🐼 11 🐼

1.7K 184 58
                                    

||🌺🌺🌺||

Izinkan Aku Bawa Cinta Ini

Part // 11



Sisy menata beberapa box kue pada keranjang sepedanya. Sepeda yang kemarin baru dibelikan oleh Altha dapat menampung box kue lebih banyak. Sisy bersyukur akan hal itu. Dia bisa mengantar kue pesanannya lebih cepat. Tanpa harus bolak-balik ke rumah untuk mengambil box berulang kali.

Sebuah mobil yang berhenti di depan rumahnya membuat ia menoleh. Sosok laki-laki tampan turun dari pintu balik kemudi. "Pagi Sisy," sapanya pada Sisy.

"Pagi Kak Aidan."

Tatapan Aidan jatuh pada sepeda di samping Sisy. "Sepeda baru?" tanya Aidan dengan menunjuk sepeda Sisy.

Sisy mengangguk dan menjawab, "Iya." Senyum terbit dari keduanya. Aidan senang Sisy bisa mempunyai sepeda yang lebih layak.

"Kemarin dibelikan Kak Altha." Senyum Aidan luntur seketika. Satu lipatan di kening Aidan tercipta.

"Altha? Maheshali?" tanya Aidan memastikan. Bagaimana mungkin seseorang yang selama ini ingin menyakiti Sisy malah membelikan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh Sisy? Aidan berharap bukan sang Maheshali lah yang melakukannya.

Sayangnya, harapan Aidan sirna saat Sisy mengangguk dengan antusias. "Iya. Altha, Maheshali. Bahkan kemarin dia nolongin aku loh, Kak. Waktu aku digangguin sama preman. Dia—"

"Kamu diganggu sama preman?" tanya Aidan yang memotong ucapan Sisy. Merasa terkejut akan apa yang telah menimpa Sisy. "Terus, kamu nggak papa, kan? Kamu diapain sama mereka?"

Sisy tersenyum dengan muka memerah. "Enggak papa Kak Aidan. Sisy nggak papa, kok. Kan tadi Sisy udah bilang, Kak Altha nyelametin Sisy." Sisy menjelaskan dengan tenang.

"Syukurlah. Tumben sekali ada preman di jam pulang sekolah?" tanya Aidan yang merasa penasaran. Sesaat kemudian, Aidan mengingat sesuatu.

"Kamu pasti pulangnya telat, ya? Karena harus ngantar kue pesanan Kakak," ucap Aidan dengan wajah yang sudah terlihat menyesal.

"Eh, enggak kok, Kak. Kemarin itu ban sepeda Sisy kempes. Terus Sisy tuntun sambil cari bengkel. Tapi, nggak ada satu bengkel pun yang buka. Akhirnya Sisy jalan kaki sampai rumah sambil bawa sepeda," ucap Sisy dengan kekehan kecilnya.

"Tapi Kakak tenang aja. Sisy nggak papa, kok. Buktinya, sekarang Sisy berdiri di hadapan Kak Aidan." Sisy selalu bisa membuat Aidan khawatir dan senang secara bersamaan.

"Udah bilang terima kasih sama Altha?" tanya Aidan.

"Udah dong, Kak. Malahan kemarin ya, Kak Altha makan di sini. Nambah loh, Kak." Sisy bercerita dengan antusias. Binar bahagia tercetak begitu jelas di wajah Sisy.

"Oh ya?" Sisy mengangguk.

"Bahkan sampai nambah. Seneng deh, Kak. Kak Altha mau makan masakan Sisy. Selama ini, kan dia selalu buang makanan yang Sisy bawakan buat dia. Terus ya kak ...." Sisy bercerita tanpa henti. Aidan, meski dia memasang wajah senyumnya, dalam hati ia mengakui jika ia kurang menyukai kedekatan Sisy dan Altha yang tidak ia ketahui secara langsung.

"Kamu mau nganter kue?" pertanyaan Aidan membuat Sisy menghentikan aksi mendongengnya. Sisy menepuk keningnya merutuki ingatannya yang lemah.

Izinkan Aku Bawa Cinta IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang