12

6 2 0
                                    

Siang hari, Tuan Jeon sudah berada di Bandara Incheon. Tentu saja untuk menjemput anak sulungnya, Jeon Jaeheon. Setelah menunggu sekitar 15 menit, orang yang ditunggunya telah tiba, bersama dengan dua orang lainnya. Itu Kim Junghyun, ia sangat mengenalnya tapi laki laki yang satunya, ia tak ingat pasti itu siapa tapi ia seperti pernah melihatnya.

"Kenapa ayah tidak menungguku dikantor saja?" kata Jaeheon ketika ia baru saja sampai tepat didepan ayahnya.

"Apa ayah tidak boleh menjemput anaknya sendiri?" Jaeheon hanya terkekeh. Sepertinya ayahnya itu sedang merindukannya. Tapi tidak biasanya.

"Paman, bagaimana kabarmu selama kami pergi?" tanya Junghyun. Ia memang bukan anak dari Tuan Jeon tapi ia tetap mengkhawatirkannya kondisi pria itu. Bagaimana pun juga ia merupakan ayah dari sahabatnya.

"Aku baik baik saja, Junghyun-ah." Jawab Tuan Jeon.

Seungyoun yang sedari tadi berdiam diri disana, lantas saja langsung berdehem untuk memberi kode bahwa disini juga aada kehadirannya.

"Ah, dia siapa? Ayah seperti taka sing dengan wajahnya." Ujar Tuan Jeon.

"Paman lupa denganku? Astaga..memangnya berapa lama aku meninggalkan Korea sampai aku dilupakan seperti ini." Gerutu Seungyoun yang masih tidak menyangka jika ia dilupakan oleh paman kesayangannya ini. Ya, Seungyoun dan Tuan Jeon memang sangat dekat. Sebelum Seungyoun dipindah tugaskan ke Jepang, ia sering sekali mengunjungi Jaeheon dan juga ayahnya. Sifat Seungyoun yang ceria dan humoris itulah yang membuat ia menjadi dekat dengan Tuan Jeon.

"Ayah benar lupa dengannya? Bahkan kalian sangat dekat dulunya."

Tuan Jeon terus menatap Seungyoun dengan lekat. Ia terus mencoba mengingat. Sampai pada akhirnya Seungyoun yang semakin sebal itu, memberikan senyuman ciri khasnya. Seketika Tuan Jeon tersentak. Ia ingat siapa yang berada didepannya ini. Senyuman itu hanya Seungyoun yang memilikinya. Senyuman yang dapat menular ketika siapa pun yang melihatnya.

"Cho Seungyoun! Maaf aku melupakanmu." Ujar Tuan Jeon seraya memeluk laki laki itu.

"Tidak masalah paman, aku memakluminya mungkin karena faktor usiamu yang bertambah dan juga bisa jadi karena aku yang semakin tampan sehingga kau sedikit pangling denganku." Kata Seungyoun dengan percaya dirinya dan taidak lupa menampilkan senyuman khasnya.

Jaeheon dan Junghyun hanya menggeleng melihat tingkah Seungyoun.

"Kau masih sama seperti dulu Seungyoun-ah. Kau selalu ceria dan juga mampu membangkitkan moodku." Ujar Tuan Jeon seraya terkekeh.

"Sepertinya kita harus segera kembali ke kantor. Bukannya kemarin kau mengatakan bahwa ada hal yang penting, Paman?" sela Junghyun.

"Ah iya, kalau begitu ayi kita bicarakan di kantor. Tapi sebelum itu, tolong hubungi Jaewoon dan Dongbin terlebih dahulu." Ucap Tuan Jeon.

"Paman, jadi kau dan Dongbin sudah saling bertemu?" tanya Seungyoun.

"Ya begitulah, hanay saja kami masih sebatas partner." Jawab Tuan Jeon. Seungyoun hanya menganggukkan kepalanya. Sejujurnya ia masih penasaran dengan apa yang sudah terjadi selama ia berada di Jepang. Tapi ia tahan untuk sementara, mungkin ia akan meminta Junghyun atau Jaeheon yang menjelaskan kepadanya nanti.

Kelima laki laki itu beranjak meninggalkan bandara dan segera menuju ke kantor menggunakan mobil. Selama perjalanan tidak hentinya Seungyoun berceloteh ria. Meskipun begitu, mereka tidak merasa risih atau terganggu dengan keberisikan yang Seungyoun ciptakan. Mereka menyukai kehadiran Seungyoun yang ceria.

~

~

Suasana ramai dikantin sekolah tidak biasanya membuat Dongbin merasa risih. Entah itu para perempuan yang memandanginya dan membicarakannya atau semacamnya. Namun kali ini, entah kenapa ia merasa risih. Bukan karena ia menjadi bahan pembicaraan, tapi karena sekumpulan laki laki yang duduk dimeja yang tak jauh dari mejanya dan Junghwa.

LOVE : lies and revengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang