Bosen ngomongin Jimin.
Gantian mau ngomongin Suga, si manis dari jurusan seni. Si gula putih yang berhasil bikin Jimin tergila-gila.
Punya pesona sekuat apa sampai manusia setampan Jimin bisa dengan gencar ngincer si manis tanpa pikir panjang?
Jimin tuh lumayan terkenal loh, jadi inceran mahasiswa juga. Maklumlah, anak band kan emang gampang ditaksir. Kenapa sukanya sama cowok yang bahkan gak banyak yang tahu?
Kalo mau liat body, Seulgi anak ekonomi body nya aduhai.
Kalo mau liat gantengnya, anak DKV juga cowoknya banyak gak kalah ganteng.
Mau liat cantik, beuh masih banyak yang lebih cantik semok aduhai depan belakang.
Lantas apa?
Iyap,
Senyum,
Gummy smile-nya,
Senyum nya terlampau manis sekali.
Diabet Jimin jadinya.
Sekali lalu pernah liat seorang Suga senyum tanpa sengaja, total jadi awal jatuh cinta.
Jarang senyum, tapi sekalinya senyum malah bikin ambyar nusantara. Bersyukur sekali Jimin pernah nikmatin senyum Suga. Masih mau mengelak kalo nggak jatuh pada pesona Suga?
Baik?
Jimin pernah liat kebaikan Suga yang nggak ada satu orangpun anak kampus yang tau.
Dua minggu sekali Suga ke panti, di desa yang kumuh agak jauh dari tempat tinggal dan kampus.
Suga seneng jadi volunteer di sana. Jimin pernah liat itu, yang bikin dia tambah kesengsem.
Kegitan Suga banyak btw. Lengah sedikit aja, Jimin bisa kehilangan Suga di kampus. Karna Suga tepat waktu. Dateng kuliah mepet, pulang paling cepet, terus ke perpus kalo perlu, mampir ke cafe kalo jenuh, dan kerja. Gitu terus.
Tinggal sendiri, bikin Suga harus hidup mandiri. Dunia keras bro! Kalo mau ngandelin orang lain, mending mundur aja hidup di dunia.
Apapun Suga lakuin, kayak kerjaan sekarang. Walaupun bisa dibilang, itu salah. Salah besar malah.
Tapi dari itu, Suga bisa hidup sampe sekarang. Karna dari itu, Suga masih bisa lanjut kuliah dan hidupin keluarganya.
Suga bukan dari keluarga yang 'waw' sampe bisa gonta-ganti kendaraan pas ke kampus kek Jimin. Bukan. Suga bukan dari kalangan itu. Dia terlampau sederhana. Apartemen yang 'lumayan' yang bisa dia tinggalin sekarang itu buah kerja kerasnya.
Emang ngapain aja? Ya gitu deh
Sedikit tentang Suga.
- 👬 👬 👬 -
Sore hari selepas kuliah yang lumayan bikin pening, Suga mampir cafe. Mungkin udah lama nggak ke sini, terakhir kali pas ketemu Jimin. Sudah lumayan lama btw.
Lagi pengen kopi item, tapi yang dingin. Katanya.
Masuk cafe, dateng ke kasir terus bayar. Setelah pesen, Suga duduk di kursi langganan di pojokan. Nikmat sekali.
Cuma duduk, menikmati hari-harinya yang sudah terlewat dengan sangat melelahkan. Jujur rasanya ingin berhenti, dia capek fisik dan batin.
Tapi gak bisa.
Dipandanginya pinggiran gelas yang mengembun, tiba-tiba buyar lamunannya kala ada telpon berdering.
Mengganggu sekali setelah dilihatnya siapa yang memanggil.
"Kenapa?"
"Gue butuh uang," suara di ujung telpon bicara dengan santainya.
"Minggu lalu baru ditransfer, boros banget!?" Suga berbicara dengan nada tidak enak.
"Kurang banyak. Gue butuh lagi,"
"Bangsat! Nggak tau malu! Buat apa?"
"Bayar utang,"
Enteng sekali,
"Lagi?"
"Nggak usah banyak bacot. Kirim aja,"
"Bajingan!" Suga hampir hilang kesabaran.
"Terserah sih, kalo lo mau liat nyokap lo sekarat ya terserah."
"Bangsat! Gue kirim, minggu depan."
"Lo tuli?! Gue butuh sekarang!"
"Ya sabar, setan!"
"Sekarang, Min! Apa perlu gue samperin ke apart lo, hah?!"
Suga memejamkan mata, lelah sekali. Sampai kapan penderitaannya berakhir?
"Berapa?"
"5 juta."
"Bajingan gila! Minggu depan. Kalo nggak mau, nggak gue transfer!"
Telpon ditutup Suga, dengan perasaan marah campur kesal yang ingin sekali dia luapkan. Bajingan!
"Bangsat! Kalo gini mati muda gue lama-lama!"
Diremasnya hape keluaran terbaru itu. Lalu Suga memejamkan mata, mencoba menetralkan emosi. Dia terlampau lelah dengan semuanya untuk hari ini.
Belum selesai dengan tugas kampus yang aneh-aneh, pikirannya harus dikuras untuk hal-hal yang sangat membuatnya benci itu.
Hanya di depan Jimin, Suga masih bisa menahan omongan kasarnya yang sering pengen meledak karna baca pesan dari sodaranya. Sungguh, cuma di depan Jimin, Suga seperti kehilangan jati dirinya. Dia jadi lebih halus, sedikit.
Lalu ketika membuka mata, netranya menangkap sosok yang sangat dihafal. Salah satu orang yang sebenarnya sedang ia hindari akhir-akhir ini. Terlampau sering pertemuannya, membuat Suga ingin sedikit mengurangi intensitas pertemuan. Namun sayang, malah bertemu di cafe.
"Suntuk banget, kenapa?" Tiba-tiba datang, lalu diseruputnya gelas milik Suga tanpa izin.
Yang punya gelas menggeleng, jawaban "nggak papa" keluar dari mulut manis tanpa senyum itu.
"Mau have fun?" Tanpa perlu tanya apa masalah Suga, lelaki itu langsung mengajak si manis.
Suga menatapnya ragu. Disatu sisi dia sedang mencoba menghindari cowok di depannya itu, tapi dia juga butuh hiburan untuk melepaskan semua beban hari ini.
"Gue balikin senyum lo, gimana?"
Suga ragu, tapi dia menerima.
Maka jawaban yang sekiranya menyetujui adalah pilihan yang tepat. "Hmm,"
"Apart gue?"
"Okey,"
Maka detik itu juga keduanya berlalu pergi. Menyisakkan kopi pekat dingin yang dibiarkan sendirian di atas meja.
Tanpa sadar, dari kejauhan ada seorang manusia yang liat mereka berdua dari belakang.
"Kayak kenal,"
- 👬 👬 👬 -
Vote n comment juseyo~
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SUGAR [ END - PDF for free ]
Fiksi PenggemarJimin suka Suga, si kating manis dari jurusan seni. Dingin, cuek, tapi manisnya teramat sangat. Hingga suatu hari, jantung Jimin dibuat nggak karuan hanya karna liat senyum Suga. Kemana aja dia ngikutin si manisnya. Tapi sialnya, Suga tau Jimin aja...