Typo bertebaran
Jangan lupa klik ikon star🌟
"Oppa benar-benar akan pergi? " tanya Aera yang entah sudah keberapa kali, ia terus mengkuti Jimin yang masih sibuk mengemasi barang-barangnya.
"Aku sudah jelaskan padamu kan..." gumam Jimin masih fokus menata pakaian dikoper besar miliknya. Aera cemberut, matanya mulai berkaca-kaca. Dirinya benar-benar tak terima Jimin pergi jauh darinya, jika masih dikorea ia tak masalah tapi ini Amerika. Butuh waktu 11 jam naik pesawat baginya untuk menyusul kesana, dan Ayahnya pasti tak akan pernah mengizinkan Aera.
Jangankan ke Amerika, ke mall saja butuh 2 hari untuk membujuk ayahnya, lalu butuh berapa tahun untuk pergi ke Amerika?.
Merasa tak ada lagi celoteh dari Aera, Jimin menoleh menatap Aera yang sedang diam termenung dengan mata berkaca-kaca. Jimin menghela nafas, ia berjalan mendekati Aera,
"Hey...jangan menangis, hanya beberapa tahun, lalu Oppa akan pulang hm" Perasaan Aera semakin tak karuan, beberapa hari saja rasanya ia tak kuat apalagi beberapa tahun. Mungkin ia bisa gila.
"Kenapa Oppa tidak kuliah disini saja, kan disini juga punya banyak kampus bagus" Jimin hanya tersenyum lalu mencubit gemas pipi gembul Aera. Sungguh lucu sekali Aera saat merajuk begini.
"Kau tau kan ini impian Oppa sejak lama, jadi kuharap kau akan mengerti Aera-ah. Oppa berjanji akan terus menghubungimu, kita juga bisa video call nanti..." Jimin beralih menangkup wajah Aera, mengelusnya pelan penuh kasih sayang. Aera diam menikmati setiap perlakuan Jimin yang mungkin tak dapat ia rasakan lagi. Ia berharap waktu dapat berhenti untuk sejenak saja.
"Sekarang kembalilah ke kamarmu, hari sudah sangat larut.." Aera menggeleng menolak perintah Jimin, ia hanya punya waktu hingga besok pagi. Jadi Aera akan memanfaatkan waktu ini sebaik mungkin.
"Aku mau tidur dengan Oppa" Jimin cukup terkejut, lantas ia tersenyum lebar. Sudah biasa baginya tidur bersama Aera. Ia lantas membawa gadis berusia 11 tahun itu berbaring dikasurnya.
"Sekarang tidur" ucapnya sambil mengelus lembut rambut halus Aera. Aera terpajam menikmati setiap perlakuan Jimin yang selalu membuatnya nyaman, Aera mendekat memperkikis jarak diantara keduanya. Tangan Aera melingkar sempurna dipinggang Jimin, mendekap erat tubuh kekar dihadapannya. Jimin menahan nafas, padahal ini bukan pertama kalinya Aera memeluk Jimin tapi kenapa ia jadi berdebar begini?.
.
.
.Aera terus menggenggam tangan Jimin posesif, mati-matian ia menahan untuk tidak menangis. Tinggal beberapa menit lagi ia akan berpisah dengan Jimin, dan sungguh rasanya ia masih sangat tidak rela. Daritadi ia berdoa dalam hati, berharap bahwa ini semua hanya mimpi.
"Oppa..."rengek Aera lagi, berharap Jimin membatalkan keberangkatannya. Tapi malah senyuman Jimin yang ia dapat, Jimin membalas genggaman Aera tak kalah erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
|What Is Love?|✅
FanficAera mencintai Jimin, teramat sangat hingga hampir membuat nya gila. Tapi sialnya Jimin tak pernah memandangnya sebagai seorang wanita. Dimata pria itu ia hanyalah adik kecil kesayangannya. Aera tak tahu harus berbuat bagaimana lagi, bahkan setelah...