altha penuh tanya.


Tatapan Altha kini memandang Liam datar. "Camkan satu hal. Gue makan waktu itu karena terpaksa. Kalo bukan karena laper, gue juga ogah makan tuh bekal." Ketiga temannya hanya tertawa mendengar ucapan Altha. Sedangkan Altha, ia lebih memilih memejamkan mata dengan menyandarkan tubuhnya pada kursinya. Dengan terpejam Ali bertanya dalam hati. Siapa Lo?




🌺🌺🌺




Sisy dan Naira baru saja keluar dari kelas mereka saat bel istirahat berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Tujuan mereka tidak lain adalah kantin. Surganya para murid di saat jam istirahat. Namun, tujuan mereka urung kala melihat semua murid tampak berlari ke arah lapangan utama. "Ada apa, sih?" tanya Naira.


"Nggak tahu." Sisy menjawab dengan mengedikkan bahunya. "Kita lihat, yuk!"


"Ayo!" Sisy dan Naira turut berlari ke arah lapangan. Membelah kerumunan sampai di depan agar bisa melihat sesuatu yang menjadi pusatnya para siswa. Tubuhnya yang kecil, cuku membantu Sisy untuk menyelinap di antara kerumunan para murid lain.

Di sana, seorang Altha tengah berdiri di atas sebuah bangku. Tak lupa juga ketiga temannya berdiri di belakang Altha dengan mendongakkan wajah melihat Altha yang memang posisinya agak lebih tinggi. Di depan Altha, ada sebuah tempat sampah yang entah untuk apa.


"Kalian lihat dan dengarkan." Altha mengulurkan tangannya pada Liam. Segera Liam memberikan sesuatu yang diinginkan Altha. Sesuatu yang Sisy lihat adalah tempat makan yang pagi ini ia berikan pada Altha.


Altha mengangkat tempat makan itu tinggi-tinggi. "Tempat makan ini, udah gue dapat sejak gue kelas satu. Selalu ada di dalam laci gue saat gue masuk ke kelas. Selama ini, gue nggak pernah tahu siapa pelakunya. Tapi gue yakin, pelakunya adalah salah satu dari kalian." Semua murid saling berbisik. Bertanya-tanya siapakah orang yang dimaksud oleh siswa terpopuler di SMA Hight Star.


"Dan gue yakin saat ini pun dia berdiri di antara kalian. Gue mau bilang sama pelaku ini. Gue muak sama yang lo lakuin setiap pagi buat gue. Berhenti jadi pengecut dan muncul di depan gue. Sekarang!" Ucapan itu membuat Sisy meremas tangan Naira dengan wajah pucat. Sisy melihat Naira dengan tatapan sendunya. Naira yang mengerti keadaan Sisy hanya menggeleng pelan, yang hanya mampu disadari oleh Sisy.




🌺🌺🌺




Di tempatnya, Altha memandang semua murid yang saat ini saling berbisik. Menunggu seseorang yang ia pancing untuk keluar. Namun, hingga lima menit berlalu, tidak ada seorang pun yang maju dan mengakuinya.


"Nggak ada?" semua murid tampak bergeming. "Ok. Itu mau, lo."


Altha melempar kotak bekal yang ada di tangannya ke dalam tong sampah di hadapannya. Lalu menuangkan sebuah cairan ke dalamnya. Hingga kemudian Altha menyalakan korek api dan melemparkannya ke dalam tong sampah itu. Tak lama, api berkobar dari tong sampah dan diyakini membakar kotak bekal itu.


"Gue peringatkan sekali lagi. Berhenti jadi tikus. Kalo lo nggak mau muncul, gue yang akan cari tahu sendiri lo siapa," ucap Altha mengakhiri.


"Bubar!" Seruan dari salah satu teman Altha membuat salah satu murid wanita membalikkan badan lebih dulu dari yang lain. Membuat senyum smirk Altha tercipta akan gerakan murid wanita itu.


Altha turun dan menghadap ketiga temannya. "Ketemu?"


"Sepertinya." Altha kembali memperlihatkan senyum misteriusnya. "Tinggal langkah selanjutnya." Keempatnya pun berlalu, dengan senyum kemenangan menghiasi wajah Altha. Entahlah, dalam benaknya ia merasa yakin bahwa rang itulah pelakunya.


||🌺🌺🌺||



Repost ya Sayang.
Banyak plot hole 🤭🤭🤭

Jadi malu 🙈🙈🙈🙈

Ok
Vote
Komen
Typo spam
Pollow Ig Mom
Pollow WP Mom

Ok?
👌👌👍😉😘😘😘😘😘

🐼Salam🐼
🍓EdhaStory🍓
💔💔💔💔💔

Izinkan Aku Bawa Cinta IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang