Chapter 04

985 344 116
                                        

Dari sekian banyak orang, entah kenapa hati saya memilih kamu sebagai orang yang saya cintai.

- Althar Farzan Wijaya

***

Mungkin proses.

Seuntaian kata yang keluar dari bibir Melody membuat degub jantung Althar merasa bahagia bukan main. Mendengar itu membuat Althar tak henti-hentinya mengulas senyuman lebar.

Ia berjalan disepanjang koridor yang sepi, karena bel masuk sudah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu. Ia berjalan dengan santai sambil bersenandung kecil, dan jangan lupakan senyumannya.

Ia mengendap-ngendap saat sudah didepan kelasnya, mengintip lewat celah jendela apakah ada guru atau tidak.

Pukk!

"Astagfirullah." ia mengelus dadanya, seseorang menepuk pundaknya membuat ia terlonjak kaget bukan main.

"Ngapain kau ngintip-ngintip begitu?" tanya Bu Dean

"E-eeh i-ituu bu, s-sayaa ngecek dulu gitu ada kalau tidak ada guru ribut apaa tidak. Y-yaa gituu bu." ucap Althar terbata-bata

"Alasan saja kau! Masuk sana!"

Althar menghela napasnya lega, "Terima kasih , Ibu." untungnya saat ini bukan jamnya Bu Dean, tapi Pak Mamat. Jika Bu Dean? Matilah sudah dia.

Kakinya melangkah masuk kedalam kelas, bisa ia lihat raut wajah tidak mengenakkan dari ketiga temannya.

Althar menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa sih ngeliatin gue gitu banget?"

Dylan menyipitkan matanya, "Ngapain lo di UKS? Lama bangett."

"Jagain diaa lah." jawab Althar dengan santai

"Jagain iyaa, ditembak kagak." celetuk Naufan

Althar menoleh menatap ketiga temannya, "Kalo gue tembak sekarang, iyaa kalo gue diterimaa, kalo gue ditolak? Malu bulu ketek gue." ujarnya

Arsyad mengangguk-anggukkan kepalanya, "Jangan kelamaan. Dia cantik, banyak yang suka sama dia, gue juga suka sama dia" ucapnya membuat Althar menatapnya tajam.

"D.I.A P.U.N.Y.A G.U.E!" tegasnya dalam setiap penekanan kata.

"Iyaaa Atarr Iyaaaaa." ucap Dylan mengelus punggung Althar.

Arsyad tertawa meledek, "Bukan siapa-siapa loh ya, gak papa dong kalo gue gebet."

Bisa dilihat wajah Althar memerah seperti menahan sesuatu yang akan siap meledak. Dia menggebrak meja dengan cukup kuat, membuat seisi kelas menoleh kearahnya. Tanpa mengatakan apapun dis keluar kelas, ingin menenangkan pikiran.

Saat tubuh Althar hilang dari penglihatannya, sesaat juga tawa Arsyad pecah.

"Gila lo! Kalo dia mikir ya beneran mampus lo!" ucap Dylan

"Anjing! Tanggung jawab bangsat." timpal Naufan

"Gue juga mikir-mikir kalik." ucap Arsyad, "Gue bukan tukang tikung."

Jangan jadi teman makan teman ya gaes.

***

Bel pulang sekolah sudah berlalu sejak 20 menit yang lalu, tapi hingga sekarang Althar belum juga menunjukkan batang hidungnya. Apa Althar hanya ingin mempermainkannya?

"Kalo sampai 5 menit dia gak dateng, gue gak bakal mau ketemu dia lagi!" gumamnya

Ia memasang timer pada ponselnya, saat tombol start ditekan ia menggenggam ponselnya sambil melihat kesana dan kemari apakah Althar akan datang? Entahlah!

MELODY (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang