14.

15.4K 1.3K 91
                                    

Kevin mendengus kesal saat keadaan rumah yang begitu sunyi karena kedua orang tuanya yang sibuk dengan karier dan bisnis mereka.

"Lagi dan lagi," gumam Kevin. "Aku merayakan ulang tahun ku sendiri,"

"Tuan muda kami---"

"Pergi!" ucap Kevin dingin.

"Tapi tuan muda---" Kevin menatap tajam membuat mereka menatap takut.

"Keluar! Jangan sampai aku mengulang perkataan kembali," ucap Kevin dingin.

"Baik tuan muda," mereka akhirnya pergi dari hadapan Kevin.

"Arghhh!!" teriak Kevin frustasi bersamaan dengan bunyi pecahan benda yang ia banting.

Kevin tertawa dingin. "Sebenarnya apa yang kalian pikirkan selain pekerjaan kalian? Bahkan saat aku ulang tahun kalian tidak berada disini," lirihnya.

"Sialan!" Kevin memukul dinding dengan kuat hingga membuat buku tangannya memerah dan terlihat bekas membiru.

Kevin menyambar jaket miliknya tak lupa membawa kunci motor dan pergi dari rumahnya disaat hari sudah begitu malam.

Kevin menancapkan gas motornya dengan kecepatan tinggi hingga ia berhenti tepat di sebuah taman. Ia pun turun melemparkan batu ke dalam danau di depannya.

"Kevin," panggil seseorang membuat Kevin menoleh.

"Maya," ucap Kevin terkejut. "Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku bersama ibu dan ayahku," ucap Maya.

"Siapa sayang?" tanya Hana.

Maya menoleh dan tersenyum. "Mom, dad. Kenalkan dia Kevin, orang yang selalu aku ceritakan," ucapnya.

"Tidak aku sangka kita benar-benar bertemu lagi ya," ucap Alvaro.

Kevin tersenyum tipis. "Halo paman," sapanya.

"Kau masih mengingatku teryata," Alvaro terkekeh pelan. "Kau terlihat lebih tampan dari yang dulu,"

Kevin tersenyum. "Ah ya. Apa kau sibuk sayang?" tanya Hana pada Kevin.

"Sepertinya tidak," balas Kevin.

Hana menjentikkan jarinya. "Kalau begitu bagus. Malam ini kita makan bersama," ucapnya dengan semangat.

"Ayo," ucap Hana.

"Tapi---"

"Tidak ada tapi-tapian. Maya kau temani Kevin. Aku lihat dia membawa motor," ucap Hana sambil melihat motor besar bewarna merah.

"Baiklah sudah aku putuskan. Maya kau bersama Kevin. Kita pulang bersama," ucap Hana sambil menggandeng tangan Alvaro terlibat dari raut wajah suaminya itu ingin berkata tidak.

Maya yang memanggil pun tidak di dengarkan oleh ibunya, Hana. Maya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sedangkan Kevin tampak terkekeh kecil.

"Sayang. Maya---"

"Dia akan baik-baik saja," ucap Hana.

"Tapi---"

"Diam! Aku lebih tau tentang remaja dari pada kau," ucap Hana ketus.

"Tapi sayang. Maya, putri kita---"

"Apa kau akan melarangnya untuk menyukai pria?" tanya Hana kesal. Alvaro menggeleng.

"Kalau begitu biarkan mereka berdua. Aku pikir mereka memiliki perasaan satu sama lain," ucap Hana.

"Sudah aku putuskan. Kalau Kevin akan menjadi pasangan putriku," Hana berteriak heboh. Alvaro memijat pelipisnya.

∆∆∆

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Maya.

"Entahlah. Aku hanya bosan," ucap Kevin sambil memandang kearah danau. Tatapannya begitu kosong.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Maya.

Kevin menggeleng. "Aku hanya merasa bahwa aku tidak terlahir beruntung," ucapnya.

"Setiap tahun aku selalu merayakan ulang tahun ku sendiri tanpa kedua orang tuaku," Kevin tersenyum miris. "Seperti sekarang mungkin,"

Maya terdiam, ia tampak mengambil sesuatu dari dalam tas kecilnya. Maya memasangkan sebuah kalung pada Kevin.

Kalung dengan gantungan seperti akuarium kecil ditengahnya diisi dengan bunga kecil bewarna putih. Kevin menatap Maya.

"Happy birthday," Maya tersenyum manis. "Aku hanya mempunyai ini sebagai hadiah. Aku yang membuatnya semoga kau suka,"

Kevin menatap kalung pemberian Maya. "Terima kasih," ucapnya.

"Ayo pulang. Ibuku pasti menunggumu," ucap Maya.

Kevin mengangguk. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi dari sana. Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai.

"Masuklah," ucap Maya.

"Dimana kakakmu?" tanya Kevin.

"Mereka semua sibuk," ucap Maya. Ia masuk kedalam lebih dulu dan meninggalkan Kevin.

Kevin memasuki rumah Maya terlihat banyak bingkai foto entah itu formal atau tidak mereka terlihat seperti keluarga yang sangat harmonis. Hati Kevin berdenyut nyeri, ia iri.

"Kau sudah sampai sayang?" Hana datang menghampiri.

Kevin tersenyum tipis. "Maaf terlambat bibi," ucapnya.

Hana tersenyum. "Apa yang kau katakan? Aku dengar kau ulang tahun hari ini," ucapnya.

"Eumm, begitulah," Kevin tersenyum kecil.

Hana memeluk tubuh Kevin. "Selamat ulang tahun. Semoga kau tetap menjadi kepribadian yang dewasa."

Tubuh Kevin membeku. Ia terdiam lalu menatap Alvaro yang berdiri tidak jauh darinya.

"Anggap saja aku seperti ibumu sendiri," ucap Hana saat melepaskan pelukannya.

"Terima kasih," lirih Kevin.

Maya datang dengan sumringah. "Kau tau. Jika tidak ada orang yang merayakan ulang tahunmu masih ada aku," ucapnya.

Kevin tersenyum tipis. "Terima kasih," ucapnya.

"Kalau begitu ayo kita segera makan. Jika tidak makanan itu akan menjadi dingin dan tidak enak untuk di santap," ucap Hana.

Kevin mengangguk sedangkan Maya menggandeng tangannya dengan senyuman di wajahnya.

"Kau tau," Kevin menunduk menatap Maya.

"Jangan pernah merasa terpuruk ataupun sedih. Kalau kau sedih kau bisa bertemu denganku," ucap Maya.

"Mungkin kita akan melakukan sesuatu yang menyenangkan untuk menghilangkan kesedihan itu,"

∆∆∆
TBC

Posessive Twins [1# MAYA'S SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang