1. One of pain

479 134 369
                                    

Dari kejauhan, Arsyana diam menatap tajam ke arah dua orang manusia berbeda jenis itu sedang tertawa renyah, pemandangan yang sangat indah.

Saking indahnya, sampai Arsyana ingin mencakar wajah berseri yang sedang tersenyum itu. Terdengar menakutkan, memang kenyataannya iya.


Sudah seminggu lamanya, ketika Alvaro pacarnya itu dekat dengan si murid baru bernama Bethany yang notabenya teman satu kelas Alvaro yang dekat karena kerja kelompok. Menyebalkan rasanya, hanya karena kerja kelompok timbul sebuah perasaan lain.

Mereka sangat dekat, sampai banyak orang bertanya kepada Arsyana, apa mereka sudah putus? Karena biasanya mereka suka menempel tidak seperti sekarang. Tempat duduk pun berpisah.

Arsyana mengaduk ngaduk, siomay yang ada di depan nya. Hanya mengaduk tanpa memakan makanan itu, nafsu makannya hilang sekejap karena pemandangan itu.

“Sya, siomay nya jangan di aduk aduk mulu. Nanti nggak enak.” Naomi sahabat baik Arsyana menegur Arsyana yang sedari tadi hanya diam. Tidak banyak bicara.

Arsyana menoleh, “Iya, gue makan kok,” sahut Arsyana sembari memasukan makanannya ke dalam mulutnya.

Naomi, kembali menyantap makanannya dengan tenang meskipun sebenarnya ia tidak tenang melihat sahabat baiknya sering sedih tidak seperti biasanya.

“Sya, mending lo bilang deh, sama Alvaro kalau lo itu gak suka Alvaro terlalu dekat sama Bethany,” saran Naomi.

“Udah, tapi kata Alvaro gue itu cuman cemburu buta. Katanya, gue terlalu posesif dia malah marah pas gue jujur,” jawab Arsyana dengan lesu.

Naomi menghela nafas dengan jengah. “Kenapa lo gak putusin aja sih Sya?” Naomi menyimpan sendok di mangkuk itu, lalu menatap Asryana lekat.

“Gak bisa Nomi,” desis Arsyana.

“Kenapa? Karena kalian udah berhubungan selama ini, takut gak bisa move on?”

“Bukan gitu, Nom. Lo tau kan, kalau gue itu sayang dan cinta banget sama Alvaro?”

Naomi diam, tidak menjawab. Tanpa ia jawab Arsyana sudah tau kalau Naomi tau jawabannya.

“Yaudah, deh semerdeka lo aja.”

Akhirnya, Naomi mengalah. Ia kembali menyantap makanannya. Susah, memberi saran kepada Arsyana yang sangat keras kepala.

Arsyana kembali menatap meja, yang di duduki Alvaro. Mereka tidak saling tertawa lagi, mereka sedang bertatap mata. Apa mungkin ini yang di sebut eye contact?

Arsyana meremas kuat sendok yang sedang ia pegang, hatinya mencelos. Dada nya terasa sesak, pasokan udara mulai menipis. Arsyana memalingkan wajahnya tidak kuat harus melihat pemandangan itu lagi, hati nya sangat sakit.

“Gue gak mau lo sedih, karena cowok Sya.”

Arsyana mengangguk. “Sedih karena hal lain, boleh?”

Naomi berdecak sebal. “Gak gitu juga, keleus!”

Arsyana tertawa pelan. Melihat raut wajah kesal Naomi, hanya Naomi yang mengerti perasaan nya, saat ini.

“Bethany cantik ya, Alvaro aja keliatan nya nyaman deket Bethany.”

Naomi menoleh, “Gak, dia cuman punya body bagus.”

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang