"Iya, Bun. Jumat besok aku ke sana sama Kak Doy."
"Kalian nginep beberapa hari ya? Bunda kangen banget," suara bunda di seberang sana melemah.
Gue dan Kak Doy saling ngeliat. Telfonnya gue loud speaker, jadi Kak Doy pasti denger permintaan bunda tadi. Setelah ngehela nafas, gue mengangguk ke arah Kak Doy.
"Iya, Bunda."
"Bunda tunggu ya, Sayang? Hati-hati."
Setelah mengucapkan itu, bunda mematikan sambungan telfon dan Kak Doy langsung menghela nafas lega. "Makasih."
"Gue selama ini terlalu egois, menganggap cuma gue satu-satunya orang yang sedih dan nggak peduliin fakta kalo Bunda lebih sedih terutama sejak kita nggak tinggal bareng lagi," balas gue, "Lagian itu juga rumah kita."
Kak Doy ngangguk. "Gue cuma mau lo selalu inget kalo lo nggak pernah sendiri, oke?"
"Iyaaa, Kakakku Tersayang."
Jadi, kira-kira jadwal gue minggu ini adalah Senin sampai Kamis gue kuliah full terus Jumat gue ketemuan sama Hera untuk pemotretan. Setelah urusan sama Hera selesai, gue dan Kak Doy akan pulang ke rumah lama kita. Kira-kira Minggu kita bakal balik ke apart.
Oiya, gue mengiyakan tawaran Hera walaupun Mark nggak ngebolehin. Gue pikir apa hak dia buat ngelarang gue melakukan hal yang gue suka? Kak Doy, Somi, sama Jeno aja ngedukung. Jeno baru jadi orang pertama yang gue ceritain soal gue dan Mark yang berbeda pendapat, lalu respon yang gue dapet adalah dia nyuruh gue untuk nggak dengerin Mark.
Dari dulu, gue selalu nurutin apapun yang dia bilang. Dulu gue juga pernah dapet tawaran syuting iklan, tapi Mark nggak ngizinin dan dengan begonya gue nurut. Gue nyesel karena iklan itu jadi terkenal banget sekarang.
Dan sekarang yang perlu gue lakukan hanyalah ngerahasiain ini semua dengan sempurna dari Mark. Gue cuma pengen bebas kok, itu aja.
"Janjian dimana?" tanya Somi yang sekarang lagi nemenin gue di kantin kampus nungguin Hera. Jumat ini cuma Somi yang ada kelas, gue nggak.
"Katanya dia mau nyamperin ke sini terus kita langsung caw ke rumah sepupunya," jawab gue sambil asik scroll timeline ig.
"Terus dijemput Mark pulangnya?"
Gue menggeleng. "Mark nggak ngizinin, Som. Kita sempet ribut gara-gara ini. Akhirnya gue bilang sama dia gue nggak bakal iyain Hera biar nggak lanjut ributnya. Makanya sekarang gue bilang sama dia gue ada kerkel sama Hera terus pulangnya ke rumah Bunda bareng Kak Doy."
Somi menatap gue kaget lalu dua detik kemudian dia memijat pelipisnya.
"Jadi lo diem-diem? Cowo lo tuh ya, daridulu kayaknya nggak pernah ngeiyain deh. Ada masalah apa sih dia? Gue curiga dia iri sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
mark lee; toxic ✔️
Fanfiction[finished.] mark lee surely ain't good for her, but here she is staying. ©saurbae,2020