WF #12

8.3K 931 159
                                    

Happy reading!

Hubungan Taehyung dan Yerin semakin membaik semenjak pagi itu. Taehyung juga sudah tidak segan menunjukkan perhatiannya pada Yerin, dan sifat angkuh Yerin perlahan melunak walau hanya pada Taehyung, karena Yerin masih tetap Jung Yerin yang orang-orang kenal sebagai wanita angkuh yang tak punya hati.

Yerin menatap bingung Taehyung yang masih meringkuk di bawah selimut padahal jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Apa pria itu tidak ingin ke kantor? Atau...

Yerin segera mendekat dan menyingkap selimut Taehyung dan memeriksa suhu tubuhnya.

Taehyung membuka sedikit matanya dan menatap Yerin dengan tatapan bertanya.

"Ku kira kau sakit lagi. Kau tidak ke kantor?" Tanya Yerin

Taehyung menggeleng dan menarik Yerin untuk dipeluknya.

"Aku bekerja di rumah saja."

Benarkah? Rasanya aneh, Taehyung si gila kerja memilih bermalas-malasan di rumah.

"Kau kenapa jadi malas? Kau tau kan istrimu ini sangat boros."

Taehyung mengangguk dan mengecup puncuk kepala Yerin. "Kau tenang saja, uangku masih sangat banyak."

Yerin manyun dan menjatuhkan sepenuhnya kepalanya di dada Taehyung, memejamkan mata menikmati debaran jantung Taehyung.

"Kau tidak pergi ke rumah sakit?" Giliran Taehyung yang bertanya sambil mengelus rambut panjang Yerin.

"Aku pergi sesuka ku." Jawab Yerin santai

"Kau tidak takut di pecat?"

"Aku mengharapkannya, tapi mereka terlalu keras menahanku."

"Dengan memaklumi semua kegilaanmu." Sambung Taehyung.

Yerin mengangguk dan keduanya tertawa.

"Apa yang harus kita lakukan untuk mengisi hari ini?"

.

.

.

Seorang gadis kini berdiri di balik jendela menatap pemandangan kota yang tersaji di hadapannya.

Pikirannya menerawang jauh pada seseorang yang ditinggalkannya dua bulan yang lalu. Seseorang yang dengan terpaksa harus ditinggalkannya meskipun hatinya meronta menolak berpisah. Namun keadaan memaksanya untuk berpisah, setidaknya untuk saat ini hingga waktu yang tak di tentukan.

"Merindukannya?"

Seseorang datang dan berdiri di sisi gadis itu, ikut memandang pemandangan di balik jendela pada bangunan tinggi itu.

Gadis yang ditanya itu hanya menatap pria disampingnya dengan senyuman kecil.

"Aku ingin segera melupakannya."

"Jangan berbohong, terlihat jelas di wajahmu."

Park Jina menarik nafas dalam dan akhirnya mengangguk pelan.

"Kenapa disaat seperti ini aku semakin serakah untuk memilikinya. Apa aku salah, Daniel?"

Pria yang bernama Daniel itu menepuk bahu Jina pelan.

"Kau tidak salah, perasaan tidak bisa kau atur sesukamu."

"Lalu aku harus apa?"

"Berjuanglah dan kembali padanya tanpa beban."

Jina mendengus dan memukul lengan Daniel.

"Mudah sekali kau mengatakannya! Bagaimana.." Jina memberi jeda pada ucapannya dengan tatapan yang berubah sendu. "..jika dia sudah bahagia bersama wanita lain?"

WILDFLOWER [ TAERIN ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang