7. About Rain

200 85 214
                                    

"Dimana pun, aku memaksa bibir untuk tersenyum, tetapi... jauh dalam hatiku aku menangis tanpa henti."

Hope you guys, enjoy! ❤

(Revisi)

🌈


Yang hujan nya langit, tapi yang basah pipi. Entah apa yang Arsyana lakukan, sampai sudah selarut ini, hanya di pakai untuk menangis. Tidak peduli, kedinginan, tidak peduli baju seragam nya yang sudah basah kuyup, memang terkadang manusia melakukan hal bodoh saat patah hati.

Suara isak tangis, terdengar samar karena deras nya guyuran hujan. Rasanya sungguh menyesakan sampai sulit bernafas. Arsyana tidak tahu lagi, harus melampiaskan kesedihan nya pada apa. Fikiran nya penuh dengan rasa kecewa nya pada Alvaro.

"Kenapa, gak bilang sejak awal... kalau tahu sesakit ini, kenapa dulu kita harus saling kenal, Al... Hikss...."

Semua, sudah terlanjur. Sebenarnya, siapa yang penghancur hubungan? Bethany, atau Arsyana?

Tapi, akhirnya kebenaran terungkap. Jadi, ada alasan kuat untuk Arsyana mengakhiri hubungan nya dengan Alvaro. Tidak ada yang harus di pertahankan, Alvaro sudah terikat dengan jodoh nya sejak kecil.

Rintik, hujan perlahan mulai mereda. Arsyana menyeka, air matanya, dengan telapak tangan, setelah itu ia melihat arjoli yang melingkar di pergelangan tangan nya, yang menunjukan pukul setengah tujuh malam. Belum terlalu malam, tapi tetap saja orang rumah pasti khawatir.

Tin!

Suara klakson mobil, membuat pandangan Arsyana beralih. Ia melihat taksi, yang berhenti tepat di depan mobil nya. Arsyana tidak bereaksi apa-apa, yang ia lakukan hanya terdiam, menatap sayu ke arah taxi yang memancarkan lampu.

Pintu, terbuka.

Arsyana terperangah melihat siapa yang keluar dari mobil, dan tidak pernah ia duga, kalau ia harus bertemu dengan orang itu, dalam keaadaan menyedihkan seperti ini.

"Zelvin," gumam Arsyana. Dengan langkah, cepat Zelvin menghampiri Arsyana.

"Sya! Lo ngapain?!" tegur Zelvin, ia benar-benar syok melihat penampilan Arsyana saat ini. Raut wajah nya terlihat sangat cemas.

Arsyana tidak menjawab, lidah nya terasa kelu. Zelvin, sangat terlihat berbeda, lebih terlihat lebih kalem dengan hoodie berwarna hitam melekat di tubuhnya.

"Sya, lo hujan-hujan, 'an atau kehujanan?" tanya Zelvin, "Kenapa belum pulang? ini udah malem, kenapa gak pulang? Gimana kalau orang yang ada di rumah lo khawatir?" pertanyaan itu sukses membuat hati Arsyana menghangat, merasa kalau di dunia ini, bukan hanya Alvaro saja yang bisa memberi perhatian lebih, selain ayah nya.

Arsyana menggeleng, sambil mencebikan bibirnya, mata nya kembali berkaca-kaca, entahlah Arsyana merasa seperti anak kecil yang kalau ditanya kenapa, justru malah semakin membuat nya ingin menangis. True?

"Sya, lo kenapa? Ada masalah?" tanya Zelvin, kebingungan melihat mata Arsyana yang sembab, hidung memerah, dan pipi nya yang chubby itu basah.

Arsyana terdiam, "Hiks, Zelvin... " kata Arsyana lirih, suara isakan kecil mulai terdengar.

"Loh, Sya, kenapa nangis?" tanya Zelvin, lembut. Ia memegang kedua bahu Arsyana, menatap lekat pada Arsyana yang sesegukan menangis. Zelvin mengaitkan rambut Arsyana ke belakang telinga, karena menghalangi wajah Arsyana.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang