🐼Prolog🐼

5.6K 205 50
                                    

Izinkan Aku Bawa Cinta Ini

Prolog

||🌺🌺🌺||


Perasaan cinta memang tak pernah diketahui kapan datangnya.
Sama seperti rasa cinta yang kupunya untuk kamu.


Sisy Mahera Atrisha

Seperti biasa, hari ini Sisy berangkat sekolah lebih awal dari waktunya. Kebiasaan ini, sudah ia lakukan sejak dia resmi menjadi murid di SMA Hight Star. Tepatnya, semenjak Sisy mengenal seseorang.

Sisy berangkat lebih awal karena ada sesuatu yang harus dia lakukan terlebih dahulu saat dia sampai di sekolah. Dia menyebutnya misi rahasia. Ya, meskipun hal ini tidak layak disebut sebagai misi rahasia. Bisa dibilang ini adalah misi seorang pengecut. Yups, bahkan sahabatnya pun menyebutnya seperti itu.

Bicara mengenai sahabat Sisy, namanya Naira. Cantik, bukan? Nama dan orangnya pun sama-sama cantik. Naira adalah gadis blasteran. Ayahnya dari Jepang dan ibunya asli Jawa. Sisy dan Naira bersahabat sejak keduanya sama-sama duduk di bangku SMP. Sejak saat itu, mereka berteman dengan baik.

Seperti biasa, Sisy berangkat dengan sejuta senyuman yang menghiasi wajahnya. Tak lupa juga dua paperbag kecil yang selalu dia bawa. Saat Sisy turun dari angkutan umum, senyuman hangat sudah menyambutnya.

Sisy pun turut membalasnya. "Selamat pagi, Pak Joko," sapanya pada satpam sekolah Pak Joko ini sangat baik padanya. Buktinya, dia mau membuka pintu gerbang sekolah untuk Sisy meski Sisy datang sebelum waktunya gerbang dibuka.

"Ini buat, Pak Joko." Sisy memberikan satu paperbag yang dia bawa kepada Pak Joko. "Hari ini Sisy masak nasi jagung. Semoga Bapak suka, ya." Nasi jagung ini sebagai sarapan untuk si satpam sekolah. Jangan salah. Itu bukan sogokan, ya. Itu hanya bentuk rasa terima kasih Sisy karena Pak Joko mau membukakan pintu gerbang untuknya

"Wahhh, terima kasih, Non Sisy." Inilah yang sebenarnya kurang Sisy sukai dari penjaga gerbang sekolahku ini. Beberapa kali ia mengatakan untuk tidak memanggil dengan embel-embel 'Non'. Karena Sisy lebih suka dipanggil dengan nama. Tapi tetap saja ia memanggil Sisy seperti itu.

"Pasti, Non. Pasti Pak Joko suka. Masakan Non Sisy, kan, selalu enak." Nah, inilah yang Sisy suka. Kata-kata pujian dari Pak Joko membuatnya selalu menatap satu paperbag lagi di tangannya dengan senyuman. Kata pujian Pak Joko seperti memberikan dia keyakinan akan seseorang yang akan menyukai isi paperbag ini. Tapi....

"Kalau gitu, Sisy langsung ya, Pak." Pak Joko mengangguk dan mengangkat jempolnya. Setelah Sisy berlalu, Sisy masih bisa mendengar Pak Joko yang kembali menutup pintu gerbang sekolah. Mungkin, saat ini Pak Joko tengah menikmati sarapan yang sebelumnya ia bawakan.

Sisy melangkah menuju kelas. Seperti yang kalian tahu, tidak ada seorang murid pun saat ini. Baru saja kaki Sisy menapaki kelas, senyumnya terbit seketika saat pandangannya tertuju pada sebuah bangku. Itu adalah bangku milik seseorang. Seseorang yang sangat dikaguminya secara diam-diam. Tanpa perasaan takut, Sisy melangkah mendekati bangku itu dan meletakkan satu paperbag yang masih ada di genggamannya. Inilah misi yang ia sebut sebagai misi rahasia. Dia selalu membawakan makanan untuk seseorang yang dia cintai.

Setelah memastikan bahwa ia meletakkannya dengan tepat, Sisy bergegas keluar kelas sebelum murid lain datang dan memergokinya berada di sini. Dengan langkah seribu, Sisy berlari menuju ke perpustakaan. Bersembunyi di sana hingga terdengar bel masuk berbunyi.
Sisy memasuki ruang perpustakaan dengan mudah meski petugas perpustakaan belum datang. Jangan tanyakan mengapa dia bisa melakukannya. Yang pasti, dia mendapatkan kuncinya dari Pak Joko. Satpam sekolah ini.

Awalnya, petugas perpustakaan marah ketika pintu perpustakaan terbuka sebelum waktunya dan mendapati keberadaanku di sini. Namun, berjalan seiringnya waktu, ia pun membiarkan Sisy. Tentu saja. Itu karena saat ia memasuki perpustakaan, perpustakaan sudah dalam keadaan bersih. Dan buku-buku yang sempat tidak tertata rapi sudah tertata rapi pada rak-nya.
Saat asyik duduk di salah satu kursi di perpustakaan. Ingatannya terlempar ke kejadian awal mula ia bisa mencintai seseorang. Waktu itu, dia dan seseorang lagi masih dalam masa penerimaan siswa baru. Sisy mendapat hukuman karena sudah terlambat di hari pertamanya sekolah. Di saat yang sama, seorang pemuda juga mendapatkan hukuman itu.

Mereka dihukum untuk membersihkan halaman belakang sekolah bersama. Pemuda itu yang memang tidak peduli dengan hukumannya, hanya duduk melihat Sisy yang sedang menyapu.

"Lo nggak capek apa?" Itu pertanyaan yang Sisy dapat darinya.
Sisy hanya menggeleng. Sesaat kemudian, Sisy melihatnya pergi meninggalkan hukumannya. Sisy pikir, dia akan kabur. Ternyata ia salah. Pemuda itu kembali dengan air mineral dan beberapa roti yang ia bagi dengan Sisy. Sesimpel itu? Ya. Sesimpel itu Sisy bisa mencintai pemuda itu yang bernama Altha.

🌺🌺🌺

Saat memasuki kelas, sahabatnya Naira telah duduk manis di bangku. Tanpa ragu pun, Sisy menghampirinya dan duduk di sampingnya. "Dari perpustakaan, lo?" tanyanya setelah Sisy mendaratkan tubuhnya.

"Iya," jawabnya santai disertai anggukan kepalaku. Naira pun hanya mengedikan kedua bahunya tak acuh. Itu karena ini adalah hal biasa baginya. Dulu, dia sering memperingati Sisy untuk menghentikan aksi tak bermanfaat Sisy. Namun, dengan keras kepalanya, Sisy menolak. Naira pun tak lagi menasihati Sisy. Sepertinya, Naira menyerah. Percuma juga.

Tak lama, suara bising mulai terdengar. Keduanya yakin empat cowok tampan pentolan sekolah ini telah datang. Terdengar dari teriakan para murid perempuan yang memanggil nama mereka. Tak lama, keempatnya pun telah memasuki kelas. Sisy memandangnya tak berkedip.

Ya. Sisy juga mengagumi salah satu dari mereka. Namun, ia tak berani untuk ikut-ikutan meneriakkan nama mereka. Aldiaz Altha Maheshali. Dia bisa dikatakan leader dari mereka. Dan Sisy, dengan beraninya mengagumi dirinya. Bahkan, Sisy dengan berani mencintainya.

"Wah, Al. Ada lagi, nih." Suara salah satu dari mereka terdengar saat menemukan paperbag yang Sisy letakkan sebelumnya. "Wah, Brownis. Enak, nih."

"Makan aja!" Semua temannya bersorak. Jawaban yang terlontar dari bibirnya membuat Sisy menunduk seketika. Meremas ujung rok seragamnya untuk menahan rasa sesak di dadanya. Inilah yang selalu terjadi pada paperbag pemberian Sisy. Isinya berakhir dimakan oleh teman-teman Altha. Ini masih mending. Karena biasanya, akan berakhir di tempat sampah.

Usapan lembut Sisy rasakan di pundaknya, Siapa lagi jika bukan sahabatnya Naira. "Sabar, ya." Tidak ada lagi hal yang Sisy lakukan selain menampakkan senyumnya. Mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saja.

Sisy mengagumi dan mencintai sosok Altha yang memang menjadi incaran di sekolah ini. Tapi, bisakah ia mendapatkan balasan dari perasaannya ini?

||🌺🌺🌺||

Revisi, yes😁😁😁
Vothmentnya jangan lupa

🐼Salam🐼
🍓 EdhaStory🍓
💔💔💔💔💔

Izinkan Aku Bawa Cinta IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang