[This chapter is a bit cheesy.
Hope you will like it, happy reading!]Seoul, kota yang rencananya kita tinggali nanti. Bunda tentu ngasih waktu buat mikirin semuanya, terutama buat gue. Bunda tau kalo hubungan kita nggak terlalu baik dan pasti bakal sulit buat gue untuk tinggal bareng Bunda lagi dan ah— jangan lupa calon suami Bunda.
Kak Doy dan gue setuju bunda nikah lagi karena bunda pantes dicintai sama orang yang lebih baik dibanding ayah. Tapi, kita sama-sama agak keberatan soal kepindahan ke Seoul.
"Ini masih sore tau, nggak ada yang bagus buat diliat," ujar Kak Doy tiba-tiba dari belakang dan sekarang ngikutin gue— numpu tangan di balkon apart sambil ngeliatin gedung pencakar langit, rumah, dan jalanan yang masih padet di bawah.
"Kalo malem dingin," jawab gue singkat.
Seakan sadar kalo gue lagi nggak baik-baik aja, Kak Doy ngehela nafasnya. "Lo nggak harus setuju soal ikut pindah itu kalo nggak mau. Yang perlu lo lakuin cuma ngomong jujur sama Bunda. Gue yakin Bunda ngerti karena kebahagiaan lo itu prioritas utamanya."
Gue diem beberapa detik buat mencerna omongan Kak Doy. "Kalo kebahagiaan gue prioritas, kenapa Bunda nggak dengerin gue dan mutusin buat cerai waktu itu?"
"Kehidupan Bunda nggak selamanya tentang lo, tentang gue, bahkan tentang Ayah. Walaupun kebahagiaan lo dan gue prioritas utama dia, tapi kebahagiaan dia sendiri jelas sama pentingnya," jawab Kak Doy lembut, "Emang lo mau kita utuh berempat tapi semua kebahagiaan yang ada cuma pura-pura?"
Kak Doy itu bijak, gue selalu kehabisan kata-kata buat ngebales perkataan dia. Apalagi kalo dia udah mulai nasehatin gue tentang orang tua, skakmat.
"You need more time to heal. Gue ngerti dan itu nggak masalah karena lama waktu yang dibutuhin tiap orang buat pulih itu beda-beda. Lo cuma harus inget kalo nggak semuanya bisa berjalan sesuai sama keinginan lo dan nggak semua keinginan lo itu juga yang terbaik," Kak Doy narik bahu gue buat menghadap dia terus senyum lebar.
Ngeliat senyum Kak Doy, gue jadi senyum juga. Gimana, ya, senyum gigi dia tuh nular banget.
"Jangan lama-lama galauin ini, masih banyak yang harus lo galauin. Mark sama Jaehyun misalnya," kata Kak Doy usil dan langsung kabur sebelum gue berhasil nabok dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
mark lee; toxic ✔️
Fanfiction[finished.] mark lee surely ain't good for her, but here she is staying. ©saurbae,2020