"Maya sayang. Apa kau sudah siap?" teriak Alvaro.
"Sebentar Daddy!" balas Maya dengan teriakan.
Maya turun dengan tergesa-gesa, ia sudah lengkap memakai seragam sekolah tak lupa tas yang ia tenteng.
"Pagi mom, dad," sapa Maya.
"Pagi sayang," balas Hana sambil tersenyum.
"Siap untuk pergi sekolah sayang?" tanya Alvaro.
Maya tersenyum. "Siap. Aku selalu siap untuk pergi sekolah daddy," ucapnya.
"Ayo kita pergi," ucap Alvaro.
Maya mengangguk, tak lupa ia memasukkan kotak bekal kedalam tas nya lalu mencium pipi Hana.
"Mommy, aku pergi dulu. Aku akan pulang sore," ucap Maya.
Hana mengangguk. "Baiklah sayang," ucapnya.
Maya melambaikan tangannya kearah Hana lalu menggandeng tangan Alvaro.
"Jika ada seseorang yang mengganggumu beritahu daddy, akan daddy pastikan mereka tidak akan sekolah lagi disana," ucap Alvaro.
Maya meringis, ayahnya mulai lagi. Bukan kali ini saja ayahnya seperti itu, ia jadi kasian pada orang yang sudah berurusan dengan ayahnya.
"Jangan seperti itu Daddy," ucap Maya.
Alvaro mengusap rambut Maya. "Baiklah. Tapi jika ada seseorang yang mengganggumu beritahu daddy," ucapnya.
Maya mengangguk. Mereka pun memasuki mobil tersebut dan pergi menuju sekolahnya dimana hari ini adalah hari pertama Maya sekolah.
Walaupun ia baru saja berusia 15 tahun, ia adalah siswi yang lulus dengan nilai terbaik dan lulusan termuda.
Mereka pun akhirnya sampai. "Daddy, aku akan langsung masuk," ucap Maya sambil mengecup pipi Alvaro.
Alvaro mengangguk. "Ingat---"
"Aku tau daddy," potong Maya. Ia langsung keluar dari mobil ayahnya dan berjalan masuk kedalam sekolahnya.
"Baiklah. Jangan terlalu tegang," gumam Maya. Ia pun mengulas senyumannya saat banyak pasang mata menatap dirinya.
"Cantik sekali,"
"Sepertinya aku pernah melihatnya,"
"Apa gadis itu seorang model?"
"Lihatlah barang-barang yang ia pakai. Semuanya barang mahal,"
"Apa gadis itu memiliki kekasih?"
Maya hanya berusaha tersenyum manis agar memberi kesan untuk orang yang berpapasan dengannya.
"Hey cantik. Akhirnya kau datang juga. Kau tau, aku sudah menunggu lama dari tadi," gerutu seorang dari samping membuat Maya menoleh.
"Maya long time no see," Xavier menjentikkan jarinya pada dahi Maya.
"Aishh," Maya mengusap dahinya.
"Hey jangan lupakan aku," ucap David sambil merangkul pundak Maya.
"Aku kira kalian belum datang," ucap Maya.
"Tentu saja kami harus datang lebih dulu untuk menyambut teman kami," ucap Xavier.
"Sepertinya kalian memiliki banyak penggemar," ucap Maya meringis saat melihat banyak pasang mata menatapnya tidak suka terutama perempuan.
"Biarkan saja. Jangan hiraukan mereka. Mereka hanya iri padamu," ucap David cuek.
"Tentu saja karena aku tampan," ucap Xavier penuh percaya diri.
David berdecih.
∆∆∆
Maya berjalan menuju tempat dimana lokernya berada. Ia tampak sibuk mencari nomor loker miliknya. Hanya ada dirinya dan satu pria yang sibuk membaca buku sambil berdiri dan bersandar pada salah satu loker disana.
Maya menatap bingung saat melihat nomor 156 dimana loker miliknya yang menjadi tempat sandaran pria itu.
"Ehm, permisi. Kau menutupi loker milikku," ucap Maya.
Pria itu menutup bukunya lalu berjalan menjauh membuat Maya menatap bingung. "Dasar pria aneh," gumamnya.
Pria yang sangat misterius tidak banyak berbicara. Pria yang aneh.
Maya kembali menutup loker dan menguncinya dengan rapat lalu berjalan menuju gudang belakang sekolah untuk mengambil beberapa sapu yang di minta oleh guru.
"Sebenarnya dimana gudang itu?" tanya Maya kesal. Saat dirinya tidak menemukan gudang tersebut.
Setelah ia banyak berjalan akhirnya ia menemukan gudang tersebut. "Sangat jauh sekali," lenguhnya kesal.
Ia pun mengambil sapu tersebut lalu kembali keluar dari gudang itu. Tak sengaja ia menyenggol kayu di sampingnya membuat kayu tersebut jatuh dan mengenai seseorang yang tertidur pulas disana.
"Shit!" umpatnya membuat Maya membulatkan matanya. Ia mengenai seseorang.
Maya berjalan mundur dengan pelan sebelum pria yang berada didalam gudang tersebut menyadari keberadaannya. Namun saat akan berbalik---
"Diam disana!" perintahnya dingin membuat tubuh Maya menegang. Ia membalikkan tubuhnya.
Pria tersebut berjalan mendekatinya dengan pakaian urakan dan rambut yang berantakan. Tubuh Maya meremang takut, apa ia salah satu pria nakal disini?
"Kau yang menjatuhkan itu?" tanya nya datar. Maya menelan salivanya dengan kasar.
Maya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "A-aku tidak sengaja. Aku tidak tau kalau kau ada disana," ucapnya dengan gugup.
"Tatap aku," ucapnya dingin. Maya memainkan jarinya sembari menunduk.
Maya mengigit bibirnya lalu menatap kearah pria yang berdiri dihadapannya dengan takut.
"Maaf," lirihnya dengan pelan. Pria itu nampak tertegun.
Pria itu tampak terdiam membuat Maya menatap takut. "Ah, aku harus pergi. Sampai jumpa lagi," ucapnya sambil berlari membawa sapu ditangannya.
Ia harus menjauhi pria yang mengerikan itu. Kenapa hari ini ia selalu bertemu dengan pria yang aneh?
Pria itu mengusap rambutnya, ia mengulas senyumannya. "Akhirnya kita bertemu ya," gumamnya.
"Remaya Aurelia. Tidak aku sangka aku bertemu denganmu disini," sambungnya. Ia berjalan keluar dari gudang tersebut menatap punggung Maya yang sudah menjauh dari pandangannya.
"Kau tetap sama hanya saja sekarang kau sangat cantik dan mempesona,"
∆∆∆
TBCRemaya Aurelia
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Twins [1# MAYA'S SERIES]
Teen FictionRemaya Aurelia terlahir ditengah keluarga bahagia dengan tiga kakak yang sangat sayang padanya dan sikap yang sangat sangat posesif padanya. sejak kejadian dimana ia mengalami koma selama setahun membuat keluarga nya menjadi begitu sangat posesif. k...