Dia Adalah Vinka Maudry

51 12 1
                                        

          

          

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Visual dari Vinka Maudry)

***

            Bel masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu, penghuni kelas sudah duduk dibangku masing-masing. Menunggu sang pemberi ilmu datang, mereka melaksanakan doa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas.

           “Berdoa menurut keyakinan masing-masing, berdoa dipersilahkan!” pimpin sang ketua.

           Semua menundukkan kepala dan mengucapkan doa dengan khusyuk.

           “Berdoa selesai!”

           Tepat setelah doa dilantunkan, sosok wanita paru baya yang masih berparas rupawan masuk dan menyapa ramah para muridnya.

           “Baiklah, seperti tahun lalu, ibu akan bagikan hasil pemeriksaan psikologis dan tes IQ kalian ya. Bagi namanya yang dipanggil segera maju!” ucap Bu Putri, yang masih tetap menjabat sebagai wali kelas XI MIA 3.

           Satu persatu nama dipanggil, begitu juga dengan pemilik nama Vinka Maudry. Kali ini dia masih sama, berlagak akan memiliki IQ yang melebihi teman-temannya. Berjalan santai dan penuh percaya diri.

           “Vin, buruan buka!” desak Alika, dia masih tetap menjadi teman sebangku Vinka.

           Teman sekelas Vinka tidak ada yang mau menempati posisi sebagai teman sebangku Vinka. Alhasil, Alika akan menempati posisinya lagi. Karena hanya Alika yang mengenal Vinka sejak SMP walaupun Vinka tak pernah menganggap Alika sebagai teman.

           Vinka sedikit gugup, bibirnya digigit cukup keras. Sebelah tangannya meremas ujung rok. Vinka tidak mau kali ini dikhianati oleh ekspektasinya, ia mau sebuah realita yang sinkron sehingga harga dirinya tahun lalu bisa terangkat kembali.

           “Wah, sahabat gue emang cerdas, nih!!” suara laki-laki yang sangat dibenci Vinka, mulai membuat kehebohan.

           “Varo IQ nya diatas superior lagi?”

           “Gue mau tau IQ Varo, dong!”

           “Wahh, emang calon dokter!”

           Semua pujian maupun kehebohan di kelas membuat Vinka gusar dan mulai menggertakan giginya cukup keras. Ia tidak pernah ingin Varo selalu dipuji melebihi dirinya.

REHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang