Lee Jeno menundukkan kepalanya dalam-dalam. Dia tidak tega melihat Haechan yang terbaring tidak berdaya di atas bangsal dengan kondisi kaki yang di gantung-kakinya cidera cukup parah. Punggung Haechan juga terluka. Mengharuskan cowok itu untuk melakukan rawat inap di rumah sakit ini.
Omong-omong, Haechan dalam keadaan tidak sadarkan diri sekarang.
Jeno datang ke rumah sakit bersama Baejin, sementara sisanya masih di asrama. Ah, atau lebih tepatnya mereka masih ada disana karena sedang di wawancara oleh pihak kepolisian sebab menjadi saksi. Babeh asrama pun ikut serta juga.
Jasad Jaemin juga sudah di evakuasi. Pemakaman akan dilaksanakan besok pagi.
"Pertama Guanlin, Hyunjin, Jeongin dan sekarang Haechan sama Jaemin. Beruntung Haechan masih selamat, kalo nggak?" Jeno mendesah frustasi. Dia tidak tahu harus melakukan apa.
Satu helaan nafas mengudara, Baejin mengacak rambutnya frustasi, "lo yakin, abis pemakaman Jaemin mau ngecek itu rumah?"
"Iya, tapi gue, lo sama si Soobin aja."
Mengernyit, "kenapa?"
"Gue gamau kalo disana ada apa-apa, kita semua jadi terluka semua."
Baejin menganggukkan kepalanya pertanda mengerti, "oke. Kita cek besok."
Jeno diam selama beberapa sekon, kepalanya sudah terangkat, menatap Baejin yang sedang memainkan jemarinya. "Ah.. maaf, gue rasa lo ga perlu ikut. Biar gue sama Soobin aja."
"Lah??" Baejin menoleh ke arah Jeno. Satu alisnya terangkat. "Ngapa gitu?"
"Lo kan ga terlibat. Gue gamau lo kena imbas. Udah cukup lo bantuin kita berteori soal dalang dari teror situs ini, gue gamau lo bernasib sama kaya kita semua, Jin."
"Terus lo mau gue diem aja ngeliat lo semua satu persatu mati?"
"Lo udah bantuin-"
"Bantuin apa? Ha? Gue udah bantu apa? Nyelametin Jeongin? Kaga, Jaemin? Kaga. Gue cuma ceritain isi pikiran gue soal situs itu doang, Jen. Ga lebih."
Rahang Jeno mengeras, dia mengambil nafas sedalam mungkin sebelum kembali menjawab ucapan Baejin, "terus lo mau bernasib sama kaya kita? Gue sama yang lain gatau bakal selamat atau ga."
"Justru itu! Gue ada disini buat bantu kalian! Apa gunanya gue di lingkaran pertemanan ini kalo gue bersikap ga perduli kaya biasanya, ha?"
Baejin bangkit, "gue gamau tau. Tanpa persetujuan lo ataupun ngga. Gue bakalan tetep ikut." Ucapnya dengan nada penekanan di setiap kata.
Baejin lalu beranjak pergi dari ruangan Haechan di rawat tanpa mengucapkan apa-apa lagi, meninggalkan Jeno yang menatap lurus ke arah depan.
Kini pandangan Jeno tertuju kepada Haechan yang terlihat tidur dengan tenang di atas bangsalnya.
Matanya mulai berkaca-kaca. Jeno tidak mau kehilangan teman lagi. Melihat Haechan dalam kondisi itu, Jeno jadi merasa bersalah karena tidak bisa menjaga teman-temannya dengan baik.
Jeno tidak akan pulang ke asrama sampai orang tua Haechan datang. Dia tidak ingin membiarkan Haechan sendirian disini.
Di sisa malam itu, Jeno hanya bisa termenung di atas sofa ruangan rawat Haechan.
Otaknya berfikir keras, mencoba mencari jalan keluar dari masalah ini.
Bagaimanapun caranya, mereka yang tersisa harus selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restricted site? ;; Ft. 00Line ✔
Фанфик[√] "katanya, kalo buka situs itu, orang yang bukanya bakalan mati."