Prolog.

48.9K 2.3K 250
                                    

"Jangan! Jangan tinggalkan aku,"

"Bintang tenanglah. Maya---"

"DIAM! AKU YANG MENYEBABKAN SEMUA INI!"

"Arghhh!! Semua yang terjadi karena ku!"

"Tidak. Itu---"

"ITU BENAR! SEMUA KARENA KU!"

Seorang gadis mungil masih terbaring di atas bankar rumah sakit dengan banyak alat penunjang kehidupan menempel di tubuhnya.

"Bagaimana kondisinya?" tanya Alvaro, ia tidak tega melihat wajah pucat putrinya itu.

Ervan menggeleng lesu. "Tidak ada perubahan. Hanya detak jantungnya saja bergerak normal," ucapnya.

Alvaro mendongakkan kepalanya sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.

"Apa pekerjaanmu tidak terbengkalai? Kau selalu datang kesini. Pikirkan kesehatanmu juga," ucap Ervan kesal. Alvaro seringkali berkunjung kemari hanya untuk menjenguk Maya, putrinya.

Ia rela pergi dari Amerika menuju Australia hanya ingin melihat putrinya. Padahal kakeknya Alfred ada disini.

Alvaro menghela nafas kasar. "Aku hanya merindukan putriku saja," ucapnya pelan.

"Apa Bintang masih mengurung diri?" tanya Ervan.

Alvaro mengangguk lesu. "Ia masih merasa bersalah dengan apa yang terjadi tahun kemarin," ucapnya.

"Tidak sepenuhnya kesalahan putramu," ucap Ervan.

"Aku tau," ucap Alvaro dengan lirih. "Semua terjadi begitu saja. Andai aku bisa melindungi semuanya, ini tidak akan terjadi,"

Ervan menepuk pundak Alvaro dengan jantan. "Aku yakin putrimu akan segera bangun,"

"Semoga saja," lirih Alvaro sambil memejamkan matanya. Ia cukup lelah, tapi ia tidak ingin meninggalkan putrinya begitu saja.

Ervan berjalan mendekati bankar Maya. Ia memeriksa tubuh gadis itu hingga terdiam saat jari-jari mungil tersebut mulai bergerak pelan.

Ervan terus mengamatinya sampai dimana Maya mulai membuka matanya perlahan sukses membuat tubuh Ervan menegang. Alvaro yang melihat reaksi tubuh Ervan, ia langsung mendekat.

Alvaro terpaku melihat putrinya sudah membuka mata. Pandangan mereka pun bertemu.

Maya berusaha untuk berbicara, entah kenapa suaranya tidak keluar. Matanya berkaca-kaca menatap Alvaro.

"Dad--dy," ucap Maya dengan suara terbata-bata.

Alvaro menggenggam tangan Maya. "Ya, ini Daddy sayang," ucapnya.

Maya menangis lirih. "Daddy,"

Itulah hari dimana paling ditunggu Alvaro, putrinya kembali membuka matanya dan tersenyum padanya.

Remaya Aurelia, putri kesayangannya.

∆∆∆
TBC

Yoyo guys gimana prolog nya msh penasaran kah?

Posessive Twins [1# MAYA'S SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang