Three

10 3 0
                                    

Sebuah mobil mewah melaju membelah jalanan seoul. Mobil mewah seharga 3,4 juta US$ tersebut melaju dengan kecepatan cukup tinggi dengan beberapa mobil hitam yang mengikuti dibelakang mobil tersebut. Hingga akhirnya mobil tersebut memasuki sebuah gedung yang sangat tinggi. JG Company, nama gedung tersebut.

Kaki jenjang yang dibalut dengan celana bahan berwarna hitam dan sepatu pantofel hitam itu mulai menginjak lantai beton itu dan kemudian tubuh tegap berlapis setelah jas berwarna senada dengan celana dan juga kemeja hitam dengan dua kancing teratas yang dibiarkan terbuka keluar dari mobil tersebut. Beberapa orang dengan penampilan serba hitam keluar dari mobil yang ada dibelakangnya. Mereka langsung mengikuti sosok tersebut saat dia berjalan memasuki gedung mewah tersebut.

“ Apa dia sudah datang?” Tanyanya kepada seorang laki laki yang sudah menunggu kehadirannya sedari tadi.
“ Ya, dia sudah menunggumu sejak satu jam yang lalu.” Jawabnya sambil mengikuti langkah sosok tersebut. Kim Junghyun sahabat sekaligus tangan kanan dari Jeon Jaeheon, CEO JG Company.
Jaeheon langsung memasuki ruangannya dengan diikuti oleh Junghyun. Orang orang yang mengikutinya tadi sudah berjaga didepan ruangannya. Saat Jaeheon memasuki ruangan, terlihat sosok laki laki yang berusia setengah abad lebih namun masih terlihat muda sudah menunggu kehadirannya sedari tadi. Jeon Dae Hee. Ayah dari Jeon Jaeheon.

“ Maaf membuat ayah lama menunggu.” Ujarnya sambil berjalan mendekati ayahnya yang sedang duduk dikursi kebesaran CEO. Jaeheon tidak akan memarahi ayahnya yang duduk dikursi kebesaran itu. Karena pada awalnya itu memang posisi ayahnya.
“ Tidak masalah. Ayah tau kau baru saja sampai di Korea. Jadi bagaimana urusan yang di Jepang?” Tanya ayahnya.
“ Semua berjalan lancar. Hanya saja ada beberapa orang suruhan yang ingin menghancurkan markas dibagian diselatan. Tapi itu tidak akan pernah berhasil selagi aku sudah bertindak.” Jawabnya sambil mendudukan diri dikursi yang ada didepan ayahnya.
“ Kau memang cekatan dan tak pernah gegabah. Tapi jangan sampai kau bermain dengan cara yang kejam. Kecuali mereka sudah keterlaluan.” Sahut ayahnya. Kemudian ayahnya mengambil sebuah foto yang ada dimeja tersebut. Foto tersebut tidak pernah berubah posisinya semenjak ayahnya masih menjadi CEO di perusahaan ini dan sampai sekarang ia yang menggantikan posisi tersebut.Tuan Jeon memandang foto tersebut sambil mengelusnya dan membuat airmatanya jatuh.

“ Sudah hampir 15 tahun. Apa dia baik baik saja?” Tanya Tuan Jeon dengan lirih. Jaeheon yang meihatnya merasa tidak tega. Ia tau ayahnya pasti sangat merindukannya. Sama ia juga merindukannya. Ibunya bahkan meninggal karena sangat merasa kehilangan.
“ Semenjak Donghee dan istrinya meninggal karena peristiwa itu aku tak pernah tau keberadaannya. Bagaimana keadaannya sekarang? Apa dia menjadi laki laki yang sama sepertimu atau sama sepertiku? Aku merindukannya.” Ujarnya dengan suara yang semakin parau.
“ Dia mewarisi aku dan ayah. Dia tumbuh menjadi laki laki yang sangat dikagumi oleh perempuan diluar sana. Dia laki laki yang berani dan penuh pertimbangan. Dan jangan lupakan dia juga tampan.” Ujar Jaeheon dan membuat Tuan Jeon menoleh dengan wajah herannya. Bagaimana bisa anak sulungnya bisa tau sedetail itu. Seakan paham dengan ekspresi sang ayah, Jaeheon hanya memberikan senyuman kepada ayahnya itu.

“ Aku selalu memantaunya yah. Aku baru mengetahui keberadaannya sekitar 2 minggu yang lalu. Itupun secara tidak sengaja. Ia menjadi pimpinan gangster. Kemarin dia menyerang gudang penyimpanan senjata kita. Dan pada saat itu kebetulan aku sedang pergi ke gudang. Aku tidak sengaja bertemu dengannya dan pada saat aku melihatnya aku langsung mengenalinya. Ayah tau kan baik aku atau dia mewarisi mata monolid ayah. Dan juga tanda lahir dibawah mata sebalah kanannya. Meskipun kecil tapi aku bisa melihatnya. Semenjak kejadian itu aku mencari tau tentangnya untuk memperkuat kalau benar itu dia. Dan ternyata benar.” Ujar Jaeheon yang berhasil membuat seulas senyum dibibir ayahnya.
“ Kenapa kau baru bilang sekarang? Kau tahu hanya mendengar kabarnya saja ayah merasa sangat senang. Setidaknya dia baik baik saja. Apa kau bisa membuatnya bergabung dengan kita? Setidaknya itu yang bisa ayah lakukan agar ayah bisa memantaunya terus meskipun kita belum bisa mengatakan yang sebenarnya karena posisinya masih sangat terancam sekarang. Paling tidak ayah bisa melindunginya.”
“ Aku rasa agak sulit membawanya bergabung dengan kita. Seperti yang aku bilang tadi dia penuh pertimbangan. Dan tidak mudah tunduk pada siapapun. Lagipula dia lebih memilih bergerak dengan komplotannya sendiri. Meskipun begitu permainannya seperti mafia kelas atas. Sangat bersih. Tapi kalau ayah ingin melihatnya aku bisa membawa ayah kepadanya.” Ujar Jaeheon.
Tuan Jeon tersenyum dengan hangat dan penuh arti. “ Bawa aku bertemu dengannya.”

LOVE : lies and revengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang