Si Kecil Malang (sebuah narasi singkat)

36 5 0
                                    

"Deras ya?"...

Begitu kata seorang anak kecil yang duduk bimbang di sudut jendela dengan kursi tua dari jati yang rapuh, menatap keluar jendela dengan kaca yang penuh embun, diusapnya perlahan dengan siku kanan sambil ia berkata kembali,

"uh dinginnya".

"Sampai kapan kau ingin duduk terpaku disitu nak?, kesinilah sebentar, setidaknya kau akan hangat, bukan hannya berdiam diri dan terpaku dengan keadaan mu."

"aku tidak mau nek aku yakin ketika hujannya reda ia pasti akan datang aku yakin itu!!!"

Dengan yakinnya,
si anak kembali dia terpaku seolah tak berkedip sedikitpun,

"Sudahlah! Sudah enam hari ini kau jarang makan, apa kau ingin mati?dasar anak bodoh, kau tuli ya? anak tak tau diri kesini cepaaaat!!!". Ia menggigit gigi dan memutar kursi rodanya dengan cepat dan menabrak sianak,
dengan marah ia memukul kecil kepalanya berkali kali dan menariknya dari kursi dekat jendela itu.
Si anak hannya terdiaam dan mengeluarkan air mata sambil tangannya memegang erat tepian jendela, dengan menahan sakit dan celoteh kasar orang tua itu, si anak tetap bertahan menahan sakit dikepalanya.

Sambil menangis tangannya tak henti memukuli kepala sianak dan berkata,

"sudah berapa kali kubilang, jangan mengada yang tidak tidak, jangan menunggu yg sudah pasti tak ada, ia tak akan kembali nak, TAK AKAN PERNAH!!!",

dengan keras si anak berteriak kearah nenek "ia masih hidup nek! Maassihhhhhhhhh!"

Plaaakkkk!!!

Sebuah tamparan keras melekat pada sianaak,

"Mereka sudah mati! Maaaattiiiiiii!!!! paham kau!!!". Nenek berteriak kencang sembari nafasnya terengah-engah dengan mata melotot.

Si anak berlari pergi menuju kamar yang ada di dekat dapur sambil menangis menyebut ayah dan ibunya, Sinenek hanya terdiam dan memukul mukul kursinya dengan keras, sambil berkata! "Perseetan dengan ini semua, bunuh saja aku kalau itu yang Kau mau tak sanggup aku mengurusi semua keadaan pahit ini, tuhaaaaaaaaaaannn, apa kau tidak dengar? buuunnuuhhhhh akuuuu",

Kilat di iringi petir hebat pun menggelegar sekuatnya, si nenek lagi lagi menangis sambil berteriak dan menengadahkan kepala ke arah langit-langit rumah!.

@daWahid

daWahid da tulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang