Chapter 48 : War

22.9K 2.3K 123
                                    

Xander menatap Xavier dengan pandangan yang sulit diartikan, begitu juga sebaliknya. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Apa kita harus ikut terlibat?" tanya Xander bingung.

"Kekuatanmu stabil?" tanya Xavier balik.

"Kekuatanku selalu stabil." jawab Xander.

"Clementine sangat mencintai Vrizt. Papa dapat melihatnya, dia sangat gelisah." kata Xavier.

"Aku yakin kalau pria itu kalah dan meninggal. Clementine akan menjadi gila, lebih parah dari sebelumnya." balas Xander sambil menghela napas berat.

Malah Xander yang harus memusingkan urusan orang lain. Mungkin sudah saatnya dia membalas kebaikan yang dilakukan adiknya pada keluarga kecilnya dulu.

"Jadi keputusanmu? Aku yakin kau bisa membantu, kekuatanmu lebih kuat dariku. Dulu saja aku menang, kau juga harus menang walaupun belum pernah berperang." kata Xavier.

Xander memejamkan matanya sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, kita akan ke dunia Element." kata Xander.

"Perangnya mungkin sudah dimulai. Satu menit di sini entah sudah berapa jam di sana. Kau harus menemui Azar—Raja Wizard, untuk mengatur Wizclocker dengan dunia Element kalau memungkinkan." kata Xavier.

"Aku akan mengaturnya nanti." balas Xander.

Di sisi lain istana, Clementine sedang menatap Pangeran Alterio yang sedang berguling-guling di atas ranjang. Bayi itu sangat aktif. Sedangkan Deborah dan Viviane, Chloe mengajak mereka untuk membuat sesuatu bersama pelayan Demon yang lainnya.

Clementine meraih bayi gembul itu dan mendekapnya erat. "Semoga Papamu baik-baik saja." gumam Clementine. Dia tidak tenang kalau berdiam terus.

Pangeran Alterio terus berceloteh tidak jelas, membuat Clementine cukup terhibur, walau rasa gelisah dan khawatir masih menyelimuti dirinya. Dia terus menatap mata Pangeran Alterio yang tiba-tiba berubah menjadi merah, Clementine juga mengubah warna manik matanya, sama dengan bayi tersebut.

"Kau tahu, ini bukanlah kutukan atau ancaman. Kalau mereka tidak menerimamu, kau aman bersama Mama." kata Clementine nyaris tidak terdengar, tapi bayi itu tertawa kecil—seperti merespon ucapannya.

Clekk....

Pintu ruangannya terbuka, Clementine langsung mengubah kembali warna matanya menjadi warna biru. Dia berbalik dan menemukan Xander di sana. Pria itu masuk dan kembali menutup pintu.

"Clementine," panggil Xander.

"Kau mau membantuku?" tanya Clementine penuh harap.

Xander tidak langsung menjawab, dia duduk di sebuah kursi dan menatap adiknya dalam. "Aku belum pernah terjun ke dalam medan perang." kata Xander, Clementine mengangguk.

"Aku juga." balas Clementine.

"Cornelia adalah dunia yang tentram dan damai, berkat permata itu. Akibatnya, kita tidak pernah berada di medan perang. Kita tidak memiliki pengalaman sama sekali." kata Xander, membuat Clementine mengernyit.

"Apa hanya orang berpengalaman yang boleh terjun ke medan perang?" tanya Clementine datar.

"Tidak." jawab Xander. "Aku tidak akan menggunakan senjata, aku akan menggunakan kekuatanku. Kalau kau ingin aku membantu." lanjut Xander. Membuat Clementine menatapmya lama.

"Kau yakin?" tanya Clementine memastikan.

“Yang ingin kutanyakan, apa kau siap?” tanya Xander balik, tidak menjawabnya.

Queen Of Storm {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang