Junghwa memutuskan untuk menuju ke rooftop pada saat jam istirahat. Hubungannya dengan Dongbin menjadi dingin setelah kejadian kemarin. Junghwa tidak tau siapa yang salah diantara mereka berdua. Hubungan mereka memang sedang tidak baik, tetapi mereka tetap duduk sebangku. Hanya saja tidak ada percakapan seperti biasanya diantara mereka.
Duduk pada kursi yang terdapat di rooftop, Junghwa menikmati pemandangan dari atas. Semilir angin menyapu wajahnya. Dari atas Junghwa dapat melihat suasana sekolahnya. Pandangannya menikmati pemandangan yang tersedia. Sampai pada saat netranya menangkap seseorang. Jujur saja dia sedikit merindukan orang itu. Han Dongbin. Tidak bertegur sapa dengan laki laki itu membuat Junghwa merasa rindu padanya. Belum lagi ketika suasana canggung tercipta diantara mereka berdua, ingat mereka masih duduk sebangku!
Laki laki itu tengah bermain basket dilapangan. Sendirian. Pandangan Junghwa tak terlepas dari Dongbin. Meskipun mereka duduk sebangku, bukan berarti Junghwa dapat memandangi Dongbin. Ia terlalu takut untuk menatap Dongbin dengan hubungan mereka yang sedang mendingin ini. Terlalu asik dengan pikirannya, pandangan Junghwa dan Dongbin tak sengaja bertemu. Tatapan itu bertahan selama beberapa detik, sampai akhirnya Dongbin memutus pandangan tersebut. Laki laki itu melempar dengan asal bola basket yang dipegangnya dan beranjak pergi dari lapangan. Semarah itu Dongbi padanya? Begitu pikir Junghwa.
Junghwa tidak bisa berbohong. Dadanya terasa sakit saat Dongbin pergi setelah melihatnya tadi. Pandangannya menjadi kabur secara perlahan, karena airmata yang sedang berusaha untuk meluncur keluar dari pelupuk matanya.
Junghwa tersentak ketika sesuatu yang dingin menempel pada pipinya. Junghwa menoleh dan mendapati Bomin dengan sekotak susu pisang dingin dan juga sebotol cola.
"Apa yang kau lakukan sendirian disini?" tanya Bomin sembari memberi susu pisang kepada Junghwa. Junghwa pun menyambutnya dengan senang hati.
"Hanya ingin menenangkan pikiran."
"Seberat apa pikiranmu sampai kau menyendiri di rooftop." Ujar Bomin seraya terkekeh pelan. Unghwa hanya diam tidak menanggapi perkataan Bomin.
"Apa kau ada masalah dengan Dongbin?" tanya Bomin.
Junghwa terdiam sejenak mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Bomin. "Tidak kok." Junghwa berbohong.
"Benarkah? Tapi aku tidak merasa begitu."
"Junghwa, kita memang baru mengenal, tapi bukan berarti aku tidak tau apa yang sudah terjadi antara kalian." Ucap Bomin. Junghwa hanya diam. Tidak tau bagaimana harus menanggapi Bomin.
"Kau tau, Dongbin itu orang yang sulit untuk tersentuh, ataupun ditebak. Dia sangat pintar menutupi semua yang ada pada dirinya. Karena luka masa lalu yang dia alami, dia menjadi pribadi yang berhati batu, tidak pernah peduli dengan apapun yang terjadi.."
"Tapi kau, aku tak tau ini takdir atau apa, kau berhasil melunakkan hati Dongbin. Entah bagaimana caramu melakukannya tapi kau berhasil. Kau membuat Dongbin merasakan cinta kembali. Dia sudah sebatang kara sedari kecil. Aku harap kau tidak menorehkan luka yang lebih lagi terhadap Dongbin."
Junghwa menatap Bomin dengan tatapan herannya. Perkataan Bomin berbelit belit, namun dia menangkap sebuah kesimpulan. Apa Dongbin mencintainya? Apa itu yang dimaksud Bomin? Entahlah, Junghwa sedang berpikir keras saat ini.
"Aku tau kau memang gadis polos, tapi bukan berarti kau tidak bisa memahami apa yang aku maksud. Pikirkanlah dengan baik, jika merasa tidak nyaman lebih baik kau menjauh secara perlahan, jangan membuatnya menjadi semakin berhati batu." Setelah mengatakan hal itu Bomin beranjak meninggalkan Junghwa dirooftoop.
Bomin benar. Junghwa tidak sepolos itu, tentu saja dia paham apa yang Bomin maksud. Hanya saja, dia masih tidak yakin dan tak tau bagaimana harus memulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE : lies and revenge
Mystery / ThrillerDunia kejam? Ya, bahkan sangat kejam. Dunia ini seperti panggung sandiwara. Dimana pun, kapan pun, kemana pun kita pergi, pasti ada sandiwara yang akan disuguhkan didepan mata. Sandiwara yang sangat kejam. Bahkan lebih kejam daripada takdir. Takdir...