Ten

5 2 0
                                    

Jaewoon yang baru saja sampai dikantor, kebetulan ia berpapasan dengan Choi Youngmin. Ia sering melihat kehadirannya namun ia tak pernah tau tentangnya. Choi Youngmin berhenti tepat didepannya. Tentu saja Choi Youngmin tau siapa yang berada didepannya ini, orang kepercayaan dari orang yag ia habisi barusan. Namun ada yang janggal, Jaewoon terlihat seperti mirip dengan seseorang, begitu pikir Choi Youngmin.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya Jaewoon dengan ramah. Pasalnya pria didepannya ini terus saja menatapnya.

Tanpa menghiraukan pertanyaan Jaewoon, Youngmin melenggang pergi meninggalkan perusahaan tersebut. Sementara Jaewoon hanya kebingungan. Netranya terus saja menatap pria yang baru saja berhadapan denganya, sampai mobil yang ia naiki menghilang dari pekarangan perusahaan.

Bersikap masa bodoh, Jaewoon melangkahkan kakinya untuk menuju ruangan Tuan Lee. Pria paruh baya yang ramah tersebut tidak mengangkat semua panggilannya. Baru saja ia memasuki ruangan tersebut, yang ia dapati adalah kondisi ruangan ang sepi. Biasanya memang sepi, hanya saja ia akan selalu melihat Tuan Lee duduk dkursi kekuasaanya itu.

Langkah kakinya terhenti ketika melihat Tuan Lee yang sudah tergeletak dilantai dengan darah yang mengucur melalui kepalanya. Secepat kilat Jaewoon menghampiri Tuan Lee.

"Bekas tembakan? Siapa yang melakukannya?" pandangan mengedar ke seluruh penjuru ruangan. Mencoba untuk mencari bukti bahwa Tuan Lee tewas tertembak karena Penembak runduk. Namun ia tidak menemukan apapun. Tidak ada pecahan kaca diruangan tersebut.

Pandangan kembali tertuju kepada jasad Tuan Lee. Ia merasa kasihan sekaligus sedih. Pria yang selalu bersikap ramah ini harus mati dengan mengenaskan. Pandangannya kemudian tertuju kepada ponsel yang berada digenggaman Tuan Lee. Ponsel itu menyala. Saat ia mengambil ponsel tersebut ternyata perekam suaranya sedang aktif.

Ia langsung berlari keluar ruangan tersebut dengan membawa ponsel Tuan Lee. Sebelum ia pergi, ia meminta para penjaga untuk mengurus jasad Tuan Lee. Ia langsung memasuki mobilnya dan berlalu meninggalkan gedung itu. Ponselnya berbunyi karena ada panggilan masuk. Tertera nama 'Tuan Jeon' tanpa basa basi ia langsung mengangkatnya.

"Yeoboseyo, Tuan Jeon."

"Jaewoon-ah, apa kau bersama Dongbin? Dia tidak mengangkat panggilan dariku."

"Mungkin Dongbin masih tidur. Kau berada dimana?" tanya Jaewoon. Dalam pikirannya saat ini mungkin ia akan meminta bantuan untuk menyelidiki kematian Tuan Lee.

"Aku sedang berada dikantor. Tadinya aku ingin meminta tolong pada Dongbin untuk mengurus beberapa hal karena Jaeheon sedang berada di Jepang, tapi ia tak mengangkat panggilan dariku."

"Aku akan segera kesana. Aku akan menguhubungi adikku untuk membangunkan Dongbin."

"Ada apa? Kenapa kau seperti sedang tergesa gesa?"

"Akan kuberitahu saat dikantormu nanti. Sudah ku tutup dulu telponnya."

"Hm, kau berhati hatilah."

Jaewoon memutus panggilan secara sepihak. Sejujurnya ia sedang kalang kabut saat ini. Kematian Tuan Lee yang mendadak ini membuatnya berpikiran bahwa ini mungkin ada kaitannya dengan suatu hal yang sangat penting. Ia sangat mengenal Tuan Lee, pris itu ramah kepada siapapun, dia tidak pernah bermain dengan cara kejam. Setaunya ia tidak memiliki musuh dan hidupnya selalu diawasi oleh orang orang yang tidak dikenal. Apa mereka yang membunuhnya? Pikiran Jaewoon berkecamuk saat ini.

Semenjak pertemuannya dengan Tuan Takada, Jaeheon menjadi banyak diam. Banyak yang ia pikirkan. Bagaimana caranya agar ayahnya itu memberitahu yang sebenarnya kepada Dongbin, tanpa ayahnya akan dibenci oleh Dongbin. Jika ia tidak memikirkan ayahnya, dia akan memberitahukannya dengan segera.

LOVE : lies and revengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang