Two

11 4 0
                                    

Suasana sekolah Senior High School sangat tenang sebelum kehadiran Han Dongbin. Mobil dengan warna abu metalik tersebut memasuki pekarangan sekolah. Suasana koridor riuh seketika saat Dongbin keluar dari mobil kebanggannya itu. Suara teriakan para gadis mendominasi seisi sekolah. Jangan heran. Itu karena kehadiran Seorang Han Dongbin. Banyak dari mereka yang tidak mengetahui dibalik wajah bak malaikat itu tersimpan begitu banyak dendam pada dirinya. Tatapan tajam yang seakan tak pernah bersahabat dengan siapapun. Kedua alis yang tertekuk menggambarkan betapa banyak beban pikiran seorang Han Dongbin. Namun tidak ada yang menyadarinya, yang mereka tau hanya, Dongbin tampan dan keren. Hanya itu.

Dongbin memasuki kelasnya dan duduk ditempat favoritnya, di kursi paling belakang yang menghadap ke arah jendela. Ia hanya mengalihkan keluar jendela tanpa sedikitpun peduli dengan keadaan kelasnya yang berisik karena kedatangan seorang murid baru. Ia baru mengalihkan pemandangannya ketika merasakan bangku disebelah bergerak dan diduduki oleh seseorang. Ia cukup kaget melihat siapa yang berada disampingnya. Hanya saja ia pandai menyembunyikan keterkejutannya itu. Son Junghwa. Gadis yang ia tolong kemarin. Berada disampingnya dengan menampilkan senyum sumringah ketika mengetahui ia sekelas dengan Dongbin.

“ Kau yang menolongku kemarin bukan?” Tanya Junghwa. Dongbin hanya merespon dengan anggukan kecil. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Junghwa kesal tapi ia menahannya. Apakah dia bisu? Atau dia tidak bisa mengucapkan ‘Iya’? Dingin sekali orang ini pikirnya.
“ Apa lukamu sudah dibersihkan?” Tanya Junghwa sekali lagi dengan harapan mendapat respon dari Dongbin. Tapi Junghwa terlalu banyak berharap dari seorang Dongbin. Jangan kan mengangguk, yang ia dapatkan malah tatapan tajam dari seorang Han Dongbin. Tapi pertanyaannya terjawab ketika ia melihat wajah Dongbin. Luka memar kemarin sudah diobati.

Setelah itu Junghwa hanya diam. Dia hanya ingin berteman dengan Dongbin. Tapi sepertinya itu mustahil. Bahkan namanya saja Junghwa belum tau. Mungkin ia harus cari tau sendiri tanpa harus bertanya langsung dengan Dongbin. Ia cukup ngeri ditatap tajam oleh Dongbin. Ia menarik nafasnya dan mengumpulkan keberanian untuk kembali berbicara dengan Dongbin. Tanpa ia sadari sebenarnya Dongbin memperhatikan gerak gerik Junghwa yang kelihatan seperti ingin bertanya suatu hal kepadanya.

Junghwa menolehkan pandangannya ke bangku sebelahnya. Ia terkejut kala Dongbin sedang menatapnya. Jujur, Junghwa jadi salah tingkah dibuatnya. Ia langsung mengurungkan niatnya untuk berbicara dengan Dongbin. Lagi.

“ Katakan.” Titah Dongbin. Tenang namun tetap saja terdengar dingin.
“ Emm…itu..aku…” Ayolah kenapa Junghwa sulit sekali rasanya untuk menanyakan siapa namanya. Tambah lagi Dongbin terus menatapnya sambil menaikkan alisnya sebelah.
“ Itu..aku boleh..pinjam catatan punyamu? Aku mau mencatat materi yang tertinggal.” Junghwa terlalu takut untuk sekedar menanyakan namanya. Tapi dia sangat penasaran!

Dongbin mengambil bukunya yang berada dibawah meja dan memberikannya kepada Junghwa. Dalam hati, Dongbin terkekeh geli melihat ekspresi gadis yang menjadi teman sebangkunya itu. Apa dia semenakutkan itu, sampai untuk berbicara saja dia ragu. Berbeda dari gadis lainnya, jika gadis lainnya akan menurun kan harga dirinya hanya untuk menyatakan perasaannya kepada Dongbin, atau ingin meminta kontak Dongbin. Junghwa sangat berbeda dimatanya. Hanya dia gadis yang ketakutan saat melihat Dongbin dibanding gadis lain yang akan memuji Dongbin layaknya seorang dewa.

Junghwa sudah selesai mencatat semua materi yang tertinggal. Sekarang ia ingin mengisi perutnya yang sudah berbunyi sedari tadi. Ia ingin ke kantin sekolah, tapi ia tidak tau dimana letaknya. Ia belum memiliki teman baru yang bisa ia ajak ke kantin. Teriakan seseorang dari luar kelas mengalihkan pikirannya.

“ Han Dongbin!” panggil seseorang itu. Junghwa sempat berpikir siapa yang anak itu panggil. Ia melihat ke sekeliling kelas hanya ada dia dan laki laki disebelahnya ini. Jadi namanya Han Dongbin? Hilang sudah semua rasa penasaran Junghwa.
“ Dongbin ayo kita ke kantin. Wahh.. Dongbin siapa gadis cantik ini? Kau barusan dapat jackpot ya?” Ujar laki laki tersebut.
“ Aish! Dasar kau ini. Tidak bisa melihat yang bening.” Ujar seorang perempuan yang datang bersama dengan laki laki yang Junghwa pikir sebagai temannya Dongbin.
“ Apa kau anak baru? Aku baru pertama kali melihatmu.” Tanya perempuan itu. Junghwa menjawab pertanyaan  perempuan itu dengan senyuman dan anggukan. Junghwa masih canggung untuk berkomunikasi dengan mereka. Dan juga dia pemalu.
“ Kau pemalu ya? Ah~ sangat menggemaskan sekali.” Ujar teman Dongbin yang satunya.
“ Namaku Heo Nami dan laki laki yang berisik itu Kang Dabin. Kami teman dari si kulkas ini.” Ujar perempuan yang bernama Nami itu.
“ Namaku Junghwa. Son Junghwa. Aku pindahan dari London.” Balas Junghwa.
“ Sudah acara kenalannya? Kalau begitu ayo kita ke kantin aku sudah sangat lapar.” Sahut Dabin.
Dongbin berdiri dari kursinya hendak berlalu ke kantin. Tapi ia menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Junghwa.
“ Ikut?” Tanya Dongbin. Junghwa tersentak mendengar ajakan Dongbin. Ia melihat kearah Dongbin dan melihat tatapan Dongbin yang tidak ada kesan dingin atau mengintimidasi. Ia tertegun seketika. Kemudian ia menggangguk sebagai jawaban.

LOVE : lies and revengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang