Aku Dan Semua Darah Bodoh ku

24 4 0
                                    


Cukup!
Itu sangat menyakitkan.

Sekarang Kau diam.
Biar mulutku yang menajam.

Dari semua celaan.
Tuduhan.
Bahkan Ancaman.

Kau bungkus dengan rasa kelam.

Cukup!

Kau tidak tahu apa apa.
Namun tuduhan mu seolah kau mengerti seutuhnya.

Kau pun tidak tahu kebenarannya.
Nalarmu terlalu dini untuk menarik kesimpulan.

Bukan!!!.

Bukan kesimpulan namanya.
Karena otakmu hanya budak hasutan Dia.
Dia yang kau percaya sesaat sebagai dunia.
Namun melambungkan iman pada kandung lembaga.

Kau tuduh aku.
Kau benci aku.
dan Kau lupakan aku.

Sakit rasanya.
Sakit sekali, berkali-kali aku bernafas, seketika itu pula paru-paru ku kandas.

Aku menahan.
Aku diam.
dan Kau selalu memandang tajam.
Meneriaki ku atas kesalahan yang kau anggap realita.
Kau semakin menjadi-jadi dalam perasaan yang sekiranya kau anggap terluka.

Bungkamku sudah menggila didalam jiwa.
Bungkamku sudah menyantap pasungnya yang lama.
Tidak ada belenggu diantara bungkam.
Namun hanya hati bodoh yang masih tetap bertahan untuk diam.

Entah pada purnama yang keberapa.

Tuhan balikkan dunia, Tuhan tundukkan langit pada bumi yang melayang.
Tuhan jadikan siang dengan malam satu rentang.

Kau gila.
Kau tidak percaya.
Dan kau menangis luka.

Kau hadapkan wajah lama itu
Pada diriku yang membusuk karna celaanmu

Kau hadapkan maafmu
Pada rasa pemberian ku.
Yang terlanjur kau injak dengan kebodohanmu

Aku yang tak kuasa menjadi dewa.
Seketika dicicipi rasa menjadi manusia.
Aku terseret pada rasa yang tak kuasa

Aku kesal,
dan aku binal pada bungkam yang tak terjal.

Belum pula seutuhnya bungkam ku teriak.
Tidak pula memecah langit-langit dan air yang beriak.
Jangan kan merusak.
meretak bayang pun tidak.

TAPI.

Sungguh ironi dan persetan.

Kau merasa terluka dan terhina.
Seolah Aku benar-benar jahat pada dunia.
Kau berlindung pada kekhilafan dan ketidak tahuan akan realitanya.
Dan aku lagi-lagi pada posisi. tersangka dalam sebuah persoalan rasa.

Kadang aku berpikir.
Seperti apakah penjahat yang sesungguhnya?

Kadang aku berpikir. Seperti apakah malaikat rupanya?

Dunia.
Kejam adanya.
Kau dengan semua tindak tanduk perasaan bernama Wanita.

Dan aku hanya sebatas sesal dan tersangka bernama pria.

Cukup.
Benar-benar cukup.

Aku berteman dengan menyerah
Aku pulang dengan keluh dan kesah.

Selamat menikmati hidup tanpa rasa tersakiti.
Karena aku, para tersangka telah berhasil kau bunuh dengan suka cita, tanpa rasa bersalah yang pernah kau sadari.

Kadang kau hanya mengingat rasa sakit yang pernah kau terima.
Tanpa mengingat berapa banyak rasa sakit yang pernah kau beri.

Untuk semua kata selamat.
Aku akan mengingat di akhirat.
karena Kau adalah Kiamat.

@daWahid

daWahid da tulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang