Waktu berlalu, hari ini Junghwa harus kembali sekolah. Sebenarnya ia sangat malas untuk pergi sekolah. Semenjak hubungannya dengan Dongbin menjadi dingin, ia menjadi lebih banyak malas untuk menginjakkkan kakinya disekolah. Junghwa tak menyangka sebesar itu efek yang ditimbulkan oleh Han Dongbin ketika ia sedang marah.
Junghwa melangkah menuju meja makan dengan lesu. Menduduki kursinya dan menatap sarapannya dengan malas. Bisakah untuk hari ini dia dirumah saja?
"Hei, kenapa kau tidak memakan sarapanmu?" tanya Jaewoon yang keheranan melihat adiknya yang terlihat seperti tidak memilki semnagat hidup.
Jungha menghela nafasnyaa kasar "Oppa, bolehkah untuk hari ini aku ingin dirumah saja? Aku tidak mau sekolah."
Sebelah alis Jaewoon tertarik keatas. Ada apa dengan adiknya ini? Tumben sekali Junghwa tidak seceria biasanya.
"Apa alasanmu sampai kau tidak ingin sekolah?"
Junghwa hanya diam. Tidak mungkin ia memberitahu alasan yang sebenarnya kepada Jaewoon. Ia terdiam, memikir alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Jaewoon.
"Sedang mencoba mencari alasan, hm?" Jaewoon menatap Junghwa seraya menarik kedua sudut bibirnya, sungguh ia sangat gemas dengan adiknya yang satu ini. Ekspresi bingungnya membuat Jaewoon merasa gemas.
"Jangan membuat alasan yang aneh aneh. Kau harus tetap pergi ke sekolah. Cepat habiskan sarapanmu, lalu kuantarkan ke sekolah." Titah Jaewoon.
Junghwa hanya menuruti perkataan Jaewoon. Ia tidak mau membuat Jaewoon marah. Dengan malas ia menghabiskan sarapannya dan berangkat menuju ke sekolah. Hari ini ia sungguh mengharapkan jika Dongbin tidak hadir untuk satu hari saja.
~~~
Benar saja. Dongbin tidak masuk sekolah hari ini. Seperti biasanya, tanpa kabar. Junghwa sedikit merasa lega, tapi juga merasa kesepian disisi lain. Jam istirahat sudah tiba, Junghwa tidak beranjak dari tempat duduknya sedikit pun. Ia ingin ke kantin, hanya saja ia tidak ingin ke kantin sendirian. Cacing diperutnya sudah memberontak. Salahkan saja dirinya tadi pagi hanya memakan sarapannya dengan malas, bahkan ia tidak menghabiskan sarapannya.
"Junghwa!!" panggil seseorang. Junghwa yang baru saja meletakkan kepalanya diatas meja, langsung mendongakkan kepalanya.
"Oh, Dabin. Ada apa kau datang ke kelasku?" tanya Junghwa.
"Ingin mengajakmu dan Dongbin ke kantin, Nami sudah menunggu disana. Dongbin dimana?"
"Tidak masuk." Jawab Junghwa.
"Tanpa kabar?" junghwa hanya menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan Dabin.
"Aish, anak itu selalu saja. Yasudah kalau begitu, kau mau ikut ke kantin atau tidak?" tanya Dabin.
Junghwa lagi lagi membalas dengan menganggukkan kepalanya dan berjalan beriringan bersama Dabin menuju ke kantin.
###
Choi Youngmin, laki laki itu tengah memikirkan cara untuk menjatuhkan Dongbin. Sungguh ia tidak dapat lagi menahan dirinya untuk membunuh bocah ingusan itu. Anak itu sungguh licin dan penuh kejutan. Cukup sulit untuk membuatnya tunduk. Ditambah lagi anaknya, Choi Bomin berpihak pada Dongbin. Entah bagaimana bisa anaknya itu bergabung dengan Dongbin.
"Baiklah, jika dia tidak bisa diajak kerja sama secara baik baik, akan ku mulai permainanku." Ucapnya.
Tangannya merogoh saku jasnya untuk mencari ponselnya dan menghubungi seseorang. Pada dering pertama dan kedua masih belum terdengar jawaban. Dering ketiga...
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE : lies and revenge
Mystery / ThrillerDunia kejam? Ya, bahkan sangat kejam. Dunia ini seperti panggung sandiwara. Dimana pun, kapan pun, kemana pun kita pergi, pasti ada sandiwara yang akan disuguhkan didepan mata. Sandiwara yang sangat kejam. Bahkan lebih kejam daripada takdir. Takdir...