Kalimat Tanya

16 4 0
                                    

Seleksi pemilihan ketua osis.

Kandidat Pertama : Bagasditya Pratama (XI IPS 1)

Kandidat Kedua : Vinka Maudry (XI MIA 1)

Kandidat Ketiga : Aprillia Nindya Carlotte (XI MIA 2)

Kandidat Keempat : Alvaro Azri Narendra (XI MIA 1)

Begitulah yang tertulis pada berita utama madding, saat ini. Semua siswa berbondong-bondong untuk pergi kesana, hanya untuk menilai para kandidat ketua osis tahun ini.

BRAK!!!

Suara gebrakan meja didalam kelas unggulan, terjadi lagi. Vinka yang baru saja kembali masuk sekolah, mulai mengusik ketentraman seisi kelas. Kelas terasa hidup kembali setelah kehadiran Vinka didalamnya.

Pagi mereka, kembali menjadi malapetaka.

"Mentang-mentang lo disayang guru, lo bisa seenaknya calonin diri jadi ketua osis? Tanpa surat rekomendasi?" Vinka menghardik Varo, yang tampaknya tak terusik dengan kehadiran Vinka saat ini.

"Lo merasa hebat?"

"Merasa bisa kuasai sekolah?"

"Gila jabatan?"

"Masih kurang jadi ketua kelas?"

"Lo sogok guru sama otak lo?"

Runtutan pertanyaan yang menjerumus pada tudingan sarkas, tertuju pada Varo yang terlihat enggan untuk menanggapi ocehan Vinka dihadapannya. Varo risih, karena seisi kelas lagi-lagi memusatkan perhatian pada keduanya.

"Pulang sekolah kerj—"

"Telinga lo itu dipakai yang bener, mulut lo juga. Udah mulai tuli lo??" sela Vinka, yang masih tak ingin merendahkan suaranya.

Varo menahan diri untuk tak tersulut, tapi mustahil. Mana mungkin ada seseorang yang tahan jika dicaci didepan umum?

Selembar kertas dikeluarkan dari tas Varo, digebraknya tepat pada dasar meja. Membuat mulut Vinka terbungkam, dan tak akan bisa kalimat bahkan sepatah kata.

Setidaknya, Varo masih bisa mengontrol emosinya dengan baik.

Surat Rekomendasi Kandidat Ketua Osis.

Tulisan cetak dengan font calibri, ukuran 24pt, dan tidak lupa dengan bold, tertulis jelas pada atas kertas hvs putih tersebut.

"Udah?" kali ini Varo ambil alih bicara.

"Ck!" Vinka berdecak kesal, lalu meninggalkan bangku Varo dan menghentakkan kakinya keluar kelas.

"Wahh, menang telak lo Var!" puji Ujan, mengapresiasi kawannya tersebut.

"Lo minat ama osis Var, setau gue lo ogah banget jadi gituan. Apalagi ketos." Celoteh Rama, memang ada benarnya.

Varo tak menjawab, ia hanya mengangkat bahunya. Varo saja tak tau alasan pasti ia tiba-tiba mencalonkan diri menjadi ketua osis, padahal menjadi ketua kelas saja sudah cukup berat baginya.

***

Berhubung hari ini tak ada ekstra ataupun pembinaan olimpiade, Varo memutuskan untuk mengumpulkan anggota kelompoknya untuk segera menyelesaikan tugas proyek. Kali ini tidak di perpustakaan, penjaga perpus akan mengusirnya lagi jika hingga sore hari tak kunjung pulang. Jadi, mereka memutuskan untuk mengerjakan di kelas.

"Var, ini tinggal tempel print-printan-nya, ke styrofoam kan?" tanya Alika memastikan lagi, sebelum benar-benar menempelkannya.

"Hm," Varo menangguk.

REHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang