Dentingan jarum jam terus berdetak. Berdetak seirama dengan jantung. Bahkan lebih cepat, mungkin. Sudah berjam jam lamanya sesosok namja berperawakan tampan namun dingin, dia Han Dongbin. Namja dengan wajah yang tampan namun dingin, tapi itulah yang membuat para gadis tertarik dengannya dan berlomba lomba untuk mendekatinya, namun akan berakhir dengan mengenaskan ditolak secara tidak hormat. Memiliki sorot mata tajam yang mampu melubangi siapapun yang menatapnya, namun juga mampu membuat para gadis terpesona disaat bersamaan. Memiliki tinggi badan 186 cm, dan dengan rambut hitam lebat yang akan terasa lembut saat disentuh. Namun itu semua hanya angan para gadis diluar sana. Jangankan menyentuh rambutnya, mendekat dengan jarak 1 meter pun enggan untuk menoleh dan akan berlalu pergi tanpa sedikit rasa peduli.
Han Dongbin, namja yang sangat mencintai keheningan. Tapi bukan berarti ia anti sosial. Ia juga memiliki teman meskipun tidak banyak. Dongbin hanya ingin menikmati dunianya sendiri tanpa gangguan apapun. Alunan suara Paul Kim yang keluar dari speaker ruangannya, computer yang menyala, dan secangkir latte favoritnya, itu sudah cukup menjadi temannya.
Pintu ruangan terbuka, menampakkan sosok namja berperawakan yang sama dengan Dongbin. Yang berbeda hanya usia mereka yang terpaut satu tahun lebih tau dari Dongbin, dan sifatnya sedikit lemah lembut. Garis bawahi. Hanya sedikit. Dia Jang Bohyun. Sahabat dari Han Dongbin. Ia memasuki ruangan dengan membawa dua cangkir yang berisi latte.
" Kubawakan kau latte. Kupikir latte mu sudah habis." Ujarnya sambil duduk disebelah Dongbin.
" Sejujurnya aku ingin Cappucino." Jawab Dongbin sambil meminum latte nya.
" Dasar kau ini. Ingin cappuccino tapi latte ku tetap saja diminum." Bohyun terkekeh sambil memukul pelan bahu sahabatnya itu. Ya begitulah interaksi mereka. Mereka sudah seperti saudara. Bohyun selalu ada disamping Dongbin disaat Dongbin memerlukannya. Mengingat Dongbin sudah tidak mempunyai keluarga lagi.
" Sudah hampir 4 jam kau berada diruangan dengan tumpukan berkas yang tidak jelas ini. Bahkan kau bolos sekolah hanya karena ingin mencari tau tentang mereka." Ujar Bohyun sambil membaca setumpuk laporan yang ada didepannya. Entah laporan apa itu, makanya ia membacanya.
" Kau tau kan bagaimana aku. Jika sudah diganggu sekali saja, akan aku cari tau tentang mereka sampai ke akarnya. Bukan tidak mungkin mereka akan kembali lagi untuk mengusikku lagi, dan ini akan aku jadikan senjata untuk mengancam mereka agar berhenti menggangguku." Jawab Dongbin sembari membaca setiap laporan yang ia terima.
" Kurasa tidak memerlukan waktu selama ini untuk mencari tau tentang mereka. Karena ini bukan perkara yang sulit untuk kau lakukan."
" Memang tidak. Aku bukan hanya mencari tau tentang mereka, aku juga mengerjakan tugasku." Jawab Dongbin sambil memperlihatkan buku tugasnya kepada Bohyun.
" Wahh...kukira kau sudah tidak peduli lagi dengan sekolah. Tapi apakah semua jawaban tugasmu ini sudah benar? Mari ku periksa dulu." Bohyun membuka buku tugas Dongbin dan membacanya.
" Kau kira aku bodoh dan pemalas sepertimu? Ayolah bahkan ayahmu saja menginginkan anak sepertiku yang pintar ini." Jawab Dongbin sambil memandang remeh sahabatnya itu.
" Yak!! Dasar kau dongsaeng durhaka!!" Kesal Bohyun. Terkadang ia tak habis pikir mengapa ia begitu menyayangi sahabatnya yang menyebalkan ini. Sempat terjadi keheningan beberapa saat. Kemudian Dongbin kembali membuka suara.
" Hyung, kau tidak kuliah atau bekerja?" Tanya Dongbin.
" Kuliah? Apa itu? Sejenis makanan? Dan bekerja dalam hal apa yang kau tanyakan?" Jawab Bohyun.
" Aish! Sudah tau bodoh tapi masih malas kuliah juga!! Dasar!" Omel Dongbin sambil meninju pundak Bohyun dengan tidak santai.
" Yak!! Kenapa kau memukulku sih?!" Sentak Bohyun sambil mengelus pundaknya yang sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE : lies and revenge
Mystery / ThrillerDunia kejam? Ya, bahkan sangat kejam. Dunia ini seperti panggung sandiwara. Dimana pun, kapan pun, kemana pun kita pergi, pasti ada sandiwara yang akan disuguhkan didepan mata. Sandiwara yang sangat kejam. Bahkan lebih kejam daripada takdir. Takdir...